LP
Leap by Telkom
•
02 Sep 2022 16.56 WIB
Kini Penerapan Artificial Intelligence Mampu Mendeteksi Mood Karyawan.
Masih ingat dengan film hollywood The Devil Wears Prada? Bagaimana Seorang Andrea Sachs, fresh graduate yang ingin menjadi jurnalis fashion harus pontang panting mengikuti bosnya, Miranda Priestly yang super-duper perfeksionis.
Situasi yang membuatnya tidak nyaman rupanya tidak menghalangi usahanya untuk melayakkan diri agar pantas menjadi asisten orang nomor satu di dunia fashion. Mengapa? Satu hal yang pasti, manusia mempunyai sifat untuk menaklukkan hal yang menantang tersebut.
Namun, tantangan saja tidak cukup untuk menumbuhkan etos kerja. Karyawan harus ditempatkan sebagai aset, umum disebut sekarang dengan istilah human capital. Karyawan harus bahagia baik secara finansial maupun psikologis sehingga mereka bisa berkontribusi penuh terhadap perusahaan. Telkom, adalah perusahaan telekomunikasi Indonesia yang mengerti betul akan hal ini.
Indeks Kebahagiaan Karyawan
Sebanyak 93% dari lebih 5.000 responden merasa bahagia dengan kualitas sebelum pandemi. Pasca pandemi angka tersebut jeblok menjadi 38% saja. Jobstreet.com menyebut sekitar 35% mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), belum lagi kondisi penyesuaian yang berdampak pada bonus, gaji, dan lain-lain.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berhasil mendapat penghargaan Best Company to Work For in Asia 2021, Telkom tidak diam saja melihat fenomena ini melainkan terus melakukan terobosan membangun employee engagement. Kemudian, yang terbaru dari Telkom adalah menerapkan Artificial Intelligence ke dalam fitur Face Mood Detection pada Aplikasi Diarium, sebuah aplikasi yang dirancang khusus bagi karyawan Telkom.
Baca juga: Kisah Digital Talent Telkom Indonesia, Berawal dari Satu Visi untuk Digitalisasi
“Jadi, Artificial Intelligence ini bentuknya platform yang bisa diintegrasi dengan produk-produk digital. Diarium salah satunya dipakai untuk absensi harian para karyawan. Fitur Face Mood Detection memungkinkan pembacaan wajah dengan cara selfie untuk mendeteksi ekspresi wajah dan mood mereka. Nah, jika misal kondisi saat itu sedang sedih, maka Diarium akan memberi action button untuk dikonsultasikan dengan tim yang sudah dipersiapkan,” buka Bayu, salah seorang Officer dari Emergent Technology Platform Capability (ETC) yang dulunya bernama Big Data Platform (BDA).
Kebutuhan Artificial Intelligence
Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bukan hal baru sebetulnya sebagaimana tertuang pada buku Principia Mathematica karya Bertrand Russell dan Alfred North Whitehead yang terbit tahun 1940 terkait konsep awal AI. Penerapannya dalam ilmu komputer sekira tahun 90-an. Beberapa tahun ke belakang penerapannya semakin massive dalam kehidupan sehari-hari.
“Penerapan artificial intelligence seperti face recognition untuk mengenali wajah atau optical Character Recognition (OCR), yaitu teknologi yang mampu mengekstrak teks dari gambar. Sama Speech to Text juga yang lumayan laris pemanfaatannya. Kami beberapa kali telah diminta buat support diantaranya dari Assessment Center Indonesia biasanya tuh buat transkrip audio wawancara, dan seperti dari MyDigilearn juga untuk online course mereka minta videonya dibuat jadi ada subtitle-nya sehingga bisa dibaca oleh mereka yang difabel mendengar,” jelas Bayu.
Pada dasarnya, Bayu juga menjelaskan bahwa AI bisa diaplikasikan khusus pada pekerjaan yang memiliki pola, atau sesuatu yang berulang. Ia memberi contoh seperti proses input data kependudukan yang jumlahnya ribuan. Jika nama dan alamat arus diketik secara manual bisa dibayangkan berapa lama waktu yang dihabiskan. Menggunakan AI dengan cara scan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dapat diambil teks nya saja, “menurut saya AI itu kata kunci-nya adalah tugas yang repetitif, simpel tapi repetitif”.
