Leap Logo

Ke Mana Arah Masa Depan Telkom Artificial Intelligence (AI) Dibawa?

LP

Leap by Telkom

21 Aug 2023 16.42 WIB

portrait

Lagi-lagi jagad Twitter gempar berkat sebuah unggahan Joshua Avatar 2.0. Dua buah video menampilkan avatar Joshua Xu disandingkan. Ia adalah  Co Founder & CEO of Heygen, sebuah platform AI video generation. Kedua video  dalam satu layar ini menampilkan Joshua yang berbicara dengan gesture dan mimik berbeda. Namun, kedua video tersebut 100% AI-generated yang menggunakan suara kloning Joshua. Jika melihat video tersebut, bisa dibilang tak ada cela, baik dari kualitas video, warna vokal serta mimik, sampai aksen yang digunakan. AI memang secanggih itu!

Selain takjub, hal keren ini juga membuat merinding. Bagaimana tidak, banyak yang menyebut bahwa perkembangan AI yang sangat cepat kelak akan mengambil alih pekerjaan manusia dan mengubah dinamika ekonomi dan sosial. Sehingga banyak orang merasa terancam masa depannya. Ketakutan berikutnya adalah konsep AI yang dikhawatirkan akan melampaui kendali manusia. Ketakutan lain adalah potensi bias dan diskriminasi, maksudnya sistem AI berpotensi menghasilkan keputusan yang tidak adil atau diskriminatif karena AI pada umumnya hanya bergantung kepada asupan data yang diperolehnya. Hal ini bukan tidak mungkin akan memunculkan kesenjangan sosial. 

Tetapi yang jamak menjadi concern orang-orang adalah hilangnya privasi. Penggunaan AI dalam analisis data dan pemantauan dapat mengancam privasi individu. Contohnya, seperti teknologi pengenalan wajah dan analisis perilaku yang dapat menimbulkan kekhawatiran invasi privasi. Belum lagi perkara keamanan data dan celah peretasan serangan siber. 

Hal terakhir inilah yang justru dipikirkan Telkom sebelum terjun mengembangkan AI. 

“Semakin kaya data yang kita masukkan, maka AI pun akan semakin pintar. Untuk data publik bisa segera kita masukkan, tetapi untuk data tentang Telkom dan BUMN pada umumnya, tentu banyak sekali layer-nya. Butuh banyak security, penataan, dan lain sebagainya. Harus diantisipasi dari awal dengan memverifikasi detailnya, seperti sumber data serta penggunaannya. Agar pemanfaatan AI tidak menyalahi aturan dan hubungan dengan pelanggan maupun pihak terkait tetap baik, maka butuh waktu untuk mempersiapkan ini,” kata Fauzan Feisal, Deputy EVP CX & Digitization Telkom Indonesia.

Fauzan juga menyebut bahwa sebagai sebuah perusahaan BUMN, tentulah Telkom sangat memperhatikan prinsip-prinsip dasar ESG (Environment Social Governance). Menyikapi hal tersebut, AI bisa dipandang dari sisi yang berbeda. Secara Environment, pada dasarnya AI mampu menggantikan operation by human, sebagai contoh untuk fungsi call center

“Kebayang Environment ketika dipusatkan ke satu pusat data center maka bahan bakarnya lebih kecil dibanding dengan operasional kantor, jadi secara Environment potensinya justru bisa melakukan efisiensi. Karena jumlah orang sedikit sehingga mengurangi carbon footprint dan ketika semua sudah otomatis maka penggunaan energi menjadi berkurang, atau mengurangi limbah, pemakaian kertas, dan lain-lain,” jelas dia.

