Leap Logo

Mengintegrasi Logistik Bersama Logee Distri

LP

Leap by Telkom

23 Aug 2022 19.11 WIB

portrait

Kompleksitas dalam logistik memanglah rumit dan cukup pelik, menghadirkan digital sebagai solusi adalah langkah terbaik yang telah PT Telkom (Persero) Tbk (Telkom) lakukan sebagai komitmen terhadap digitalisasi negeri di setiap lini kehidupan. Namun, terselesaikannya sebuah masalah yang dihadapi oleh elemen-elemen di dalam ekosistem logistik saja tidaklah cukup. Telkom melalui Logee justru ingin memberikan hal lebih, yakni benefit.

“Kalau memecahkan masalah saja, tidak menarik menurut saya. Tapi kita harus bisa memberikan lebih, kita kasi benefit lain yang bisa mereka rasakan. Ketika platform bisa memberikan visualisasi terhadap monitoring aktivitas logistik, jadwal yang terkelola, kapasitas produksi diketahui, dan termasuk ketersediaan stok maka benefit pertama adalah perolehan data. Optimalisasi data di jaman serba digital sekarang bisa menjadi kekuatan untuk pengambilan berbagai keputusan, termasuk memprediksi bisnis eksisting ke depannya,” buka Ibrahim, Tribe Leader Logee Distribution.

Logee adalah platform digital milik Leap Telkom yang menghubungkan ekosistem logistik, biasa disebut dengan Supply Chain Digital Bridge. Sebagai platform, Logee menggandeng berbagai elemen, termasuk para pemilik aset seperti pemilik gudang, pemilik mobil truk, dan lain-lain.

Baca juga: LOGEE: Cermin Perkuatan Indonesia Sebagai Tuan di Negeri Sendiri!

Ibrahim, bersama squad yang ia pimpin di Logee Distri menjadikan customer based sebagai sebuah strategi dengan terlebih dahulu membangun infrastruktur. Strategi Logee ini menjadi value added untuk user Logee, yang dapat meningkatkan traffic dan bisnis dari user.

“Sehingga kalau user bergabung ke platform Logee Distri, tidak sekedar kemudahan digital saja yang didapat, tetapi dengan adanya customer based ini kami bisa memberikan market baru yang sudah Logee create,” kata Ibrahim.

Customer based Logee adalah para outlet yang berupa warung, grosir, distributor, dan agen. Sehingga ini menjadi daya tarik tersendiri bagi calon user. Namun, Logee memberikan batasan terhadap barang yang didistribusikan. Seperti yang pernah dibahas dalam artikel sebelumnya, bahwa Logee mengkhususkan diri pada transportasi dan distribusi barang jadi, yaitu barang yang akan dikonsumsi oleh end user.

“Kalau supply chain secara keseluruhan itu kan mulainya dari raw material masuk ke pabrikan, diolah, menjadi barang jadi, baru kemudian didistribusikan. Nah di sini kita potong di barang jadi, maka kita mengenal konsep Consumer Package Good (CPG). Jadi, barang yang kita antar adalah barang jadi yang sudah di-paket-paket. Logee berada di tengah supporting system untuk memastikan semua itu terjadi,” jelas Ibrahim.

Menurut Ibrahim, pada dasarnya pain atau permasalahan yang dihadapi oleh pemilik barang cenderung sama, yaitu kebutaan akan informasi, apa yang terjadi end-to-end, dan bagaimana menangkap order yang masuk serta proses alisan barang juga ketersediaan stok dan kapasitas barang. Selama ini, pencatatan senantiasa dilakukan serba manual. Akibatnya, informasi seringkali datang terlambat. Misal untuk suatu stakeholder yang memiliki banyak gudang atau pabrik, maka aktivitas manual membuat informasi dari lapangan (pabrik dan gudang) ke manajemen membutuhkan waktu yang cukup lama. Biasanya, proses kolektif informasi ini membutuhkan sekitar 3 hari.

