LP
Leap by Telkom
•
11 Sep 2023 16.45 WIB
Beberapa waktu lalu dunia maya cukup ramai membagikan konten tentang satu-satunya penumpang kereta di Stasiun Kami-Shirataki, Jepang. Stasiun kereta yang terletak di pedalaman Hokkaido ini memang tak banyak dikunjungi orang. Tidak sedikit yang mengatakan inilah stasiun tersepi di dunia. Video berdurasi singkat itu menayangkan seorang siswi berdiri di antara tumpukan salju. Tak lama berselang, kereta datang. Siswi tersebut masuk ke dalamnya. Suasana lengang, benar-benar hanya dia satu-satunya penumpang. Konon, seperti itulah setiap hari berlangsung selama bertahun-tahun.
Menurut pemberitaan yang beredar, sebetulnya stasiun Kami-Shirataki sudah lama direncanakan untuk tutup. Tetapi, kehadiran siswi ini membuat Perusahaan Japan Railway berpikir ulang. Perusahaan memutuskan tetap beroperasi meski bisa dikata, tak mendapat keuntungan. Disebutkan bahwa sampai kelulusan SMA siswi tersebut, kereta akan datang dan berangkat tepat waktu.
Apa yang sebetulnya dipandang perusahaan?
Bisa jadi perusahaan itu melihat sebuah potensi besar siswa tersebut di masa depan. Satu orang pelajar selalu berpeluang membawa perubahan di masa mendatang! Sebagaimana juga kalimat Soekarno yang kita kenal, “berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia!”
Berbicara mengenai peluang dan berinvestasi pada potensi, hal yang serupa tapi tak sama, juga dilakukan oleh Zulkarnain Samiun terhadap PaDi UMKM.
Saat pertama kali diperkenalkan dengan platform PaDi UMKM yang saat itu masih seumur jagung, mungkin sebagian orang akan merasa ragu. Apakah platform digital ini akan benar-benar membantu usaha UMKM? Apa benar platform ini juga akan mempertemukan mereka dengan pembeli bernilai transaksi besar? Hal yang lumrah untuk sesuatu yang baru dan saat itu belum teruji. Tetapi Zulkarnain justru berpikir beda. Ia melihat potensi PaDi UMKM di sana. Potensi yang bisa membawanya ke masa depan yang saat itu bahkan tak berani ia bayangkan.
Sekira lima tahun silam, bermodal uang lima juta rupiah, ia mulai mencoba membuat meja kerja untuk ditawarkan ke kantor-kantor. Awalnya ia bekerja di bidang perawatan gedung. Sempat ada pemutusan kerja, membuatnya mencari peluang yang bisa membuat dia dan keluarganya bertahan hidup. Berbekal sedikit kolega di tempat kerja lamanya dan belajar membuat meja secara otodidak lewat Youtube, dua meja berhasil ia jual ke sebuah kantor di Medan.
“Daripada kita nganggur, ya kita belajar buat meja, belajar buat baliho juga. Kita buat advertising-lah pelan-pelan, kita pelajari dari youtube. Kita juga membuat papan nama, neon box dan alhamdulillah terus berjalan sampai detik ini,” buka Zulkarnain.
Pelayanan terbaik adalah hal yang diutamakan. Maka tak jarang, dulu ia sering mengirim terlebih dahulu barang meski tanpa down payment apalagi pelunasan. Padahal, sistem seperti ini berpotensi membahayakan usaha. Pengalaman pahit memang acap dirasa seorang pengusaha, tak terkecuali Zulkarnain. Jatuh bangun sudah ia rasakan. Selain membuat sistem pengiriman tadi, hal lain adalah memilih partner tanpa mengecek latar belakangnya terlebih dahulu.
Pernah, dua pekerjaan besar senilai kurang lebih 100 juta, tak terbayarkan perkara pajak. Jadi, untuk mengerjakan kedua proyek tersebut, ia meminjam bendera perusahaan kawan. Saat itu, status usahanya perorangan, belum perseroan. Ternyata, perusahaan kawannya ini bermasalah dalam hal perpajakan. Ada tunggakan dan hutang pajak yang belum diselesaikan. Sehingga, meski pemberi kerja sudah membayarkan hak Zulkarnain lewat perusahaan kawan itu, Zulkarnain tak bisa mengambil uangnya karena ada keharusan membayar tunggakan pajak terlebih dahulu.
“Sampai sekarang, merinding saya kalau menceritakannya. Sebetulnya pengalaman kemarin itu sungguh sedih. Kita ada pekerjaan, kita pakai perusahaan kawan karena kan kita masih perorangan. Perusahaan kawan ini kita anggap bagus selama ini, tapi rupanya dia ada masalah di perpajakan. Jadi uang yang sudah dibayarkan pemberi kerja ke perusahaan kawan ini tidak bisa saya ambil,” ucapnya tak bisa menutupi kesedihan.
Perkenalan Zulkarnain dengan PaDi UMKM adalah atas rekomendasi PT Permodalan Nasional Madani (Persero) (PNM). Menurut Zulkarnain, proses transparansi yang ingin dicapai oleh PNM adalah salah satu alasan mengapa mereka menyarankan Zulkarnain, sebagai salah satu vendor, bergabung ke PaDi UMKM.
