LP
Leap by Telkom
•
26 Dec 2022 17.35 WIB
Saat ini, tercatat lebih dari 11 juta orang bermukim di kota Wuhan. Ibu kota dari Provinsi Hubei, Tiongkok ini dahulu dikenal dengan ‘Wǔhàn Huìzhàn’, peristiwa pertempuran akbar antara Jepang dan Tiongkok sepanjang Perang Dunia II. Selain sebagai kota terbesar di Hubei, Wuhan menjadi kota paling padat penduduk di Tiongkok Tengah. Lebih menilik ke dalam, Wuhan memiliki pasar makanan laut Huanan yang lokasinya berada di pusat kota. Sejak dini hari, tepatnya pukul 03.00, pasar tersebut sudah bergeliat. Pasar menjulur di dua sisi jalan utama dari lingkungan kelas menengah atas distrik komersial Hankou.
Ketika di penghujung 2019, Pasar Huanan mendadak menjadi pusat perhatian dunia. Ya! tempat yang dipercaya menjadi salah satu locus pertama penyebaran virus Covid-19. Virus yang menyebar dalam skala global. Menjadi apa yang dinamakan pandemi, istilah yang merujuk pada epidemi yang menyebar ke berbagai benua dan negara, menyerang banyak populasi. Dalam hitungan pekan, berbagai negeri terpapar termasuk Indonesia. Semenjak itu cerita tak lagi sama, ribuan orang terjangkit Covid dalam waktu sekejap.
Di Indonesia, pemerintah dengan cepat mengerahkan seluruh penanganan untuk mengatasinya. Salah satunya dengan vaksinasi massal sebagai respon strategis yang diambil. Tujuan finalnya yaitu terbentuknya Herd Immunity alias kekebalan kelompok dan tentu ini bukan pekerjaan ringan. Dibalik kisah keberhasilan perang menghadapi Covid-19 yang dipahami kebanyakan orang sekarang, rupanya ada tangan Telkom yang ikut terlibat. Telkom turut dalam proyek kesehatan dan sekaligus kemanusiaan pada salah satu periode tersulit bangsa ini. Telkom datang mengulurkan kemampuan teknokratisnya, melalui ‘Satu Data Vaksinasi Covid-19’ dan ‘PeduliLindungi’.
Vaksinasi Covid-19 Sebagai Kerja Berbasis Data
Sekarang, anda dipastikan sudah begitu familiar dengan aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi yang merupakan buah dari rangkaian pergolakan pelik melawan Covid-19. Awalnya, Telkom terpanggil membantu pemerintah menangani pandemi Covid-19. Sebagai perusahaan telekomunikasi, kapasitas yang dapat dilakukan yaitu membangun Satu Data Vaksinasi Covid-19. Sebuah sistem untuk memudahkan pemerintah dalam melakukan vaksinasi.
Dalam mengejar target Herd Immunity di sebuah negeri berpenduduk nomor empat di dunia bukan perkara sepele. Terdapat 270 juta lebih manusia dengan sebaran luas dan geografis yang menantang karena meliputi 13,000 pulau dengan beberapa daerah ada di pegunungan yang tidak mudah dicapai. Maka, diperlukan campur tangan teknologi untuk mencapainya.
Berbagai tantangan kian terasa dalam menggelar vaksinasi massal. Terlebih, target vaksinasi Indonesia yang terbilang cukup tinggi. Pada saat awal diumumkan, pemerintah menargetkan minimal 70% penduduk Indonesia harus divaksinasi sebanyak 2 kali dalam waktu setahun. Jumlah ini mencakup penduduk berumur 17 tahun ke atas. Pada angka 70% sendiri merupakan syarat minimal agar terbentuk Herd immunity. Diperjalanannya sasaran kelompok usia yang menerima vaksin meluas. Sebab sekolah perlu dibuka, kehidupan pelan-pelan harus kembali normal. Sasaran vaksinasi akhirnya menyasar sampai ke umur 12 tahun atau remaja, bahkan anak-anak usia dibawahnya yaitu 6 tahun ke atas.