Selain itu, contoh penerapannya adalah pengawasan untuk test online (online proctoring). Tes online lewat webcam memungkinkan mendeteksi wajah apakah di depan layar itu benar dirinya sendiri ataukah menggunakan joki, misalkan. AI pun memungkinkan deteksi jumlah wajah yang ada dalam satu ruangan, begitupun jika posisi seseorang selalu menunduk yang mungkin mengindikasikan ia melihat contekan.
Tidak hanya itu, contoh usecase yang dikerjakan AI seperti melakukan pengumpulan feedback dari pelanggan untuk menentukan arah sentimen positif, negatif, ataukah netral. Cara konvensional adalah dengan memantau komentar yang masuk satu persatu tapi lagi-lagi, hal tersebut jauh dari kata efisien. Maka AI bisa menjadi solusi, pengerjaannya pun terang lebih cepat.
Baca juga: Bertumbuh di Telkom Wujudkan Idealitas menjadi Realitas
“Infomedia juga kemarin ada kebutuhan untuk mengklasifikasikan pelanggan mana yang sering komplain, pelanggan mana yang sering melakukan permintaan, memberi feedback, dan lainnya. Jadi kami coba bantu di sisi program marketing, termasuk melabeli sentimen dari masing-masing review user tadi sehingga biaya maintenance pelanggan bisa dihemat. Kan kalau pakai AI tinggal menggunakan komputer dan sifatnya auto, nah tentu itu menghemat waktu dan biaya juga. Sementara dari sisi aplikasi, peluang beberapa produk bisa meningkatkan experience seperti LangitMusik yang bisa merekomendasikan musik berdasar behaviour user, atau kesamaan genre musik yang intinya membuat lebih user friendly,” tambah Bayu.
Mau berkarya dan berkolaborasi dengan Bayu dalam membuat dan mengelola produk digital? Persiapkan diri kamu dan cari lowongan yang tersedia dengan klik button di bawah ini!
Face Mood Detection
Pada tahun 2018, Bayu bergabung di Telkom dan langsung bergabung di unit Big Data Platform dengan banyak mengolah tentang big data yang mana saat itu belum ada AI. Big Data di sini dalam arti data-data pelanggan dan data-data yang sifatnya besar. Lantas, ia didorong untuk membuat Chatbot. Dari sini ia mulai bereksplorasi ke AI. Dan sekarang lebih banyak mendapat tugas untuk melakukan integrasi berbagai use case dengan membuat propose solution ke tribe dan produk internal Telkom.
Kehadiran Diarium versi 5 dengan fitur terbarunya yaitu Face Mood Detection, Telkom ingin memberikan fasilitas terbaik untuk segenap karyawan dengan menerapkan teknologi mutakhir yang pada akhirnya dicita-citakan mampu mampu meningkatkan indeks kebahagiaan pegawai.
“Selain itu, harapan kami adalah bisa mengundang lebih banyak perusahaan teknologi untuk berkolaborasi dan mengeksplorasi kapabilitas Artificial Intelligence di Telkom karena kami yakin penggunaan AI bisa diterapkan di banyak hal,” pungkas Bayu.
Bagi Leapers yang masih penasaran dengan cerita lainnya, kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya.
Baca juga: Role, Responsibility, Challenge, dan Expertise UX Writer di Telkom
Artikel Terkait
Empat Tahun Berlayar Bersama ‘Kapal’ PaDi UMKM, Bikin PT Sinar Bersih Sukses Jaya Capai Transaksi 1,2M dalam Sebulan
1 bulan yang lalu
LLM dan Masa Depan AI: Kunci Keamanan Data dan Optimalisasi Operasional
1 bulan yang lalu
Potensi dan Tantangan AI Multimodal dengan Keragaman Bahasa di Indonesia
1 bulan yang lalu
Mengoptimalkan Keamanan dan Efisiensi dengan Video Analytic AI
1 bulan yang lalu