LP
Leap by Telkom
•
07 Aug 2023 08.14 WIB
Renaissance tak hanya dikenal sebagai kelahiran zaman keemasan, yaitu transisi zaman kegelapan menuju zaman pencerahan di Prancis. Pada saat itu, Venesia yang merupakan kota kosmopolitan Prancis giat memproduksi rempah-rempah, kosmetik, pasta, hingga pakaian yang memiliki aroma wangi. Wewangian ini terus dikembangkan hingga abad setelahnya. Masih identik dengan wewangian, istana Raja Louis XV pada abad ke-18 juga dikenal sebagai istana wangi, atau ‘la cour parfumee’.
Meskipun Prancis bukan merupakan negara pertama yang membuat parfum, citranya tidak perlu diragukan lagi. Parfum yang sering menjadi trendsetter ini memiliki kemewahan aroma serta sensualitas yang menjadi ciri khas parfum dari negara ini. Bahkan, salah satu wilayah Prancis yang bernama Grasse menjadi latar tempat film Perfume: The Story of a Murderer, yang juga disebut sebagai ibu kota parfum dunia.
Parfum yang dulunya terbatas hanya dapat dinikmati kalangan tertentu kini mulai dapat dinikmati oleh semua orang. Mariska Agustina dan Syafii Sugara, penggila parfum original import bertekad untuk memastikan hal tersebut.
Baca juga: Dari Mimpi bersama Sahabat Membangun Pesantren. Bersama PaDi UMKM, Bisa?
“Kami termasuk konsumtif membeli parfum original import yang harganya relatif mahal hingga jutaan rupiah, dan itu lumayan menguras kantong. Lalu, kami berpikir bagaimana caranya agar bisa memiliki parfum sendiri yang menyerupai wangi dan kualitas parfum dunia, tapi dengan harga yang affordable,” jelas Mariska, pemilik brand EITR Fragrance.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Mariska bersama Syafii mulai belajar cara pengolahan formula parfum yang benar. Tak hanya pengalaman sebagai pengguna, mengambil pendapat dari teman yang lebih mengerti, menelusuri google hingga menonton berbagai video di youtube mereka jalani dengan tekun. Mariska bahkan tak segan menggelontorkan dana yang tidak bisa dibilang sedikit sebagai bagian dari riset. Selain meracik aroma yang ideal, ia juga belajar segala aspek bisnis terkait dunia parfum, mulai dari pengemasan hingga strategi pemasaran. Terhitung sejak November 2020, Mariska dan Syafii merilis EITR Fragrance, parfum lokal karya anak bangsa.
Bukan tanpa alasan Mariska dan Syafii memberi nama parfum racikannya ini EITR Fragrance. EITR berasal dari Bahasa Arab, berarti wewangian atau harum. Ia meyakini bahwa nama tersebut juga menjadi bagian dari doa saat disebutkan terus menerus, “Karena kami percaya ucapan adalah doa dan kami berharap ini menjadi doa untuk EITR agar benar-benar harum sesuai namanya,”.
Menjalankan bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Di awal, ia juga dihadapkan dengan orang-orang yang skeptis terhadap EITR Fragrance. Bahkan, Mariska berkata bahwa saat itu, orang-orang pun enggan mencoba. Ia juga kesulitan untuk menjaring mitra dan distributor yang masih ragu atas mampu tidaknya EITR Fragrance dalam menembus pasar. Tantangan lain yaitu kendala waktu dalam distribusi barang ke mitra antar pulau yang cukup memakan waktu, yaitu mencapai 10 hari.
Baca juga: Komitmen Pegadaian Membantu Pelaku Usaha Kecil lewat PaDi UMKM
“Satu per satu kami selesaikan, seperti kendala awal pengenalan produk, kami terbantu dengan metode gethok tular atau informasi dari mulut ke mulut dari pengalaman mereka yang sudah mencoba,” ujar Mariska.
Setelah tantangan, Mariska juga membuat beberapa strategi bisnis di pasar. Untuk menggandeng distributor, pihaknya tak keberatan dalam memberi garansi retur barang maupun uang kembali. Lamanya waktu distribusi yang diperlukan juga disolusikan dengan ketersediaan stok yang selalu ada. Ketika stok telah tersisa 30%, mitra bisa segera melakukan restock.
