Leap Logo

Growth Mindset sebagai Modal Menembus GPTP XV

LP

Leap by Telkom

29 Aug 2022 18.14 WIB

portrait

Barangkali Leapers pernah mendengar kisah seorang pegawai Cold Storage yang meninggal dunia karena terjebak dalam ruang es. Tidak, bukan suhu dingin yang membuatnya menghembuskan nafas terakhir, melainkan pikirannya!

Kala itu Ia bekerja lembur memasukkan stok ikan ke dalam ruang beku, tiba-tiba saja pintu tertutup. Panik!

Ia mencoba membuka pintu tetapi tidak berhasil, pikirannya kacau. Ia membayangkan bagaimana jika mengalami hipotermia di kondisi dingin dan ia tahu persis berapa lama tubuh manusia mampu bertahan dalam ruang beku itu. Dalam keputusasaan, ia menuliskan menit demi menit apa yang dilaluinya di dalam. Keesokan pagi, benar saja tubuh pria itu ditemukan tak bernyawa oleh pegawai yang mulai berdatangan. Tetapi tahukah? Kematian dia bukan disebabkan dinginnya suhu karena ternyata ruang beku tersebut sedang rusak dan suhu tidaklah mencapai minus. Kematiannya disebabkan oleh sugesti pikiran.

Fragmen di atas, terlepas dari kebenaran cerita atau fiksi belaka sering disampaikan dalam seminar-seminar membangun karakter. Tujuannya adalah membangun kekuatan pikiran, karena kita sama-sama tahu bahwa pikiran menentukan banyak tindakan kita ke depan.

Belakangan, ada istilah yang lebih spesifik lagi, yakni Growth Mindset.

Growth Mindset membuat seseorang percaya dan yakin bahwa Ia mampu melakukan hal-hal yang mungkin terlihat mustahil. Misal, seorang anak kampung yang serba kekurangan, yang bahkan untuk pergi ke sekolah dasar saja harus menempuh jarak cukup jauh, bercita-cita akan pergi ke Edensor dan kuliah di Eropa. Terdengar mustahil, tetapi Andrea Hirata membuktikannya. Tentu kisah-kisah serupa juga sering kita dengar.

Bagaimana dengan seorang digital talent? Pentingkah memiliki Growth Mindset ini?

“Menurut saya, growth mindset merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang digital talent, karena kita tidak melakukan semua hal sendiri, kita wajib menganggap diri untuk terus perlu belajar. Mungkin, kalau saya tidak menanamkan growth mindset dalam pikiran saya, saya tidak akan berhasil menembus Great People Trainee Program atau yang biasa disingkat GPTP tahun ini,” ungkap Muhammad Arrosyid, salah satu alumni internship Direktorat Digital Business (DDB) Telkom yang berhasil lolos seleksi GPTP XV tahun 2022.

Rosyid menceritakan jika dirinya sempat gagal ketika mengikuti GPTP ke XIV sehingga ketika di percobaan kedua di GPTP XV ia benar-benar mempersiapkan diri. Bisa dikata persiapannya selama setahun dengan lebih banyak mempelajari soal-soal Tes Kemampuan Dasar (TKD) dan Tes Potensi Akademik baik berlatih lewat buku-buku maupun soal-soal di internet.

“Belajar dari kegagalan GPTP XIV kemarin, saya mengevaluasi kekurangan dan di mana saja yang bisa saya tingkatkan atau improve agar mendapat hasil yang saya ingin capai yaitu lolos GPTP XV. Jadi, ya memang memiliki mindset kita bisa terus berkembang dan meng-improve diri kita sendiri agar lebih baik dan mencapai yang yang kita inginkan secara maksimal. Once, sudah banyak juga informasi di internet yang memudahkan saya belajar dengan mengikuti kursus online, sertifikasi, atau sekedar membaca artikel dan nonton-nonton di youtube. Semua bisa menambah wawasan dan pengetahuan di era digital ini yang membantu saya berproses dalam kehidupan. Dengan memiliki growth mindset, kita dapat terus mengupdate diri,” kata Rosyid.

Ketertarikan Rosyid pada dunia digital dan telekomunikasi sudah terbit sejak ia memilih kuliah di Telkom University (Tel-U). Passion-nya di bidang telekomunikasi didasari karena ia sadar bahwa telekomunikasi tidak hanya berbicara telepon saja, melainkan lebih luas dari itu. Sebut saja Internet of Things (IoT), Artificial intelligent (AI), juga Machine Learning. Bahkan tugas akhirnya pun tentang Cloud Gaming.