Meluasnya sasaran kelompok umur menyebabkan volume target membengkak. Joddy Hernady, Head of Digital Vertical Ecosystem — Health Telkom, mengingat persis periode tersebut.
“Targetnya menjadi lebih tinggi lagi. Lebih dari 80 persen gitu ya, jadi 87 persen. Target ini cukup besar. Ini tidak mudah, apalagi juga dikaitkan dengan ketersediaan vaksin. Vaksin kan datangnya bertahap dengan ‘brand’ yang bervariasi juga, sehingga pemerintah perlu membuat prioritas.”
Pada umumnya skema prioritas vaksinasi covid-19 Indonesia mengambil runtutan. Pertama, yaitu tenaga medis, lalu lansia, lantas petugas publik, diikuti masyarakat rentan baru kemudian masyarakat umum termasuk remaja dan anak-anak. Dengan data yang kompleks, maka tahapan ini memerlukan sistem untuk mengidentifikasi siapa yang memenuhi syarat dan ketentuan. Dengan kata lain, diperlukan sistem pendataan yang solid dengan pengakumulasian data berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang harus bisa dipetakan dengan kategori penerima vaksin. Sehingga teridentifikasi orang yang berhak disuntik berdasarkan tahapan yang sudah ditentukan pemerintah, termasuk sudah disuntik vaksin atau belum. Selain itu, juga menyangkut data berapa dosis yang sudah diterima. Satu kali suntik atau belum sama sekali atau justru sudah ke tahap booster. Detail lain juga termasuk identifikasi jenis vaksin yang digunakan dari beragam merek.
Dengan itu, kombinasi ragam data tadi tentunya harus disaring oleh sistem. Telkom dengan teknologi yang digunakannya, bekerja di wilayah tersebut. Sistem data itu sangat berguna, salah satunya guna memantau progres vaksinasi dari waktu ke waktu. Progresnya mencakup jumlah vaksinasi yang telah dilakukan per hari, daerah vaksinasi yang sudah optimum dan wilayah mana yang masih tercecer, serta detail-detail lain yang dibutuhkan. Tentu sebuah pekerjaan data skala raksasa, mengingat posisi demografi dan geografi Indonesia sebagai negara kepulauan besar.
Vaksinasi Lalu PeduliLindungi, Kehidupan Masyarakat dalam Pandemi
Selama pandemi, vaksinasi menjadi isu hangat berbagai belahan dunia. Teringat ratusan talk show di televisi dan kanal YouTube dengan pemandu acara memakai masker yang mengulas masalah vaksin. Berbagai sudut pandang dan isu hadir diperbincangkan. Walaupun tak semua pihak, namun mereka yang benar-benar terlibat akan memahami konteks masalahnya secara presisi. Kritikus mungkin berguna mengingatkan satu dan lain hal. Tapi yang terlibat langsung acapkali punya ukuran lebih akurat. Joddy Hernady memiliki ingatan yang baik atas isu tersebut, sebagaimana penuturan panjangnya,
“Bisa dibayangkan kalau satu tahun itu 360 hari ya. Jadi kalau target pertama 70% tuh 180 jutaan penduduk harus divaksinasi covid-19. Yang ditargetkan 180 juta orang. Kalau 2 kali vaksinasi berarti 360 juta suntikan harus dilakukan dalam setahun. Artinya kalau 360 hari setahun, berarti rata-rata satu hari itu harus satu juta suntikan. Di awal-awal itu baru 50.000–100.000 suntikan. Sehingga ada hari dimana untuk mengejar satu juta rata-rata, dilakukan suntikan 2 juta sampai 3 jutaan. Kita pernah satu hari mencapai rekor hampir 3 juta suntikan. Nah hal-hal inilah yang menyebabkan diperlukan sistem berbasis data. Guna membantu pemerintah agar melakukan vaksinasi secara tepat sasaran dan sesuai waktu. Dan alhamdulillah kan boleh dikatakan target-target itu bisa dicapai.”
