LP
Leap by Telkom
•
30 Dec 2022 16.38 WIB
Pada artikel sebelumnya , jelas tergambarkan bagaimana peran digital dapat menyelesaikan permasalahan logistik di Indonesia dan Telkom hadir melalui Logee. Sebagaimana sebuah platform digital, tentulah terdapat barisan orang-orang yang selalu menjaga konsistensi perjalanan bisnisnya, salah satunya peran seorang Data Analyst. Fikri Haykal dari Data Science Chapter yang dedicated di Logee akan membagikan pengalamannya kepada Leap.
Data Analyst sebagai Bagian dari Data Science
Perjalanan Haykal sebagai Data Analyst berawal saat ia magang di Data Science Chapter (DSC) Telkom pada tahun 2020. Walaupun hanya menjalani program selama 6 bulan yakni Januari hingga Juli, rupanya mampu memantapkan Haykal untuk melangkah lebih jauh. Setelah lulus, ia memutuskan untuk mendaftar sebagai digital talent di batch November 2020. Sejak itu, hingga kini ia masih berada di DSC.
Awalnya, ia mengerjakan Talent Management System untuk DSC. Lalu, pada Maret 2021 ia bergabung di Logee.
Baca juga: Dashboard Live Tracking LOGEE Mengatasi Driver “Nakal”
“Kebanyakan mengerjakan dashboarding seperti membuat visualisasi data dari data-data Logee yang ada, juga kebanyakan querying SQL dan menggunakan Redash buat visualisasi data,” buka Haykal.
Di Logee, Haykal melakukan collecting data dengan crawling dari web terkait kompetitor dan keberadaan UMKM di Indonesia. Selain itu, juga bertanggung jawab mempresentasikan insights yang lahir dari visualisasi data. Sederhananya, Haykal memiliki 3 task yaitu collecting data, visualisasi data, serta sharing insight. Tak hanya itu, seiring perkembangan Logee yang sekarang lebih seamless, Haykal juga bertanggung jawab merapikan data-data Logee ketika struktur datanya begitu kompleks.
Baca juga: LOGEE: Cermin Perkuatan Indonesia Sebagai Tuan di Negeri Sendiri!
Membahas terkait data, tim data Logee memiliki environment data menggunakan Google Cloud Platform (GCP). Sehingga data-data ini dialirkan dari MongoDB ke environment GCP tim data Logee. Setelah data masuk ke GCP, maka satu persatu data kotor mulai diperbaiki atau ”dibersihkan”. Pelurusan data ini penting karena akan berimbas pada penyajian dan berpengaruh kepada impact bisnis.
“Ketika data yang kita terima tidak ‘rapi’ atau bahkan tidak lengkap, maka efeknya adalah potensi terjadinya misleading, bukan mustahil kita menyajikan data yang salah sehingga berpengaruh terhadap jalannya bisnis perusahaan maupun stakeholder. Tentu kita tidak mau hal seperti ini terjadi, maka merapikan data menjadi hal yang sangat penting,” ucap Haykal.
Menurut Haykal, Data Scientist dan Data Analyst memiliki perbedaan task yang dikerjakan. Seorang Data Scientist lebih banyak berada di ranah machine learning/AI, yang condong kepada pemodelan si machine learning atau AI itu sendiri yang berujung kepada sistem rekomendasi atau sistem-sistem lainnya. Sementara Data Analyst lebih banyak berkutat mengumpulkan data dengan memberi sedikit sentuhan data cleansing yang berakhir pada pemberian insight kepada stakeholder.
Kemudian, Restructure data juga berguna untuk kerja tim data scientist dan data analyst dalam pengolahan data lebih lanjut. Termasuk membuat berbagai rekomendasi dan tindakan preventif seperti routing optimization.
Data Analyst di Ranah Logistik
Pembahasan tentang logistik tak terlepas dari supply chain atau rantai pasok. Hadirnya Logee dalam menjalankan Supply Chain Management tidak melalu berfokus didistribusi dan transportasi saja. Melainkan satu kesatuan ekosistem logistik. Terdapat dua elemen penting di dalam Logee, yaitu Logee Distribution dan Logee Truck.
Baca juga: Mengintegrasi Logistik Bersama Logee Distri
Mengapa digital begitu penting dalam logistik? Tentu karena pengolahan data dalam logistik mampu mewujudkan routing optimization, yaitu bagaimana mengatur jarak tempuh distribusi menjadi lebih efektif dan efisien. Pria lulusan Teknik Informatika Telkom University ini menyebutkan bahwa tantangan sebagai Data Analyst di logistik adalah membuat platform yang memiliki value lebih terhadap para stakeholder yang tergabung dalam ekosistem logistik. Akan tetapi, tak dipungkiri bahwa harga merupakan hal paling menentukan dalam persaingan. Sehingga biayanya pun harus efektif dan tepat estimasinya.
“Kalau untuk tim data sendiri, sebenarnya mungkin tidak cuma di logistik saja, di bisnis-bisnis lain pun tantangannya adalah di data itu sendiri. Bagaimana perolehan data yang notabene bisa dibilang sangat bebas, contoh challenge-nya seperti mengolah data free text gitu, misal ketambahan spasi atau white space sedikit saja akan memerlukan effort lebih untuk menyamakan data yang satu dengan data lainnya. Sehingga penyamaan dan penyeragaman data menjadi PR tersendiri,” terang dia.