Rosyid lulus kuliah bulan November 2021. Sebetulnya, sejak tahun 2019 ia sudah memiliki pengalaman bersama Telkom. Tahun itu ia gladi, semacam magang di kuliah tingkat 3 selama 6 minggu di Witel Semarang pada divisi access network dimana bersama team squad atau special quality and assurance mengurusi terkait wifi.id dan maintenance perangkat-perangkat Telkom.

Semasa kuliah ia juga mengikuti program Innovillage, yaitu sebuah program kerjasama antara Telkom dan Telkom University sebagai bentuk pengabdian masyarakat, “jadi kami sebagai tim mendapat dana sekitar 18 juta dari Telkom untuk membuat alat IoT pendeteksi banjir di Desa Kertajaya. Selama tiga bulan kami men-develop alat tersebut dan mengaplikasikannya di sana”.

Dari Innovillage, bulan berikutnya Rosyid mengikuti program Digital Telkom Incubator (DTI). Selama tiga bulan Rosyid mengambil skill set di Scrum Master secara online. Setiap minggu ia dengan semangat mengikuti kelas-kelas Scrum, termasuk juga terlibat dalam project langsung yang menuntut ia sebagai Scrum Master.

Rosyid pada akhirnya banyak menangani beberapa project di kampus menggunakan metodologi Scrum setelah mendapat sertifikat Scrum Master dari Corpu. Ia juga mendapat award sebagai salah satu best intern DDB 2021 yang mendapat award Talent Visit ke Telkom Landmark Tower (TLT).

“Nah, setelah dari DTI ini di bulan Januari Alhamdulillah saya diterima internship di DDB dan ditempatkan di Indigo, tepatnya di Program Incubation Indigo. Saya juga terpilih sebagai best intern dan diundang ke TLT dan itu menjadi pengalaman terbaik yang memotivasi saya di GTPT XV. Di sini saya merasa beruntung banget, karena internship di DDB Telkom memberi saya kesempatan untuk berkembang menjadi future digital talent,” kata Rosyid lagi.

Anak pertama dari tiga bersaudara ini memang memiliki visi jauh ke depan. Sudah lama ia memahami jika digital bisa menjadi sebuah solusi. Ia memaparkan pandangannya melihat teknologi yang semakin maju, bisa dikata masing-masing orang pasti memiliki handphone. Menurut ia, semua sistem digital yang paling kecil dimulai dari handphone yang bisa membantu proses kehidupan sehari-hari.

“Contoh yang paling berkesan ya waktu pandemi, karena kan ruang kita terbatas dan cuma punya akses di handphone dimana teknologi digital sangat dibutuhkan. Kalau dulu semua serba konvensional menuntut kita hadir di tempat secara langsung, nah dengan digital sekarang jadi lebih mudah dan efisien,” tambah Rosyid.

Efisien yang dimaksud Rosyid adalah dengan digital membuat kita tidak perlu mengeluarkan resource yang lebih banyak untuk hasil yang lebih maksimal. Seperti proses kegiatan belajar mengajar yang sempat diterapkan secara daring saat pandemi kemarin, tanpa perlu datang ke kampus pun, sudah bisa di-provide dengan digital baik melalui zoom maupun platform video lain. Mahasiswa tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi atau tinggal dikos tapi tetap dapat ilmunya, walau tentu ada plus dan minusnya juga.

Sebagai seseorang yang percaya bahwa growth mindset adalah modal melakukan transformasi, Rosyid optimis kelak Telkom akan mampu mengakselerasi pertumbuhan ekosistem di Indonesia dan ia akan menjadi bagian dari proses itu.

“Telkom memiliki tiga domain bisnis yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital services, dan saya mempunyai background baik di connectivity maupun secara services baik dari DDB. Saya berharap ketika di Telkom, saya bisa berkontribusi ikut meratakan pembangunan infrastruktur alat komunikasi karena digital platform dan digital services sangat tergantung dengan infrastruktur agar kelak dapat mendorong pertumbuhan ekosistem digital. Telkom sendiri sebagai enabler telekomunikasi digital yang menurut saya terbesar mempunyai resource SDM maupun teknologi yang dapat mendukung Indonesia berkedaulatan digital,” pungkas Rosyid.

Selain Program GPTP, Telkom juga memberi kesempatan untuk kamu bisa bekerja dan mengembangkan diri sekaligus mengembangkan produk-produk Digital Telkom, lhoo! Yuk siapkan CV dan Portofoliomu dan apply dengan klik button di bawah ini.

Bagi Leapers yang masih penasaran dengan cerita lainnya, kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya.

Formulir Pertanyaan