Leap Logo

Bangkit Bersama Agree menjadi Petani Swamandiri!

LP

Leap by Telkom

16 Aug 2022 14.01 WIB

portrait

Gambaran kehidupan dan permasalahan pertanian khususnya petani acap kita baca atau dengar dari banyak pemberitaan dan bacaan, termasuk pada artikel Leap sebelumnya. Pada akhirnya, permasalahan utama yang dihadapi petani adalah perkara modal.

“Intinya permodalan, buat modal tanam baru setelah itu penyerapan hasil panen. Masalahnya kan sementara ini petani harganya sering dipermainkan sama tengkulak,” ungkap Ismail, seorang petani asal Cikedung, Kabupaten Indramayu yang tergabung dalam Gapoktan Tani Mulus.

Ismail menceritakan jika kehadiran tengkulak dalam kondisi kepepet bisa jadi sebagai solusi, meski solusi yang diberikan cenderung ‘menekan’ petani, “Kalau lagi panen raya otomatis harga pasti jatuh!” kata Ismail. Ia pun mengatakan tak bisa berbuat apa-apa karena tak punya pilihan.

Tetapi itu dulu, manakala Agree belum menyentuh mereka. Kehadiran Agree membawa perubahan yang cukup nyata yang dirasakan Ismail dan banyak petani di Indramayu, khususnya yang bergabung dalam gabungan kelompok tani Tani Mulus.

Agree sebagai salah satu startup di bawah Telkom Indonesia yang memiliki visi membangun sektor pertanian, perikanan, dan peternakan dari hulu ke hilir melalui teknologi dan digitalisasi yang secara konsisten menjembatani antara petani dan pelaku agribisnis. Meskipun Ismail sempat ditawarkan platform yang hampir mirip, tetapi menurut Ismail tak selengkap Agree.

Baca juga: Bagaimana Sejarah Agree dan Sanggupkah Melerai Petani dari Jerat Hutang?

Di Agree, petani yang telah terdaftar akan memiliki akses terhadap perbankan yang bisa memberikan permodalan bahkan sejak awal pembibitan. Skema modal ini pun beragam. “Sementara ini permodalan lewat Gapoktan Tani Mulus, kalau pengajuannya 2 hektar maksimal pencairannya bisa sebesar 25 juta. Sedang untuk proses pencairan tidak langsung sama Bank. Bank menyerahkan dana ke Tani Mulus nanti anggota yang mengajukan pinjaman bisa mendapat permodalan baik saprotan atau pupuk,” terang Ismail.

Untuk pembayaran sendiri ternyata cukup fleksibel. Ismail mengatakan jika pengembalian modal bisa berupa gabah yang dikonversi dengan nilai pinjaman, atau bisa membayar uang langsung jika petani memiliki rejeki.

Ismail yang sehari-hari mengerjakan lahan seluas 3 Ha yang ia sewa mengaku bahwa Agree juga memberi kemudahan akses pada penyerapan hasil panen, di mana Ia dan teman-teman petani bisa menjual hasil panen kepada off-taker yang bekerja sama. Untuk ke Tani Mulus sendiri, Ismail sudah mengalami 2 kali panen. Artinya, Ia sebagai petani tak perlu pusing-pusing lagi mencari siapa yang akan membeli padi mereka. Apalagi harga yang ditawarkan pun sangat bersaing. Tidak menjatuhkan atau menekan.

Bagi Ismail meski penerapan digital cukup menyulitkan di awal-awal, karena Ia sendiri tidak terbiasa menggunakan smartphone. Belum lagi koneksi yang tidak stabil membuatnya harus penuh kesabaran untuk belajar. Tetapi dengan fitur-fitur cara bertani dari proses pengolahan lahan, penyemaian dan menentukan musim tanam, Ismail menjadi bersemangat.

“Ketika diterapkan itu berguna banget, jadi sementara ini khususnya petani-petani sini yang awalnya tidak ada patokan tanggal sekian harus tanam, dan tidak tahu panennya itu di umur berapa HST (Hari Setelah Tanam), pindah tanamnya itu berapa HSS (Hari Setelah Semai) dan hanya melihat dari postur tanaman saja, nah dengan adanya Agree semua bisa terukur sehingga petani bisa mempersiapkan diri ke tahap-tahap selanjutnya,” papar Ismail.

