LP
Leap by Telkom
•
24 Oct 2022 16.42 WIB
Masih ingatkah Leapers dengan iklan lawas nan ikonik di televisi, “080989 empat kali, Telkomnet Instaaannn”. Ketika mengingatnya, anda akan menengok ke belakang tentang perjalanan panjang Telkom dalam merintis pendayagunaan internet di Indonesia. Ya, itu era Telkomnet Instan dimana layanan itu hidup di awal tahun 2000-an. Telkomnet Instan bekerja berbasiskan teknologi dial-up connection. Sebuah istilah teknologi informasi untuk akses Internet dengan menggunakan jaringan telepon tetap atau telepon bergerak.
Namun, siapa sangka jika teknologi ini menjadi terkesan tak praktis bagi generasi internet zaman kini. Komputer melalui modem melakukan pemanggilan telepon (dial-up) ke penyedia jasa Internet. Setelah terhubung, komputer dapat segera mengakses Internet, kemudian mengakhiri koneksi dengan memutuskan hubungan telepon. Selama menggunakan akses internet panggilan telepon tidak bisa masuk, sebab kabel telepon yang dicolokkan pada telepon, berpindah ke modem. Ribet? pada zamannya, ini layanan paling canggih dan eksklusif.
Pada era tersebut lah, Jokoadi Wibowo atau biasa dipanggil Yodi, VP Digital Business Performance, mulai bekerja untuk Telkom. Awal mula Yodi masuk ke Telkom, tepatnya pada tahun 2005, Ia ditempatkan di Divisi Multimedia bagian Unit Perencanaan dan Pengembangan.
“Jadi waktu itu sebagai officer untuk melakukan kajian dan research teknologi, bagaimana pengembangan produk-produk Telkom digarap. Data internet itu dirintis ya di Divisi Multimedia”, tutur ia.
Ia pun pergi ke Flores, Labuan Bajo dan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat bisnis. Saat itu pria Jawa campur Sumatra penggemar kuliner ini harus bekerja memastikan router-router Speedy terpasang. Hari-harinya adalah kisah kerja keras tentang itu semua. Meluaskan jaringan, menyebar akses. Segenap ikhtiar demi menggapai tujuan final: layanan ini akan di-launching secara nasional. Lalu, apa sih Speedy? Pertanyaan ini mungkin akan hinggap di kepala sebagian Gen Z.
Evolusi Layanan Teknologi Telkom
Speedy merupakan penyedia jasa Internet yang dimiliki Telkom Indonesia saat itu. Speedy berbasis teknologi akses Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dan Gigabit Passive Optical Network (GPON) dengan menggunakan jaringan fiber optik sampai ke rumah. Istilah kerennya ‘Fiber To The Home’ (FTTH). Tidak seperti Telkomnet Instan, melalui Speedy pelanggan dapat menggunakan saluran telepon bersamaan dengan mengakses Internet.
Dengan peristiwa tersebut tentu menggambarkan adanya perubahan produk Telkom, juga transformasi struktur organisasi kerjanya. Bagian infrastruktur selanjutnya dioper ke Network IT & Solution (NITS), sementara Divisi Multimedia segera memusatkan diri ke product development. Pada saat itu pula Yodi bersua wahana baru. Tak melulu ‘teknikal’, melainkan ada pengayaan pengetahuan dan tanggungjawab yang menyertainya. Sesuatu yang tampak lebih meriah.
“Background saya teknik. Sempat berfikir fokus semisal ke jaringan saja. Ternyata (Divisi) Multimedia diperkaya oleh ilmu lainnya. Terlibat dalam kajian business intelligence, terekspos juga dalam area marketing.”
Kini Yodi ada di Leap, Umbrella brand beragam produk dan layanan digital Telkom. Leap ini dapat dilihat sebagai salah satu lokomotif penting, jika Telkom adalah kereta yang melaju. Leap mesti menjawab tantangan anyar yang terpampang, persis di saat revolusi teknologi bergulir cepat. Sangat cepat. Kelewat cepat, bahkan.
Transisi Menuju Digital Telco
Seorang cendekiawan dari MIT, George Westerman bilang, “ketika transformasi digital dilakukan dengan benar, itu seperti ulat yang berubah menjadi kupu-kupu, tetapi ketika dilakukan dengan salah, yang Anda miliki hanyalah ulat yang sangat cepat”.
Kutipan tersebut kira-kira serupa dengan tantangan yang dihadapi Telkom. Saat ini Telkom hidup dalam kenyataan dimana disrupsi muncul, diantaranya lahirnya layanan media Over-The-Top (OTT). Mereka meraup keuntungan bisnis dengan mengekstraksi konektivitas yang disediakan Telkom. OTT sendiri merupakan layanan media yang ditawarkan langsung kepada penonton melalui Internet. Bentuk OTT sendiri dapat berupa platform televisi kabel, siaran televisi, dan televisi satelit.
Sementara itu, para pemain OTT menambang laba, layanan konektivitas Telkom harganya makin lama cenderung turun, seturut hukum pasar. Hal tersebut tentu mendorong Telkom untuk terus berupaya melakukan transformasi. Langkahnya dilakukan bertahap, terukur, tapi tidak lambat. Adalah tidak mungkin selekasnya berubah wujud menjadi pure digital company. Teknologi memang mengubah apapun secara deras, tetapi transformasi perusahaan untuk mengikutinya tidak bisa dijalankan bak kecepatan pesulap mengeluarkan merpati dari balik topi.
Filosofi bisnis Telkom menghadapi ini dengan langkah menambah manfaat kepada aset-aset yang sudah ada (existing assets) dan memiliki tingkat keunggulan (win rate) di pasar. Sebuah proses transformasi yang smooth. Langkah selanjutnya tak lain mengambil peluang-peluang besar sehingga bisa difokuskan guna mengarah kepada digital telco. Produk-produk digital Telkom yang bernaung dalam Leap mendapatkan atensi lebih dari sebelumnya.