“Saya beri contoh, misalkan saja seperti PTPN XVI yang salah satu komoditasnya adalah teh. Untuk teh saja PTPN XVI memiliki 16 pabrik di mana masing-masing pabrik memproduksi jenis teh yang berbeda-beda. Jika PTPN pusat ingin tahu berapa kapasitas jenis A di pabrik X misalnya, itu membutuhkan waktu. Lalu jika customer-nya membutuhkan jenis-jenis teh tertentu dengan spesifikasi dan kuantiti tertentu, harus dilakukan pengecekan satu persatu secara manual. Singkat kata, makan waktu dan informasi terputus!,” tambah dia lagi.

Baca juga: Kisah 45 Truk PTPN X Membawa Tebu-Gula Dikawal Logee dan Menjadi Pilot Project untuk 9 Pabrik Gula

Permasalahan kedua adalah ketidakjelasan waktu pengantaran barang, seperti apa prosesnya, dan sedang di posisi mana barang tersebut. Kebutaan visibility tentu saja berpotensi sulitnya dilakukan konsolidasi terhadap order secara serentak. Ini baru dari sisi order saja. Belum lagi penanganan order yang juga masih manual, terkadang menggunakan fax tetapi tak jarang juga memakai surat. Termasuk runutan masalah lain yang ditimbulkan yang berujung pada efektifitas dan efisiensi.

Solusi digital yang diberikan Logee memungkas semua problematika di atas. Ketika visibility sudah dicapai, kebocoran bisa diantisipasi, penghematan biaya bisa dilakukan, transparansi terjadi, dan keputusan-keputusan bisa diambil dengan bijak.

Bisnis Eksisting

Logee bukan satu-satunya platform yang bermain dalam ranah logistik. Bukan tidak mungkin apa yang dikerjakan oleh Logee, khususnya Logee Distri diadaptasi oleh platform serupa. Namun sebagai orang yang sudah menikmati asam garam dunia marketing dan lama berkecimpung menjadi Account Manager (AM) membuat ia mafhum jika hal tersebut adalah sebuah keniscayaan.

Tetapi, berkaca dari perjalanan Telkom dari masa ke masa yang sangat adaptif, mengikuti perkembangan jaman dan selalu mampu memberikan deviden terbaik bagi negara, maka Ibrahim pun optimis jika Logee akan melakukan hal serupa. “Kunci dari platform adalah harus di-develop terus menerus, yang kedua adalah bagaimana kita langsung mengoperasikan di lapangan. Maka kita juga harus punya standar operasi yang benar dan tidak sekedar di level prosedur saja, melainkan kita pada level kompetensi,” tegas Ibrahim.

Hujan kritik memang tak terelakkan. Tapi itu bukan perkara besar karena Ibrahim melihat itu sebagai sesuatu hal positif untuk terus membangun diri.

Membangun intergrasi antara platform-platform turunan di Logee Distri dan stakeholder terikat menjadi hal yang utama. Beberapa platform turunan dari Logee Distri adalah Logee Truck yang menghubungkan antara pemiliki truk dan pemilik barang, untuk integrasi maka dibutuhkan beberapa pengayaan fitur dan pengayaan fungsi.

Sedang dari sisi visibility, secara basic service Logee Distri memberikan tampilan order, stok fulfillment, ketersediaan stok, dan proses berjalannya truk. Tinggal memastikan apakah traffic jika dinaikkan akan mengalami kendala serta memastikan apakah ada informasi yang tercecer. Logee Distri juga menyiapkan Distribution Center, yaitu gudang khusus untuk mengumpul barang dari berbagai pabrik menjadi satu sebelum akhirnya didistribusikan ke titik-titik selanjutnya.

Baca juga: Dashboard Live Tracking LOGEE Mengatasi Driver “Nakal”

“Logee Distri meng-handle order. Logee order adalah order manajemen dan pengelolaan aktivitas gudang adalah Logee Fulfillment. Di dalam Logee Fulfillment tercakup Logee Delivery yang mengatur kubikasi, luasan, jenis kendaraan, dan optimizing route. Ada lagi turunan dari Logee Fulfillment yakni Logee Kasir yang bersifat tidak hanya untuk konsolidasi. Misal, jika ada pembayaran COD maka akan dilaporkan ke gudang dan dimasukkan ke dalam jurnal keuangan gudang harian. Lantas untuk pengantaran ada Logee Truck dan di dashboarding monitoring ada Logee Visibility. ,” lanjut Ibrahim.