Ismail juga kerap membagi dan mengajak teman-temannya agar turut merasakan manfaat seperti yang ia rasakan.

“Lewat Agree, kita bisa bertemu dengan Gapoktan Tani Mulus, untungnya ya sama-sama menguntungkan karena hasil panen kita bisa langsung diserap, terus masalah harga juga bisa disesuaikan dengan harga pasarannya berapa, itu bisa kita nego. Prosesnya juga mudah, tinggal datang ke kantor atau ke sekretariat Tani Mulus, terus maunya penjualannya kaya gimana, mau basah, apa GPK (Gabah Kering Panen), atau GKG (Gabah Kering Giling),” tambah Ismail.

Baca juga: Agree: Bisnis Ekosistem Pertanian Berbasis Empati

Aplikasi Agree

Selaras dengan yang dirasakan Ismail, Fajar, anggota Mitra Tani Parahyangan asal Cianjur pun merasakan hal yang sama. Ia yang sudah menggunakan Agree sejak satu setengah tahun silam ini menceritakan bahwa di awal-awal memang merasa agak canggung dalam menggunakan aplikasi, tetapi lambat laun menjadi terbiasa karena juga didampingi oleh Field Assistant.

Baca juga: Bekerja sebagai Back End Developer di Agree

“Awalnya ya masih belum paham tetapi lama kelamaan karena dibantu sama Agree menjadi paham dan banyak sekali manfaatnya, khususnya untuk petani milenial karena mereka sudah paham teknologi, kan? Di aplikasi ada fitur pencatatan dan itu bermanfaat sekali untuk kita memprediksi ke depannya. Kita dari nol tuh membutuhkan waktu berapa bulan untuk panen dan prediksi harga juga bisa nantinya,” kata Fajar.

Lebih jauh Fajar pun menjelaskan prediksi yang Ia maksud adalah perkiraan semisal menanam di bulan Januari dan panen di Maret, apakah cocok menanam suatu komoditas dengan fluktuasi harga yang berlangsung.

“Di fitur pencatatan ini juga sebetulnya banyak manfaatnya seperti kita bisa mencatat hasil panen, terus jadwal pemupukan dan penanganan penyakit, sehingga bisa melihat histori dari sebelumnya apakah menurun atau naik,” tambah dia.

Pengalaman Edi Purwoko tak jauh berbeda meski yang ia kerjakan adalah budidaya ikan patin. Edi berasal dari Pokda Nilam Sari Patin Desa Triyoso, Kecamatan Belitang, Kabupaten Oku.

“Saya dalam hal ini berbudidaya ikan patin dan mengenal Agree Fishery sejak dua tahun lalu dimana awalnya saya kesulitan dengan aplikasi ini, tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa, kami akhirnya tidak mendapati kendala yang berarti dalam mengikuti aplikasi ini”.

Edy mengemukakan bahwa banyak sekali manfaat yang Ia rasakan di antaranya kemudahan dalam pencatatan selama budidaya. “Dengan adanya pencatatan, membuat jadwal tebar dan panen menjadi lebih mudah”.

Manfaat kedua adalah adanya informasi mitra terkait, “sehingga mempermudah membangun jaringan usaha baik dalam penyediaan sarana produksi maupun pasar”.

Edy berharap agar Agree Fisheries bisa memfasilitasi para pelaku usaha di perikanan baik pembudidaya, pembiayaan, penyedia sarana produksi dan pasar sehingga terbentuk jaringan usaha yang lebih luas.

“Himbauan saya mari rekan-rekan sebagai sesama pembudidaya kita gunakan Agree Fisheries,” tutup Edy.

Kiranya, apa yang diharapkan Edy seirama dengan harapan kita bersama agar suatu saat petani bisa swamandiri dan Indonesia bisa berdaulat pada sektor pertanian dan perikanan lewat digitalisasi.

Jika Leapers merasa tertantang untuk bersama Telkom membangun dan mengembangkan ekosistem pertanian lewat digital, jangan tunda untuk mengirim CV dan Portofolio Leapers pada button di bawah ini!

Bagi Leapers yang masih penasaran dengan cerita lainnya, kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya.

Formulir Pertanyaan