“Sistem jual beli kami bersifat online, dan karena pembeli tidak secara langsung dapat mencium aroma parfum, maka perlu membangun persepsi dan imajinasi mereka. Maka, yang kami lakukan adalah membuat deskripsi dengan menggunakan teknik storytelling,” lanjut Mariska.
Satu tahun berjuang menembus pasar, EITR yang awalnya memproduksi 30 botol per hari kini mampu memproduksi 100 hingga 200 kali lipatnya. Tercatat, dalam enam bulan terakhir permintaan EITR Fragrance tiap bulannya bisa mencapai 3000 hingga 5000 botol. Total produksi sejak launching yang dilakukan pada bulan November 2022 hingga Juni 2023 mencapai setidaknya 28.000 botol.
Bertekad untuk memenuhi komitmen agar parfum dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, Mariska dan Syafii menjual produknya dengan harga 99.000 hingga 150.000 per botol. Awalnya, ia masih melakukan proses door-to-door untuk penjualan parfum yang dikerjakan oleh home industry dan pabrikan di Bandung ini. Kini, ia telah berhasil menjaring sebanyak 32 distributor dengan reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem kemitraan dengan dua sistem, yaitu distributor dan reseller menyebarkan EITR Fragrance tak hanya di Pulau Jawa, namun juga Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (Mataram), hingga Papua.
Ketika diwawancara oleh Leap, Mariska membeberkan salah satu rahasia suksesnya EITR Fragrance. Rahasia itu adalah saat ia berpartisipasi dalam bazar yang disponsori oleh Kementerian BUMN dan PaDi UMKM di Sarinah beberapa bulan silam, serta PaDi UMKM Expo 2023 di bulan Juni kemarin.
Baca juga: Menghubungkan UMKM dan BUMN melalui ekosistem digital, PaDi UMKM
“Kegiatan ini sangat berpengaruh sebagai sarana promosi dan pengenalan produk serta memperluas jaringan pemasaran. Terbukti dengan meningkatnya omset penjualan selama bazar dan selanjutnya melalui aplikasi marketplace PaDI UMKM,” jelas Mariska sambil tersenyum.
Mariska bercerita bahwa ia mulai bergabung sebagai seller di PaDi UMKM sejak April 2023 silam. Bagi Mariska, hadirnya platform PaDI UMKM membuat integrasi antara UMKM dengan berbagai BUMN menjadi lebih mudah.
“Akses kerjasama dengan BUMN merupakan hal penting yang selama ini didambakan oleh banyak UMKM di Indonesia dan PaDi UMKM bisa menjembatani itu semua,” terang Mariska.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa sejak bergabung dengan PaDi UMKM, EITR Fragrance dapat menghemat biaya pemasaran untuk promosi daring sekaligus memperluas jaringan pemasaran mereka, “Ada 216 transaksi yang berlangsung di PaDi dan sebanyak 258 produk terjual selama beberapa hari di bazar dengan total omset hampir mencapai 40 juta rupiah,”
Baca juga: Pandemi Justru Tambah Karyawan Berkat PaDi UMKM
Saat ditanya bagaimana rencana ke depannya untuk membawa EITR untuk memperluas Kerajaan bisnisnya, ia menjawab dengan optimis bahwa parfum besutannya ini akan segera merilis signature perfume mereka sendiri pada pertengahan Agustus mendatang.
“Harapan kami, usaha parfum yang digemari segala usia ini bisa menjadi salah satu usaha yang saling menguntungkan untuk jangka panjang dan kami bisa memberi manfaat kepada lebih banyak orang yang bermitra dengan kami,” tandas Mariska.
Terinspirasi dengan kisah EITR Fragrance dan ingin merasakan kemudahan yang sama dengan bergabung di PaDi UMKM? Yuk, cari tahu selengkapnya tentang PaDi UMKM.
Temukan pula peluang yang tersedia untuk berkarier menjadi digital talent di Careers Telkom!
Artikel Terkait
Empat Tahun Berlayar Bersama ‘Kapal’ PaDi UMKM, Bikin PT Sinar Bersih Sukses Jaya Capai Transaksi 1,2M dalam Sebulan
1 bulan yang lalu
Fitur RFQ di PaDi UMKM berubah menjadi Tender Kilat
1 bulan yang lalu
Pentingnya Marketplace B2B Tumbuhkan UMKM di Indonesia
3 bulan yang lalu
PaDi UMKM: Transparansi Pengadaan Jasa Raharja dengan Vendor yang Variatif
3 bulan yang lalu