LP
Leap by Telkom
•
05 May 2023 12.04 WIB
Dedikasi personal membuahkan keberhasilan sebuah produk.
Dorongan dan motivasi dalam menciptakan inovasi didasari oleh kuatnya dedikasi dan keberadaan seseorang di lingkungan kerjanya. Di era yang kini serba digital, cerita macam ini bukanlah hal asing lagi di telinga kita.
Seperti bagaimana aplikasi belanja sayur dan buah secara online akhirnya terlahir dan kian digunakan oleh banyak orang hingga saat ini. Kehadiran aplikasi tersebut ternyata dilatarbelakangi oleh dorongan seorang ibu untuk mencukupi kebutuhan bahan makanan sehat keluarganya. Kemudian, ada juga cerita mengenai startup antar jemput online, yang aplikasinya kini telah menjadi superapps yang tak henti-hentinya digunakan oleh satu penduduk Indonesia. Kemunculan startup ini ternyata didasari atas keinginan untuk menerjang macetnya Kota Jakarta.
Dalam periode lima tahun ke belakang, cerita mengenai inovasi digital banyak beredar di berbagai kalangan. Cerita-cerita tersebut membuahkan sebuah kesimpulan bahwa seorang Product Manager memiliki peran yang penting dalam keberhasilan inovasi digital hingga akhirnya dapat dimanfaatkan oleh banyak pelanggan.
Product Manager merupakan role pekerjaan yang banyak dicari belakangan ini. Prospek kerja yang luas dan tugasnya yang kini kerap dibutuhkan perusahaan membuat role ini juga banyak diminati. Product Manager, atau yang biasa disebut PM, memiliki peran penting dalam mengembangkan suatu produk. Hal ini tentu disertai dengan tanggung jawabnya untuk membuat produk tersebut berhasil dan dapat bertahan lama. Seorang PM pasti akan terus diharapkan untuk menciptakan inovasi teknologi, bisnis, dan pengalaman pelanggan. Mereka akan diberikan pekerjaan untuk menyelesaikan permasalahan pelanggan dan mengubahnya menjadi solusi yang dapat terus eksis di pasar.
“Tugas Product Manager atau PM itu sebenarnya adalah mencari solusi dari permasalahan. Kita mencari masalah-masalah yang bisa kita solve. Masalah yang tadinya ribet menjadi mudah sehingga potensinya bisa keluar,” tutur Naufal Herwandi, Product Manager dari PaDi UMKM.
Ketika dilemparkan pertanyaan mengenai alasan kenapa ia tertarik untuk berkecimpung di dunia UMKM, pria berkacamata itu menjawab sambil tertawa, “ya karena UMKM itu banyak masalah,” ucapnya. Ia lalu terkenang dengan kehidupan masa kecilnya. Tak lama, ia pun menceritakan bahwa ayahnya dulu adalah salah satu pelaku UMKM.
Usaha macam apapun dicoba olehnya, mulai dari toko kelontong hingga jualan kue basah. Saat kecil, Naufal sering dibagikan kue jualan sang ayah. Ia selalu senang ketika diberikan kue-kue tersebut. Namun seiring bertambahnya usia, ia baru mengerti bahwa ketika ayahnya membagikan kue tersebut, itu berarti jualannya tidak laku. Ia lalu merenungkan bagaimana sulitnya kehidupan yang dihadapi oleh sang ayah.
“Ya karena marketnya di situ-situ saja. Saya kasihan, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin momen-momen itulah yang mengingatkan saya dan menjadi motivasi saya saat ini. Masalah utama UMKM adalah mendapatkan pasar. Ketika saya berkeliling ke beberapa daerah di Indonesia pun, hampir semua UMKM mengalami masalah yang sama dengan yang ayah saya hadapi. Bagaimana cara agar penjualan lebih banyak? Bagaimana cara agar produk dikenal lebih banyak orang? Bisa dibilang, saya ingin balas dendam, saya ingin memberi solusi yang nyata terhadap UMKM lewat PaDi,” tutur Naufal dengan tegas.
