LP
Leap by Telkom
•
04 Aug 2023 13.21 WIB
Bukan rahasia lagi jika kerajinan tangan dan produk handmade Indonesia telah diakui dan disambut hangat di pasar mancanegara. Tidak heran jika banyak pengrajin yang mulai menargetkan ekspor untuk produk-produknya, selain juga memenuhi permintaan dalam negeri.
Uniknya, meskipun ekspor memiliki standar produk yang tinggi dan ketat, tetapi pada kenyataannya membangun pasar domestik jauh lebih berat. Setidaknya, itulah yang dirasakan Titin Dwi Isnaini, pendiri dan pemilik brand Allana Indonesia.
Berwirausaha sudah dimulai Titin sejak tahun 2015. Memantau potensi pasar, berjualan hijab dan aksesorisnya menjadi pilihan. Untuk hijab, ia ambil dari supplier. Sedang untuk aksesoris, ia produksi sendiri dengan memanfaatkan perca.
“Ibu saya seorang penjahit dan sejak kecil saya suka sekali dengan dunia kain. Jadi saya mulai membuat aksesoris hijab seperti bros. Alhamdulillah, banyak yang suka dan diterima. Saat itu pembeli saya berasal dari banyak kota di Indonesia,” buka Titin.
Melihat antusias pembeli, Titin mulai berpikir untuk merambah pasar luar negeri. Untuk itu, harus ada sesuatu yang menjadi ciri khas yang dimiliki oleh Allana. Maka wastra seperti batik dan tenun menjadi pilihan. Membuat gantungan kunci khas Indonesia adalah hal perdana yang ia targetkan. Sebagaimana ia senantiasa ingat jika ada teman dan koleganya yang berkunjung ke luar negeri, biasanya oleh-oleh gantungan kunci yang ia terima. Maka, logika sederhananya, ia ingin membuat produk oleh-oleh yang bisa dibawa wisatawan dari Indonesia ke negara mereka ketika pulang.
Tapi, apatah dikata, upayanya ini terganjal pandemi. Padahal waktu itu ia sudah meneken kontrak bersama Garuda Indonesia dan berjalan 3 bulan. Kontrak itu terpaksa berhenti. Tapi Titin tidak menyerah, ibarat menembus kebuntuan, Titin terus berkarya sembari melongok kebutuhan pasar. Dari membuat masker sampai APD tak sungkan ia jajal.
“Saya beruntung, saya ikut tender untuk beberapa instansi, kemudian mendapat kurasi dari salah satu Bank dan lolos. Dari proses kurasi ini, saya mengikuti bootcamp dan belajar dari banyak mentor. Saya diberi tantangan untuk membuat produk yang lebih bervariasi tidak hanya aksesoris. Maka saya pun mulai membuat picnic set dengan menggunakan bahan wastra,” papar Titin.
Titin membanderol harga atas produk-produknya dengan harga beragam. Mulai dari Rp 35.000,- untuk gantungan kunci yang digemari pasar Korea dan Jepang, hingga picnic set seharga Rp 2.000.000,- yang digemari pasar Eropa.
Jeli melihat dan menyesuaikan permintaan pasar adalah hal yang penting menurut dia. Seperti pasar Jepang yang suka dengan produk untuk tempat menaruh jarum, karena hal itu tidak terlepas dari kepercayaan setempat akan dewa jarum. Atau pasar Eropa yang menyenangi produk berwarna monokrom, biasanya biru navy dan putih.
Titin mempekerjakan tukang jahit di sekitar rumahnya. Meski untuk pembuatan pola, tetap ia tangani sendiri, “jadi saya hanya menyediakan mesin jahit, mereka menjahit di rumah masing-masing, sehingga tidak perlu meninggalkan keluarga dan pekerjaan domestik. Sistem upah pun menggunakan upah borongan”.
Titin mengenang bahwa ekspor pertamanya adalah ke Virginia, Amerika Utara dengan produk kalung-kalung batik. Berlanjut ke negeri-negeri lain. Namun, itu bukan pencapaian tertingginya. Menurut dia, menuju pencapaian tertinggi adalah ketika ia bergabung dalam platform Pasar Digital (PaDi) UMKM, sebuah platform buatan Telkom yang ditujukan untuk menghubungkan pelaku UMKM seperti Titin dengan pasar perusahaan seperti BUMN.