PaDi UMKM memang memungkinkan pelaku UMKM terhubung dengan pasar pengadaan BUMN. Ketika sebuah perusahaan, termasuk juga BUMN ingin menghadirkan transparansi dalam rangkaian tata kelola usahanya, maka digitalisasi menjadi solusi. Bukan hanya transparansi, begitupun dengan aspek-aspek lain. Terhadap lingkungan, misalnya. Fitur paperless administration and paperless verification yang ada dalam PaDi UMKM, memangkas banyak kebutuhan akan kertas yang sebelumnya menjadi beban lingkungan. Ketika penggunaan kertas diminimalisir, tentunya lingkungan akan terdampak baik. Seturutnya, efisiensi dan efektifitas proses menjadi lebih baik.
Sekedar informasi, untuk masuk menjadi salah satu vendor di BUMN syaratnya adalah memasukkan berkas-berkas yang cukup banyak dan memakan waktu bisa sampai dua minggu untuk administrasi dan verifikasi. Tetapi dengan digital melalui PaDi UMKM, semua itu bisa dilakukan hanya dalam hitungan menit. Lebih terperinci, Leapers bisa membaca artikel Fitur Paperless Administration & Verification PaDi UMKM Mudahkan Usaha Kecil Masuk Pasar Pengadaan BUMN.
Teranglah, hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip Environmental dan Governance dalam ESG (Environmental, Social, and Governance). Environmental (E) adalah tentang paperless yang memberi dampak ramah lingkungan, seperti dijelaskan di atas. Lebih luas, mengurangi penggunaan kertas sama halnya dengan penghematan sumber daya alam. Seperti kita tahu produksi kertas melibatkan penebangan pohon, pengolahan kayu, air, energi, juga bahan kimia. Ketika kebutuhan kertas berkurang, artinya kita juga melakukan penghematan sumber daya alam yang sangat penting seperti hutan.
Digitalisasi dengan paperless adalah juga ikhtiar kita dalam mengurangi limbah. Mengurangi pencemaran lingkungan, menghemat energi, yang pada akhirnya menjaga ketahanan lingkungan.
Sementara transparansi yang sempat disinggung Zulkarnain di atas, maksudnya adalah akses informasi yang bersifat terbuka. Seller, dalam hal ini UMKM bisa mengetahui proses pengadaan barang dan jasa di BUMN transparan. Juga dapat melakukan pemantauan secara real-time. Kapan barang dikemas, dikirim, dan sudah ada di posisi mana. Begitu pula dengan data yang dibutuhkan lebih terstruktur dan cenderung lebih mudah dianalisa serta aman. Kesemua ini merupakan bentuk Governance dalam ESG.
Sedang dari sisi Social, dengan jelas Zulkarnain merasa jika PaDi UMKM memberi kesempatan kepada dirinya mengangkat ekonomi keluarga dan lingkungan sekitar, “kalau perusahaan kan biasanya mengeluarkan CSR, walaupun kecil-kecilan, kita juga melakukan itu. Dulu, kita hanya dibantu dua orang, sekarang ada 18. Kita menanggung 18 kepala keluarga. Mereka yang tadinya merantau, kita bina pelan-pelan.”
Ia memang bercita-cita bisa memberikan manfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. PaDi UMKM membukakan jalan untuk itu. Ditambah, pengalaman pahit yang pernah ia telan dulu, sekarang mendapat solusi. “Dampaknya, kalau dulu pembayaran dan pemesanan tidak terkontrol, sekarang jadi terkontrol. Kalau pesanan ditumpuk misalkan, maka kita kelimpungan dalam hal distribusinya. Karena pembeli di kita berasal dari Aceh, Medan, Pekanbaru, Jambi, Sumatera Barat, bahkan Bali. Nah, ketika sudah ada PaDi UMKM, pesanan jadi terkontrol. Terutama untuk yang repeat order itu bisa langsung tayang. Jadi, misal untuk cabang-cabang PNM, bisa langsung melakukan pesanan tanpa harus lewat ke pusat lagi. Sudah bebas karena kontrolnya ada di PaDi UMKM yang membuat transaksi jadi transparan”.
Zulkarnain berharap PaDi UMKM berumur panjang, tidak seperti startup-startup yang seumur jagung. Karena menurutnya, UMKM di Indonesia tidak akan bisa maju dan berkembang jika tidak ada campur tangan pemerintah dan pihak-pihak yang benar-benar memperhatikan dan memberikan ruang.
“Saya ikut PaDi sejak PaDi berdiri tiga tahun lalu, alhamdulillah meningkatkan sumber perekonomian keluarga dan rekan kerja kita. Saat ini kita berhasil mendapat total nilai transaksi lebih dari 4 miliar dalam dua tahun terakhir dengan transaksi terkecil yang kita terima senilai 200 juta. Saya bersyukur ikut PaDi sejak awal dulu, sekarang sudah memetik buahnya,” tutup Zulkarnain.
Ibarat perusahaan kereta Jepang yang membiarkan seorang siswi menjadi penumpang satu-satunya dengan melihat potensi gadis itu di masa mendatang, pun begitu dengan Zulkarnain. Bergabung di masa awal baginya adalah sebuah investasi. Karena ia melihat potensi PaDi UMKM yang kelak akan mampu menaikkan harkat, derajat, dan martabat bangsa Indonesia melalui UMKM. Menjadikan Indonesia berdaulat digital! (hzr)
Artikel Terkait
Bigbox Telkom Terapkan Teknologi AI dalam Analisis Sentimen Pelanggan
1 minggu yang lalu
Empat Tahun Berlayar Bersama ‘Kapal’ PaDi UMKM, Bikin PT Sinar Bersih Sukses Jaya Capai Transaksi 1,2M dalam Sebulan
1 bulan yang lalu
Fitur RFQ di PaDi UMKM berubah menjadi Tender Kilat
1 bulan yang lalu
Pentingnya Marketplace B2B Tumbuhkan UMKM di Indonesia
3 bulan yang lalu