Leap Logo

DATA SCIENCE: Cukup Bertahan atau Menjadi Pemeran Utama?

LP

Leap by Telkom

20 Jun 2022 16.10 WIB

portrait

Keputusasaan! Itu yang menjadi alasan kuat Gi-Hun mau terlibat dalam misteri permainan Squid Game. Meski setelah kengerian babak pertama Ia memutuskan berhenti, tapi di lain hari, Ia tidak melihat peluang dan harapan hidup lain selain masuk lebih jauh di enigmatic game itu.

Heboh series Korea yang disutradarai oleh Hwang Dong-Hyuk, bukan tanpa alasan. Ketegangan, misteri, drama, kejutan, barangkali menjadi garam untuk series ini. Namun, inikah yang membuatnya begitu menggemparkan?

Hwang Dong-Hyuk mengaku kalau cerita Squid Game terinspirasi dari kehidupan sehari-hari warga Korea Selatan yang serba kompetitif lantaran ‘dikunyah’ oleh kapitalisme. Uang dianggap sebagai sumber kebahagiaan sehingga mereka kehilangan arah sebagai makhluk sosial.

Pada dasarnya, cerita ini dekat dengan kita. Artinya, ketika penonton merasa apa yang ditonton related dengan dirinya, tontonan itu sudah punya tempat tersendiri. Ibarat masakan, bumbu tersedap bukan terletak pada rempahnya, melainkan rasa lapar si pemakan.

Benang merah yang menyatukan episode satu ke episode lain, tak lain adalah bagaimana para pemain Squid Game bertahan dari permainan satu ke permainan selanjutnya. Kemampuan bertahan ini erat kaitannya dengan peluang yang bisa dihitung oleh masing-masing pemain lewat Data Science. Seperti pada babak Red Light Green Light, ketika boneka perempuan iconic itu menoleh, ia memindai pergerakan pemain dengan mendeteksi energi infra merah menggunakan Passive Infrared Sensors (PIR).

Squid Game bukan tontonan pertama yang menampilkan penggunaan data science dalam ceritanya. Sebelumnya ada Moneyball, film yang dibintangi Brad Pitt, diangkat dari kisah nyata yang menceritakan peran data statistik yang mampu memberi kemenangan kepada tim baseball Oakland Athletics.

Peter Brand, analis pemain tim Cleveland Indians lulusan Universitas Yale menciptakan sebuah sistem coding yang dibangun berdasarkan persentase dan data-data pemain yang sering mendapatkan safe saat berlari ke base. Data ini kemudian diubah menjadi angka, kemudian diolah lagi menggunakan statistik untuk membacanya.

Kedua contoh film di atas menempatkan Data Science dengan masing-masing tujuan yang berbeda.

“Metode-metode di dalam data science menggunakan pendekatan dari matematika. Di mana pendekatan matematika itu akan dieksekusi menggunakan pendekatan sistem komputer. Jadi kita perlu ilmu komputer science,” kata Rahmat Hendrawan, seorang Data Scientist di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Telekomunikasi di Jakarta.

Menurut Rahmat, Data Scientist adalah salah satu profesi yang banyak dicari oleh perusahaan teknologi di era digital sekarang.

“Data science sebetulnya adalah irisan dari tiga bidang ilmu, yakni komputer science, matematika dan statistik, dan ilmu bisnis. Bisnisnya sendiri juga tergantung dari domain knowledge-nya. Jadi tergantung dari apa yang mau dikerjakan dengan data science tersebut. Tujuannya jelas, bagaimana membuat strategi bisnis agar perusahaan tidak semata bertahan dalam persaingan, tetapi juga menjadi ‘pemeran utama’,” papar Rahmat.

Ketiga ilmu itu mutlak harus dikuasai ketika ingin menjadi seorang Data Scientist. Memahami business knowledge suatu perusahaan, sama pentingnya dengan menguasai hal-hal teknis seperti matematika dan statistik, “kalau misal kita mau mengerjakan analisis data untuk keperluan bisnis kesehatan, ya kita juga perlu tahu bisnis di dalam dunia kesehatan itu seperti apa. Kalau mau mengerjakan analisis data di dalam bisnis telekomunikasi, ya perlu tahu bisnisnya di dalam dunia telekomunikasi itu bagaimana”.

Lelaki 23 tahun Lulusan S1 Telkom University jurusan Informatika ini, memang sejak kuliah sudah fokus ke Data Science dan Artificial Intelligence. Tak heran, ketika memasuki dunia kerja, Ia memilih bidang yang tak jauh-jauh dari pendidikan yang telah ditempuhnya. Dalam keseharian sebagai seorang Data Scientist, ia membuat analisa-analisa data untuk bisa membantu bagaimana strategi bisnis perusahaan ke depan, “karena kita semua tahu bahwa setiap keputusan atau strategi bisnis harus ditentukan berdasar fakta dan fakta itu harus dianalisis melalui data agar menjadi data driven”.