Ketika timbul isu soal lapangan kerja, Fauzan justru memfokuskan ke titik lain. Meskipun beberapa role pekerjaan akan tergantikan, tetapi bukan berarti human skill dan touch menjadi berkurang. Justru dengan hadirnya AI, Telkom akan lebih banyak membutuhkan training untuk robot dan pendampingan yang sifatnya langsung ke masyarakat, ke UKM, misalnya seperti dibahas pada artikel sebelumnya

Ia memandang dalam lima sampai sepuluh tahun mendatang tetap dibutuhkan pendampingan untuk meningkatkan literasi digital masyarakat. Maka dibutuhkan orang-orang yang bisa membimbing masyarakat dalam mengadopsi teknologi ini. 

AI yang dikembangkan Telkom juga akan membantu Product Owner dalam mengevaluasi produk-produk digitalnya. AI dapat menganalisis berbagai hal, seperti mengapa revenue di bulan tertentu bisa mengalami kenaikan atau penurunan. Data-data internal dapat dihubungkan ke produksi jumlah traffic dan monthly active user, sehingga bisa diketahui tren yang berlangsung. 

Tidak kurang 135 talenta digital sebagai Squad AI telah bergerak dan menyebar dalam Smart Right yang mengelola platform AI. Sebagai platform, berbagai data akan masuk dan diolah, mulai dari data application, data service, data modelling, juga termasuk data security, data government, data acquisition, data access, dan integration. Squad AI juga menyertakan Squad Analytic yang bisa menjadi feedback bagi tribe ketika sudah diimplementasi. 

Dalam wawancara terpisah, Widi Andika H Nugrahadi, Go To Market (GTM) & Digital Strategy Analyst Telkom Indonesia mengatakan bahwa ada tiga inisiatif yang sedang berjalan dilakukan dan menjadi tugas utama Squad AI. 

“Pertama, bagaimana kita mengembangkan chatbot untuk absorb knowledge internal employee kita. Jadi ini mendukung transformasi teman-teman dari B2C menjadi B2B. Kedua, kita ingin membuat chatbot untuk melayani customer kita jadi masuk ke kategori satu bagaimana kita upscale teman-teman kita, termasuk juga kita sendiri dalam melayani customer. Dan untuk tahap pertama akan kita munculkan fitur Bizy di My Indibiz. Dan yang ketiga ya upscale diri kita maupun internal,” papar Andika. 

Pada artikel serial Telkom AI kedua, sudah dijelaskan bagaimana fungsi Bizy selayaknya ‘buddy’. Bizy membuat para pelaku UKM dapat melakukan navigasi mandiri terkait kebutuhannya mencari produk-produk digital Telkom yang tepat untuk profil usahanya. 

AI yang dikembangkan Telkom memang dirancang untuk kolaborasi seluas-luasnya. Bukan hanya semua produk dari Telkom Group saja, tetapi juga external partner yang sudah terkurasi baik. Seperti kata Fauzan, “AI akan memilihkan yang tampil di depan itu produk apa saja ketika pengguna login. Misal untuk orang di perhotelan, maka tampilannya akan berbeda dengan orang yang login dengan background restaurant. Ibarat kita ingin memesan makanan di aplikasi tertentu, pasti yang kita cari ‘near me’, ‘favorite’, atau ‘history’”.

Fauzan membayangkan, Bizy akan seperti JARVIS (Just A Rather Very Intelligent System), sistem AI fiksi dalam waralaba Marvel Cinematic Universe yang muncul dalam film Iron Man tahun 2008 silam. Awalnya Tony Stark, tokoh Iron Man, menggunakan Jarvis sebagai asisten pribadi yang membantu mengelola teknologi, analisis data, dan mengendalikan berbagai perangkat dan sistem. Selanjutnya, fungsi Jarvis berkembang dan bertransformasi. Seperti itulah bayangan masa depan Telkom AI. 

“Ya sedahsyat itu yang kita inginkan! Karena Customer Experience (CX) berbanding lurus dengan Employee Experience (EX). CX itu hitungannya detik. Maka EX juga harus hitungan detik, oleh karena itu mereka perlu didukung dengan AI. So, AI itu menjadi de facto requirement dari very base CX ke depannya,” pungkas Fauzan. (hzr)

Formulir Pertanyaan