Lagi lagi Haykal merasa beruntung, sebab saat ditempatkan di Logee Control Tower (LGC), ia bertemu dengan tim yang solid di bawah leader yang mengayomi, “awalnya saya di bawah Pak Eko, sebagai senior leader beliau selalu merangkul dua arah dan diskusi pun selalu enak. Di samping teman-teman lain yang bercandaannya masih nyambung. Bahkan setelah WFO seminggu sekali kami main bareng. Setelah LGC dilebur, adaptasi pun tidak sesulit yang dibayangkan sehingga dalam menjalankan pekerjaan menjadi lebih menyenangkan.”
Mari raih kesempatanmu untuk bergabung di Data Science Chapter Telkom Indonesia bersama Haykal. Persiapkan dirimu dan cek syarat dan ketentuannya dengan klik button di bawah ini!
Bekerja di Telkom sebagai Data Analyst
Menurut Haykal, manfaat yang ia rasakan saat bergabung di Telkom sangat banyak. Pertama, dari segi kultur kerja dimana bekerja di DSC menerapkan agile scrum yang mengusung keterbukaan. Diskusi-diskusi mengalir secara sehat, hari Rabu menjadi hari yang ditunggu karena mereka bisa datang WFO ke kantor.
“Telkom juga ngasih kesempatan kita untuk belajar dan berkembang, terutama di DSC di chapter Data Science dalam tiap kuartal kita diberi course untuk meng-upgrade skill, bahkan kita bisa mengajukan ingin belajar dengan course atau tools apa. Ini benar-benar ngasih privilege untuk belajar dan berkembang secara mandiri,” tambah Haykal.
Menjadi bagian dari DSC dan ditempatkan di Logee yang umurnya masih baru, memiliki arti tersendiri bagi Haykal. ‘Membangun bareng-bareng’. Begitu ia mengistilahkan. Impian Haykal ialah terlibat secara langsung dalam membangun sebuah produk digital yang kelak akan memberi dampak sosial yang besar terhadap masyarakat. Selaras dengan Logee, ia tidak sekadar menjalankan perintah saja, namun kultur kerjanya memberi ruang dan kesempatan bagi Haykal mencurahkan ide-ide kreatif. Tambahnya, hal ini belum tentu akan diperoleh jika ia bergabung pada sebuah startup atau perusahaan yang sudah lebih stabil/established.
“Terlepas dari saya kuliah di Tel-U, yang kebanyakan teman-teman kuliah justru lebih memilih bekerja di startup ketimbang BUMN, saya justru punya pandangan sendiri. Kacamata saya, Telkom adalah BUMN yang masih ada keinginan untuk terus berusaha catch up dengan kondisi saat ini, contohnya ya dengan mengadakan direktorat digital bisnis, lalu dengan segala inovasinya seperti Metanesia, bahkan ada juga inkubasi startup seperti Amoeba, Indigo. Artinya, Telkom itu tidak terlalu kolot dan kaku. Terbukti saat saya sudah join di Telkom, Telkom benar-benar melakukan transformasi digital. Meski tidak 100% seperti Startup, tetapi Telkom telah berhasil menciptakan environment kerja persis seperti startup yang fleksibel, bahkan makan siang kita di provide terus, haha… dan pakaian tidak wajib berseragam, makanya saya pilih Telkom!”
Bagi Haykal yang menyukai tantangan, bekerja dalam sebuah tim adalah keniscayaan. Telkom menghadirkan cara kerja menggunakan framework scrum, sebisa mungkin ia selalu mengerjakan task sebelum deadline. Haykal sadar betul bahwa apa yang ia kerjakan akan memberi pengaruh pada pekerjaan orang lain di timnya. Oleh karena itu, memiliki skill yang mumpuni menjadi bekal yang harus ia miliki. Tidak sekedar hard skill, tetapi juga soft skill.
“Teknologi kan cepat banget ya berkembangnya, apalagi kita bekerja di bidang yg berkaitan langsung dengan teknologi itu sendiri, kalau kita tidak belajar ya pasti sulit untuk catch up, nggak bisa up to date dengan teknologi sekarang. Secara umum, seorang Data Scientist maupun Data Analyst harus cakap dalam statistik dan pemrograman. Selain itu, soft skill yang harus diasah juga adalah kepekaan dalam berkomunikasi. Hal ini penting dan berguna saat kita memberikan insight dari data yang kita visualkan, agar stakeholder atau klien mengerti apa yang ingin kita sampaikan,” tandas Haykal. (hzr)
Ingin membaca cerita lainnya? kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!
Artikel Terkait
Teknologi AI dari Telkom: Solusi Tingkatkan Bisnis dan Digitalisasi Bangsa
6 bulan yang lalu
Pemanfaatan Fitur SaaS untuk Memperkuat Infrastruktur Digital Konsumen pada Industri Logistik
7 bulan yang lalu
Efisiensi Biaya Logistik dengan Optimalisasi Fungsi Data
8 bulan yang lalu
Solusi LOGEE: Simplifikasi untuk Efisiensi Industri Logistik
9 bulan yang lalu