LP
Leap by Telkom
•
28 Oct 2024 16.18 WIB
Sekolah-sekolah di Indonesia menghadapi berbagai kendala saat beralih ke sistem Computer-Based Test (CBT) atau ujian berbasis komputer.
Meskipun CBT telah diupayakan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi evaluasi pembelajaran, kenyataannya implementasi di lapangan sering kali menemui berbagai hambatan, terutama di daerah dengan fasilitas pendidikan yang terbatas. Dalam penerapan CBT di sekolah-sekolah Indonesia, terdapat dua tantangan utama yang sering menghambat keberhasilan pelaksanaan ujian, yaitu perbedaan tingkat literasi digital dan masalah keamanan serta validitas ujian. Kedua kendala ini berperan signifikan dalam menciptakan kesenjangan dan risiko dalam implementasi CBT di berbagai sekolah, khususnya di wilayah yang belum siap secara teknologi dan sumber daya manusia.
Perbedaan tingkat literasi digital antara siswa yang tinggal di perkotaan dan pedesaan menjadi salah satu kendala yang mencolok. Di sekolah-sekolah perkotaan, siswa umumnya sudah lebih terbiasa dengan penggunaan perangkat digital seperti komputer dan tablet, sehingga mereka bisa lebih mudah beradaptasi dengan ujian berbasis komputer. Mereka sudah memiliki pengalaman menggunakan teknologi dalam keseharian, baik untuk pembelajaran maupun hiburan, yang membuat mereka lebih percaya diri dan cepat dalam mengikuti ujian virtual berbasis digital.
Sebaliknya, siswa di daerah pedesaan yang minim akses terhadap teknologi digital sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar. Banyak dari mereka hanya berinteraksi dengan komputer ketika berada di sekolah, dan itupun dalam durasi yang sangat terbatas. Akibatnya, mereka tidak hanya harus beradaptasi dengan format ujian yang baru, tetapi juga dengan penggunaan perangkat itu sendiri. Kurangnya pengalaman membuat mereka lebih lambat dalam mengakses soal, memilih jawaban, dan memahami cara kerja platform ujian. Meski secara akademik mereka mampu, keterbatasan literasi digital ini dapat menghambat performa mereka, sehingga hasil ujian sering kali tidak merepresentasikan kemampuan sesungguhnya.
Selain kendala literasi digital, aspek keamanan dan validitas ujian berbasis komputer juga menjadi perhatian utama. Pelaksanaan CBT rentan terhadap berbagai masalah keamanan, seperti kebocoran soal, manipulasi data, atau bahkan serangan siber yang dapat mengacaukan sistem ujian. Jika sistem keamanan tidak dirancang dengan baik, platform ujian bisa menjadi target pihak-pihak yang ingin melakukan kecurangan atau merusak integritas ujian.
Salah satu risiko utama adalah kebocoran soal, yang bisa terjadi jika soal-soal ujian tersimpan tanpa perlindungan atau jika ada celah dalam sistem yang memungkinkan akses ilegal. Ketika ini terjadi, keadilan dalam ujian akan terkompromi karena sebagian siswa bisa saja mengetahui soal-soal sebelumnya. Manipulasi data jawaban oleh pihak ketiga juga bisa terjadi, terutama jika tidak ada protokol keamanan yang ketat, yang pada akhirnya membuat hasil ujian menjadi tidak valid.
Selain itu, pengawasan dalam ujian daring jauh lebih sulit dibandingkan ujian berbasis kertas yang diawasi langsung di ruang kelas. Pengawasan digital, atau yang dikenal sebagai proctoring, sangat penting untuk memastikan kejujuran siswa. Namun, tidak semua sekolah memiliki akses ke teknologi pengawasan ini. Di banyak kasus, terutama di sekolah-sekolah yang tidak dilengkapi dengan perangkat lunak pemantauan, siswa bisa dengan mudah membuka tab lain untuk mencari jawaban, menggunakan perangkat kedua, atau bahkan berkomunikasi dengan orang lain tanpa terdeteksi.