Banyaknya perubahan yang terjadi membuat Leap terus berupaya untuk beradaptasi. Level kompetisi yang berubah. Skala perusahaan yang juga berubah. Dan, tingkatan industri dan lingkungan bisnis yang tidak lagi sama.
Telkom tak lagi mungkin membayangkan kompetisi yang berkarakter lokal semata, katakan seperti di masa lampau. Keberadaan Big Tech (perusahaan-perusahaan teknologi besar) yang bersifat penetratif akan menjadi lawan kompetisi yang tak gampang, namun sekaligus menantang. Di sisi lain, pasar Indonesia merupakan ladang raksasa, menyediakan 270 juta populasi konsumen. Ini merupakan gunung emas besar.
“Mereka memang Tech Giant ya. Memiliki kapabilitas, manage sources, dan dukungan yang kuat. Nah intinya gini, mereka melihat market indonesia ini sangat besar, dan mereka berusaha masuk. Jangan sampai kita hanya menjadi eventually konsumen biasa saja, ini yang harus kita hindari,” terang dia.
Hey Leapers, jadi lah bagian dari digital talent Telkom Indonesia dengan klik button di bawah ini!
Potensi dan Tantangan Bisnis; Fungsi Digital Business Performance
Terdapat dua aspek penting yang telah, sedang, dan akan dikembangkan Telkom dalam menghadapi kompetisi kedepan. Pertama, infrastruktur digital. Dalam aspek tersebut, Telkom terbilang mewarisi sejarah infrastruktur yang memadai. Selama usia pendiriannya, ruang konektivitas sudah mumpuni dibangun. Jaringan Telkom terhitung cukup luas, menyeluruh di wilayah-wilayah Indonesia, dan dipakai banyak pengguna. Walau begitu, tentu saja warisan ini mesti terus dikembangkan tanpa henti.
Kedua, yaitu sumber daya manusia. Secara umum, tidak hanya Telkom, Indonesia masih harus mengejar ketersediaan digital talent baik kuantitas maupun kualitas. Masalah sumber daya manusia menjadi tantangan serius dalam anatomi bisnis digital Indonesia. Berdasarkan riset McKinsey dan Bank Dunia, Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital selama 2015 hingga 2030. Artinya, terdapat kebutuhan 600 ribu tenaga di bidang siber per tahun. Namun hanya 100 ribu — 200 ribu yang bisa dipenuhi. Talent gap berada di sekitar 400 ribu — 500 ribu setiap tahunnya.
Baca juga: Strategi Komang Aryasa Optimalkan Produk Digital Telkom
Berdasarkan kedua hal tersebut, maka salah satu mesin krusial dalam peralihan Telkom menjadi digital telco adalah Digital Business Performance. Berikut tiga lini penting yang ditangani olehnya.
Pertama, monitoring terhadap performa digital bisnis Telkom Group. Dalam lingkup ini termasuk menyorot sisi metrik finansial di CFU enterprise, mobile, konsumen,wholesale dan Data File Utility (DFU) digital. Bilamana terjadi penurunan performa akan diperiksa akar masalahnya, sekaligus dituntut memberikan rekomendasi-rekomendasi yang dibutuhkan.
Kedua, mendukung performa dari produk-produk digital Telkom Group. Hal ini mencakup dukungan penetapan tarif dari produk digital terkait, pelaksanaan assessment kesiapan go-to-market produk digital dan pemberian guidelines dan kebijakan pendukung go-to-market yang diperlukan. Dua langkah ini pada akhirnya akan ditujukan untuk mengejar pertumbuhan yang eksponensial.
Ketiga, yaitu parenting. Fungsi ini secara garis besar memfasilitasi kebutuhan anak perusahaan di lingkungan DFU Digital Business dalam rangka pengembangan bisnis digital platform dan digital services yang mencakup penyelarasan business plan, pengawalan RKAP, Kontrak Management, kebutuhan pembiayaan, dan risk management anak perusahaan terkait.
Pada konteks anak perusahaan digital yaitu Metranet dan di bawahnya Melon. Demikianlah tiga area utama yang menjadi fungsi pokok Digital Business Performance.
“Saya mendapat nasehat bijak dimana kita jangan diam gitu intinya. Kalau kita gak bisa berlari, okay kita berjalan. Gak bisa berjalan, kita merangkak. Kalau gak bisa ngerangkak udah kita gerak-gerak aja. Ya, itu kembali ke kita. Melakukan yang terbaik. Pada akhirnya melakukan yang terbaiklah tugas kita”, terang Yodi perihal bagaimana semua orang semestinya membangun etos.
Digital Business Performance ibarat salah satu kabin dalam kapal besar Telkom. Kabin dimana Leap Telkom akan selalu dipastikan performansi produk digitalnya, tentunya menjadi layak dan solutif. Di titik puncaknya itu berarti membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada artikel bagian kedua, Leap akan membahas lebih jauh mengenai posisi penting Digital Business Performance menuju kedaulatan digital Indonesia serta upaya mewujudkannya, jangan terlewat!
Masih penasaran dengan cerita lainnya? kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!
Artikel Terkait
Leap - Digital Telco Hadirkan Ragam Solusi Digital
10 bulan yang lalu
Menghadapi Tantangan dalam Menyusun Strategi Digital Marketing
1 tahun yang lalu
Perempuan dalam Kesetaraan dan Industri Digital
1 tahun yang lalu
Manfaatkan Peluang dengan Program Internship Telkom
1 tahun yang lalu