Telkom pun membangun sebuah sistem yang berkemampuan mengidentifikasi perkembangan vaksinasi sampai ke tingkat faskes-faskes di Kabupaten dan Kecamatan. Jelas membantu pemerintah menajamkan pemantauan. Dengan sistem data ini, kebijakan percepatan vaksinasi sangat dapat terukur, termaksud daerah yang harus diakselerasi vaksinasinya dalam kurun waktu tertentu. Kabar baiknya, sistem data yang dibangun Telkom pada akhirnya menjadi piranti pembantu yang cukup efisien dalam menjawab target Herd Immunity. Padahal, mulanya kekebalan komunal sendiri ditargetkan selesai dalam kurun waktu 1 tahun atau batas toleransi maksimumnya 15 bulan. Akan tetapi, memasuki tahun 2022 Indonesia melihat, target tersebut berhasil dicapai.
Tidak hanya sistem pendataan yang komprehensif, Telkom juga mengembangkan aplikasi PeduliLindungi. Sejak awal, aplikasi ini ditujukan untuk membantu proses tracking penyebaran pandemi. Tracking ini meliputi untuk melihat potensi orang-orang dan wilayah yang memiliki kemungkinan terpapar, sehingga lebih mudah penanganannya. Sebuah cara antisipatif yang memang sangat urgen selama wabah menggila.
Kemudian, PeduliLindungi terpilih menjadi salah satu aplikasi paling populer di tanah air selama masa pandemi. Tercatat lebih dari 104 juta orang mengunduh aplikasi tersebut serta user aktif per bulan pernah menembus angka 50 juta. Ia bukan start up, ia dimulai dari kerja kemanusiaan. Di sini kita bisa melihat bekerjanya kredo lama ‘wisdom behind disaster’ yaitu hikmah dibalik bencana.
Kini, PeduliLindungi berkembang menjadi aplikasi yang lebih komplit. Di dalamnya ada fitur ‘teledokter’, ‘pelayanan kesehatan’, hingga ‘cari kamar rumah sakit’. Sangat berpotensi menjadi public/citizen health apps di masa datang. Itu akan menjadi tema hari depan yang menarik.
Pada akhirnya, sebagai sebuah bangsa kita semua pernah mengarungi masa super sulit bernama pandemi Covid-19. Terhitung lebih dari seratus ribu orang gugur. Ada banyak pemandangan memilukan hingga dianggap sebagai kesedihan nasional. Di masa-masa tersebut ada banyak orang dan lembaga yang berbuat sesuatu. Telkom tak bisa lain kecuali bersikap sama. Telkom jelas bukan pahlawan. Namun bila kelak sejarah bertanya, di mana Telkom saat pandemi tiba, jawabnya jelas: ia bersama penderitaan publik yang dihinggapi Covid-19. (hzr)
Ingin ikut berkontribusi mengembangkan produk-produk digital Telkom Indonesia? Yuk, cek lowongan yang tersedia di!
Masih penasaran dengan cerita lainnya? kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya! Baca juga artikel tentang perjalanan Faldy mendapatkan role sebagai Data Analyst, Ryan sebagai Data Lead, Metanesia sebagai solusi Metaverse dari Telkom, serta penjelasan mengenai pekerjaan dari Head of Data.
Artikel Terkait
Leap - Digital Telco Hadirkan Ragam Solusi Digital
10 bulan yang lalu
Menghadapi Tantangan dalam Menyusun Strategi Digital Marketing
1 tahun yang lalu
Perempuan dalam Kesetaraan dan Industri Digital
1 tahun yang lalu
Manfaatkan Peluang dengan Program Internship Telkom
1 tahun yang lalu