Jumlah UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia memang banyak. Namun menurut Naufal, banyak kasus UMKM di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya, meskipun produk tersebut terbilang bagus dan layak. Jika produk tidak dipasarkan dengan baik, apa yang dijual hanya akan berakhir menjadi barang konsumsi pribadi. Dengan begitu, harapan untuk mencapai profit menjadi mustahil, apalagi jika berharap untuk UMKM dapat naik kelas.
“Usaha Mikro Kecil Menengah itu punya potensi yang besar, bahkan penyumbang GDP (Gross Domestic Product) terbesar di Indonesia. Lalu, kami melihat ada pasar pengadaan yang sangat besar di Indonesia yaitu melalui BUMN yang dalam satu tahun nilainya mencapai 700 Triliun. Tentu saja kami melihat itu sebagai potensi. Tetapi, UMKM kesulitan untuk mendapatkan pasar tersebut. Ketika mereka mau berjualan ke BUMN, mereka harus berhadapan dengan proses verifikasi dan proses administrasi yang lumayan banyak,” ucap Naufal.
Sebagai seorang Product Manager, Naufal pun mencari akar masalah untuk kemudian menciptakan solusi dari PaDi UMKM. Proses administrasi dan verifikasi yang biasa dilakukan secara manual oleh banyak UMKM ternyata dinilai tidak efisien. Banyaknya berkas yang perlu ditangani serta pengiriman dan pengecekan kelengkapan dokumen yang dilakukan secara manual dapat membuat proses administrasi dan verifikasi bisa mencapai dua minggu bahkan bulanan.
Namun, Naufal melihat adanya peluang yang dapat diciptakan dari permasalahan ini. PaDi UMKM kemudian menghadirkan fitur ‘paperless administration & paperless verification’ untuk membantu proses administrasi dan verifikasi menjadi lebih sederhana dan efektif.
“Sebelum PaDi UMKM ada, proses verifikasi itu dilakukan secara manual. Mereka mengirimkan berkas kelengkapan dokumen, baru kemudian bisa masuk ke dalam vendor list BUMN. Nah, PaDi menjembatani antara UMKM dan BUMN dan prosesnya kita buat otomatis. Sehingga kesulitan UMKM terkait proses verifikasi dan dokumen yang harus lengkap itu bisa dilakukan di PaDi UMKM. Semudah foto dari ponsel dan BUMN bisa langsung berbelanja di toko tersebut. Tanpa harus melalui proses verifikasi yang rumit seperti sebelumnya, yang awalnya satu bulan kita persingkat jadi hanya satu jam!,” tuturnya.
Fitur ‘paperless administration & paperless verification’ juga merupakan hasil dari dedikasi Naufal dengan timnya. Selain memudahkan UMKM untuk mengatur proses administrasi dan verifikasi, operasional platform ini juga dibuat sesederhana mungkin. Naufal juga mengakui bahwa tanpa bantuan timnya, ia mungkin tidak dapat mewujudkan inovasinya untuk membuat UMKM naik kelas. Berkat adanya fitur ini, perkembangan bisnis UMKM, performa ekonomi, dan taraf hidup Indonesia pun lebih meningkat.
“Platform itu tidak ada artinya kalau masih susah dipakai oleh user-nya. Itulah yang disebut easy operated platform. That’s why sebelum kita membuat platform, kita melakukan riset, melihat siapa yang akan memakai platform ini, yaitu UMKM. Selain mengembangkan fitur-fitur dalam platform, kita juga memberikan serangkaian pelatihan, sosialisasi, campaign agar pelaku UMKM bisa naik kelas,” tandas Naufal.
Bagi kamu yang ingin ikut andil dalam mengembangkan UMKM di Indonesia, yuk bergabung bersama kami dengan menjadi digital talent di Telkom Indonesia. Langsung saja cek di sini untuk informasi lengkapnya ya!
Artikel Terkait
Pengimplementasian IoT Oleh Antares, Memberikan Solusi Penghematan Biaya Pada Bisnis
1 tahun yang lalu
Tantangan Social Media Specialist dalam Membangun Penjenamaan Produk Digital Telkom
1 tahun yang lalu
Usaha VPM OCA dalam Menjangkau Komunikasi Digital Melalui Market Validation
1 tahun yang lalu
Pandemi Justru Tambah Karyawan Berkat PaDi UMKM
1 tahun yang lalu