“Hadirnya PaDi berpengaruh banget bagi Allana, boleh dibilang booster untuk usaha saya. Support PaDi mulai dari platform secara online, pelatihan, voucher, mengangkat UKMnya nggak main-main pokoknya. Dikawal terus. Apa yang diberikan PaDi jauh melebihi ekspektasi saya. Segmen korporat yang order besar-besaran ada di PaDi,” kata Titin.
Lalu, Titin juga mengungkap bahwa akhirnya ia dapat memecahkan rekor omset dalam sekali transaksi melalui PaDi, yang bahkan belum terkalahkan sampai saat ini.
“Transaksi terbesar sampai saat ini ya di PaDi UMKM, sebesar 175 juta rupiah. Saya sampai nangis dan teriak, saking tidak menyangkanya!,” ungkapnya haru.
Transaksi tersebut berasal dari orderan Pegadaian, setelah sebelumnya sempat menyambangi booth Allana ketika mengikuti Bazar UMKM bersama BUMN di Sarinah, Jakarta tanggal 5 Mei 2023 silam. Ia merasa ini adalah sebuah pencapaian yang berarti bagi Allana.
Bukan hanya sekali, bahkan transaksi dengan Pegadaian itu berlanjut di order kedua, ketiga, dan seterusnya. Ia juga sudah mencatat transaksi bersama BUMN lain untuk pengadaan hampers, souvenirs, dan isian goodie bag.
Awal mulai perkenalannya dengan PaDi UMKM sebetulnya sudah cukup lama. Bermula dari undangan pelatihan dan sosialisasi e-commerce PaDi UMKM yang diadakan oleh Angkasa Pura pada 3 November 2022. Semula, seperti kebanyakan pelaku UMKM yang tidak bersentuhan dengan digital, ia pun perlu melakukan adaptasi. Untungnya, selain dibantu oleh anak-anaknya yang sudah melek digital, ia pun mengungkap bahwa tim PaDi UMKM tidak melepas begitu saja.
Titin mengikuti rangkaian pelatihan yang dilaksanakan oleh PaDi dan tim selalu siap membantunya jika menghadapi kebingungan, “anytime ditanya langsung respon supaya saya yang sudah tua dan gaptek ini bisa terbantu”.
Dengan perubahan digital saat ini, Titin merasa penting sekali untuk beradaptasi. Baginya, cara beradaptasi adalah mampu membedakan market. Untuk orang kebanyakan, ia membuat inovasi produk yang dibutuhkan banyak orang. Ini karena menurutnya, akan percuma jika suatu produk bernilai seni tinggi jatuh ke market yang tidak mengerti itu. Intinya, harus lebih peka dengan kemauan market untuk bisa melakukan ekspansi. Kalau yang sebelumnya hanya di sosial media seperti instagram saja, saat ini sudah bergeser ke TikTok, “mau tidak mau, suka tidak suka, meski se-gaptek apapun saya harus mencoba”.
Dalam menjalankan usaha, Titin termasuk pribadi yang menghindari utang. Ia pernah terjerat dan tidak ingin masa-masa sulit yang pernah dilaluinya itu terulang kembali. Baginya, lepas dari utang membawa ketenangan dan kedamaian dalam hidup. Ia pun berpesan kepada pelaku UKM baru untuk berhati-hati dalam memilih mentor. Alih-alih sukses, mentor juga berpotensi menjatuhkan jika memilih yang berbeda prinsip dan visi.
Titin juga berharap dalam menjalankan usaha, ia senantiasa dipertemukan dengan orang-orang yang amanah. Terutama mereka para pekerja. Ia pun ingin usahanya semakin berkembang dan melibatkan lebih banyak lagi orang-orang di sekelilingnya. Agar manfaat dari kehadiran Allana Indonesia bisa lebih luas lagi.
“Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, bukankah begitu?!,” pungkas Titin retorik. (hzr)
Artikel Terkait
Solusi Digital Pijar Sekolah Percepat Terwujudnya Generasi Emas yang Memiliki Daya Saing
1 bulan yang lalu
Fitur Computer Test Based pada Pijar Bantu Sekolah Lancar Melaksanakan Ujian Digital
1 bulan yang lalu
Teknologi AI dari Telkom: Solusi Tingkatkan Bisnis dan Digitalisasi Bangsa
1 bulan yang lalu
Bigbox Telkom Terapkan Teknologi AI dalam Analisis Sentimen Pelanggan
2 bulan yang lalu