Meski bisa dibilang antara pendidikan dan pekerjaan yang Rahmat pilih masih linear, bukan berarti Rahmat tak mengalami kendala. Ternyata, ada hal-hal non-linear yang justru mempengaruhi apa yang ia kerjakan.

Lebih lanjut, Rahmat menceritakan pengalamannya di bangku kuliah bahwa ilmu yang diberikan hanya dasar-dasarnya saja, ketika memasuki dunia kerja, ilmu yang diperlukan lebih luas lagi. Sebagai seorang Data Scientist dan sebagai lulusan S1 Informatika, sewaktu kuliah lebih banyak belajar mengenai komputer science dan metode-metode di data science. Padahal menurut Rahmat, di data science itu sebetulnya butuh business knowledge.

“Nah itu ngga begitu banyak dipelajari di kuliah begitu juga bagaimana mengaplikasikan data sciene ke dalam bisnis, termasuk teknik presentasi,” ujarnya.

“Masalahnya, sehebat apapun seseorang menguasai ketiga bidang tadi, kalau tidak bisa men-delivery hasil pekerjaan atau men-delivery knowledge dengan baik maka akan menjadi percuma. Orang tidak akan ngerti dengan apa yang kita kerjain!,” tambah Rahmat.

Saat itu, sewaktu presentasi, Rahmat masih sering menggunakan bahasa teknis yang hanya dimengerti orang-orang sebidang saja di data scientist. Sementara di dunia kerja, kita harus bisa men-deliver hasil pekerjaan kita ke orang yang belum pernah belajar data science, seperti orang bisnis, marketing, dan yang lainnya.

Selain itu, sebagai Data Scientist ketika ingin membantu tim marketing, setidaknya harus mengerti dasar-dasar marketing itu apa. Kalau sama sekali tidak mengerti tentang marketing, akan ada kebingungan saat tim marketing menjelaskan tentang problem mereka.

Alasan inilah yang membuatnya bertemu Pijar Mahir.

Gampangnya, Pijar Mahir itu platform atau aplikasi yang isinya adalah materi pembelajaran berupa video-video. Sebelumnya, Rahmat belajar sesuatu menggunakan youtube atau searching di google, tapi Ia sering kesal sendiri ketika yang muncul malah video yang tidak related, “kadang suka muncul video yang ngga jelas, yang pengajarnya aneh-aneh dan kita pun susah memverifikasi bagus tidaknya, valid tidaknya dari informasi yang kita dapat. Tapi di Pijar Mahir, banyak pilihan course online yang bisa kita pilih nantinya, dan kita tidak perlu khawatir lagi karena itu sudah pasti terverifikasi validitasnya”.

Belajar lewat Pijar Mahir juga menyenangkan karena flexibel, “kita ngga perlu strict dari jam berapa sampai jam berapa, tergantung kita nyamannya belajar kapan. Alhamdulillah ketemu Pijar Mahir”.

Pijar Mahir juga memberi kemudahan bagi penggunanya. Harga yang sangat terjangkau untuk semua kalangan, bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa Indonesia atau bahasa sehari-hari kita, dan aplikasi yang easy operated.

Cukup klik pijarmahir.id, kalau belum punya akun bisa buat terlebih dahulu atau bisa login dengan google, kemudian cari course mana yang mau di-enroll. Setelah dapat tinggal klik enroll, kemudian melakukan pembayaran, dan selesai.

“Trus kita juga bisa dapat sertifikat dari hasil belajarnya. Banyak juga promo-promo yang diberikan Pijar Mahir, pernah juga saya dapat bonus pulsa. Saya pikir hal-hal tersebut bisa menjadi keunggulan Pijar Mahir,” ujarnya.

Rahmat juga melihat Pijar Mahir sebagai salah satu bentuk nyata empati Telkom untuk menciptakan Sumber Daya Manusia Indonesia yang profesional dan berkualitas, dan Rahmat senang sekali.

Ia menilai Leap Telkom hadir membantu orang-orang untuk mengembangkan diri, “karena tidak semua mendapat privilege pendidikan, setelah hadirnya Leap Telkom dengan membawa Pijar Mahir, mereka menyediakan course dengan harga terjangkau bahkan ada yang gratis! Sehingga mereka bisa mengembangkan dirinya secara mandiri menuju nasib, penghidupan yang lebih baik lagi,” tandas Rahmat.

Masih penasaran dengan cerita lainnya? kunjungi medium kami di medium.leaptelkom dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!

Formulir Pertanyaan