Keterbatasan dalam pengawasan ini menciptakan celah yang memungkinkan kecurangan terjadi secara luas. Tanpa sistem proctoring yang baik, hasil ujian berbasis komputer menjadi sulit untuk dipercaya sebagai cerminan kemampuan siswa yang sebenarnya. Hal ini berdampak negatif pada kredibilitas ujian dan berpotensi merusak tujuan utama dari penerapan CBT, yaitu menciptakan evaluasi yang lebih adil, efisien, dan akurat.
Pijar Sekolah sebagai platform khusus untuk ekosistem pendidikan, menghadirkan terobosan yang dapat membantu sekolah menghadapi tantangan di dunia pendidikan. Fitur CBT yang dimiliki Pijar Sekolah sebagai aplikasi ujian virtual memungkinkan siswa mengikuti ujian secara digital. Canggihnya, fitur ini sudah disematkan teknologi Remote Block yang menjadi protektor ‘anti menyontek’ untuk meminimalisir potensi kecurangan saat ujian berlangsung.
“Pijar Sekolah menawarkan end-to-end solution untuk membantu guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar sehari-hari dengan bantuan teknologi. Untuk proses belajar, kita menghadirkan fitur Konten Belajar sebagai alternatif pilihan belajar yang lebih fresh dan seru dibandingkan metode belajar konvensional. Sedangkan untuk tahap ujian sekolah, kita menghadirkan fitur CBT yang bisa sekolah manfaatkan untuk melakukan ujian yang lebih efektif dan efisien. Dan masih banyak lagi fitur yang lainnya,” ucap Tribe Leader Education Digital Business and Technology Telkom, Djufri Adrian.
Seperti disebutkan Djufri, Pijar Sekolah menghadirkan Konten Belajar yang dipersonalisasi dan disesuaikan dengan kecepatan dan gaya belajar masing-masing siswa. Tujuan dihadirkannya fitur ini tak lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan mendorong tiap siswa berprestasi. Lewat fitur ini, siswa dapat belajar dengan lebih efektif dan efisien, dan guru dapat lebih fokus memberikan bimbingan kepada siswa melalui konten interaktif yang bisa diupload langsung melalui Pijar Sekolah.
Salah satu sekolah yang sudah berhasil memanfaatkan platform Pijar Sekolah adalah SMAN 40 Jakarta. Pelaksanaan ujian yang semula menggunakan kertas, berkat Pijar sekarang sudah berganti CBT. Bukan sekadar menghilangkan ketergantungan pada kertas saja, tetapi juga mengotomatisasi penilaian sehingga hasil ujian bisa diperoleh dengan cepat.
“Sejak menggunakan Pijar Sekolah, siswa kami dapat mengerjakan ujian secara digital dan hasilnya dapat dipantau secara real-time oleh guru dan orang tua,” ungkap Titin Novianti, Kepala Sekolah SMAN 40 Jakarta.
Pernyataan Titin dibenarkan oleh Yura, salah seorang siswa di sana, “Saya merasa lebih siap dalam menghadapi ujian dan ujian jadi lebih mudah karena Pijar Sekolah, apalagi hasilnya bisa dilihat langsung setelah ujian selesai.”
Pijar Sekolah telah mengintegrasi delapan ribuan sekolah yang ada di Indonesia. Sebanyak empat puluh ribu guru dengan lebih dari delapan ratus siswa terdaftar menggunakan Pijar. Hal ini menunjukkan komitmen Telkom untuk menyediakan infrastruktur yang mumpuni dan mengedepankan keamanan informasi, Pijar Sekolah berhasil membuktikan bahwa digitalisasi dalam dunia pendidikan bukan sekadar mengenai teknologi saja, melainkan tentang menciptakan ekosistem belajar yang efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Artikel Terkait
Pijar Sekolah Dorong Daya Saing Siswa melalui Layanan Pendidikan Berkelanjutan
1 minggu yang lalu
Solusi Digital Pijar Sekolah Percepat Terwujudnya Generasi Emas yang Memiliki Daya Saing
1 minggu yang lalu
Teknologi AI dari Telkom: Solusi Tingkatkan Bisnis dan Digitalisasi Bangsa
3 minggu yang lalu
Bigbox Telkom Terapkan Teknologi AI dalam Analisis Sentimen Pelanggan
1 bulan yang lalu