Ke depan, Logee termasuk Logee Distri di dalamnya akan menjadi satu single platform logistik dengan mengusung satu nama LOGEE sebagai Telkom National Digital Logistic Platform.

Ibrahim optimis hal ini akan wujud segera mengingat kerja keras dan komitmen Telkom sampai hari ini. Lelaki lulusan Sekolah Tinggi Telkom (STT) tahun 1996 dan Institute Manajemen Telkom (IMT) untuk strata 2 tahun 2006 ini mengaku bangga bisa terlibat dan mengambil peran dalam memberikan sumbangsih terhadap pemecahan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Ia bersyukur dengan pilihannya mengikuti ikatan dinas selama kuliah dulu.

Telkom Memanusiakan Manusia

Ia yang asli Palembang sebetulnya diterima di 3 universitas berbeda, yaitu STAN, STT, dan Institut Teknik Bandung (ITB). Tetapi kesempatan ini ia lepas demi bisa bekerja di Telkom kelak. Saat itu, berada jauh dari orang tua dan status ikatan dinas adalah pilihan paling realistis. Meski setelah 5 tahun bekerja ia pun sempat ditawari pekerjaan lain.

“Di Telkom itu sangat kekeluargaan. Kenapa saya bisa bilang begitu/. Karena saya kan lama di AM dan banyak meng-handle multinational company. Saya bisa lihat bagaimana kerasnya kompetisi dan bagaimana cara orang meniti karir yang tidak sedikit sikut-sikutan. Tetapi di Telkom cenderung merangkul. Dari jaman saya masuk dulu pun, Telkom senantiasa menjadi tempat yang tepat untuk orang-orang bisa mengembangkan diri dan kita diperhatikan terus. Kalau kita kurang perform, bukannya dimarahi tetapi diajari, dikasih kesempatan training,” ujar Ibrahim.

Telkom acap menjadi referensi BUMN atau swasta dalam pengembangan sumber daya. Dulu, pengelolaan sumber daya masih menggunakan istilah Human Resource, tetapi Telkom sudah memberikan apresiasi lebih dengan istilah Human Capital Management (HCM), di mana ini menjadi sebuah pengakuan bahwa manusia adalah merupakan salah satu kekayaan perusahaan. Sehingga perlakukan perusahaan terhadap orang-orang yang bekerja di dalamnya akan tercermin pada setiap keputusan dan kebijakan. Belum lagi sekarang ketika Telkom bilang akan mengubah portofolio dari Telkom Company menjadi digital telco, itu perubahannya luar biasa.

Baca juga: Bagaimana Tantangan Seorang Data Analyst dalam Mengembangkan Logee di Ekosistem Logistik yang Dibangun Telkom?

Bercermin dari hal yang pernah Ia alami sendiri inilah maka saat ini Ia menerapkan hal serupa pada bawahannya. Menurut Ibrahim tidak ada yang namanya superman, yang ada adalah tim.

“Tidak ada jagoan di tempat saya, jadi pantang merasa hebat di sini. Tetapi jika ada kelebihan di salah satu tim, maka mereka harus menularkan pada yang lain,” demikian kata dia.

Ibrahim tidak jarang berkegiatan bersama seperti olahraga, makan bareng yang membuat suasana antara atasan dan bawahan menjadi cair. Tak masalah baginya memiliki tim yang tak begitu cakap di awal, asal memiliki attitude baik. Ia percaya akan konsep Skill, Knowledge, dan Attitude (SKA), “Anda punya skill bagus, Anda punya knowledge hebat, attitude ga ada? Mending saya punya orang skill biasa, knowledge biasa tetapi attitude oke. Karena masih bisa dibangun,” pungkas Ibrahim.

Nah, buat kamu yang mau jadi bagian dari Logee atau produk digital lainnya, segera persiapkan diri kamu dan cari peluang mu di sini ya!

Bagi Leapers yang masih penasaran dengan cerita lainnya, kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya.

Formulir Pertanyaan