LP
Leap by Telkom
•
15 Mar 2024 14.39 WIB
Antusiasme pelajar Indonesia terhadap sains dan teknologi terus meningkat, terutama di bidang robotik. Hal ini terlihat dari bertambahnya peserta dalam tiap gelaran lomba yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar negeri. Menanggapi minat dan bakat pelajar ini, sudah banyak sekolah yang menjadikan robotik sebagai ekstrakurikuler. Bahkan beberapa sekolah telah mendorong pemerintah agar menjadikan robotik masuk ke dalam kurikulum.
Pada tahun 2023 silam, Badan Perencanaan pembangunan Nasional (Bappenas) telah mengusulkan agar pada tingkat Sekolah Dasar (SD) bisa ditambahkan kurikulum bahasa pemrograman atau coding. Lewat bahasa pemrograman, pelajar nantinya mampu membuat berbagai program seperti website, aplikasi dalam gawai, termasuk pula bidang yang saat ini banyak diminati, salah satunya robotik.
Dorongan ini muncul didasari sulitnya memperoleh pelatihan-pelatihan seperti coding maupun robotik bagi para pelajar lantaran adanya hambatan dari kurikulum. Padahal, pendidikan haruslah sejalan dengan kemajuan teknologi dan zaman. Selain kurikulum, dalam pelaksanaan praktik-praktik ilmu dan teknologi kekinian juga memerlukan laboratorium yang menunjang. Salah satu laboratorium yang dibutuhkan adalah laboratorium IoT dengan fasilitas atau ruang kerja khusus yang didedikasikan untuk kebutuhan penelitian, pengembangan, dan eksperimen dalam bidang Internet Of Things (IoT).
Dewasa ini, penggunaan robot dalam kehidupan sehari-hari sudah semakin besar. Hal ini menjadi salah satu pendorong meningkatnya minat mempelajari robotik lebih dalam. Keberadaan robotik tak terlepas dari penerapan IoT, sebagai penggunaan robot vacuum atau robot di pabrik atau robot resepsionis hotel, dan lain-lain. Dengan menyediakan fasilitas dan sumber daya yang diperlukan dalam pengembangan dan eksperimen, laboratorium IoT memainkan peran penting memajukan teknologi IoT, khususnya di bidang robotik.
Sehingga, benefit-nya akan terasa oleh para praktisi, tak terkecuali juga para pelajar yang didampingi guru terampil terkait. Mereka dapat melakukan pengembangan, menguji konsep, dan menciptakan prototipe perangkat, serta solusi IoT secara praktis. Dampak secara ekonomi dan sosial juga akan dirasakan oleh masyarakat. Secara sosial, IoT dan robotik akan mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bahkan saat ini pun kita tahu, hanya dengan memanfaatkan IoT kita sudah dapat menghubungkannya dengan banyak perangkat, terlebih nantinya jika kita sudah mampu mengawinkan robotik dengan IoT maka kontrol dan komunikasi dengan perangkat orang lain bisa lebih efektif dan efisien.
Pemanfaatan teknologi IoT memungkinkan suatu objek fisik dikendalikan atau dimonitor dari jarak jauh melalui jaringan internet, serta bertukar data antara satu sama lain tanpa adanya campur tangan manusia. Utilisasi laboratorium IoT merujuk pada penerapan teknologi IoT dalam konteks lingkungan laboratorium. Ini melibatkan penggunaan berbagai perangkat yang terhubung untuk memantau, mengontrol, dan mengumpulkan data dalam lingkungan laboratorium. Integrasi antara IoT dan robotik memungkinkan otomatisasi proses yang lebih kompleks. Robot dapat menggunakan data dari sensor IoT untuk mengambil keputusan secara real-time dan mengkoordinasikan tugas-tugas dengan perangkat IoT lainnya.
Penerapan IoT dalam laboratorium membuka potensi untuk meningkatkan operasional, keamanan, dan produktivitas. Serta memungkinkan penelitian yang lebih maju dan inovatif. Beberapa hal yang memungkinkan itu terjadi, di antaranya yaitu IoT dan robotik memungkinkan proses produksi dan layanan menjadi lebih efisien. Dengan menggunakan sensor IoT untuk memantau dan mengoptimalkan berbagai aspek operasional, seperti inventaris, pemeliharaan peralatan, dan manajemen rantai pasokan, perusahaan dapat mengurangi pemborosan dan meningkatkan produktivitas. Tentu saja perusahaan dapat lebih kompetitif secara global, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Robotik juga dapat digunakan untuk mengotomatisasi tugas-tugas yang berulang, monoton, atau berbahaya, yang membebaskan waktu dan sumber daya manusia untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih kompleks dan kreatif. Sehingga, tidak sekadar efisiensi meningkat, tetapi juga dapat mengurangi paparan terhadap risiko kecelakaan maupun kelelahan. Meskipun tadi sempat disinggung mengenai optimalisasi, yang secara logika dapat mengurangi permintaan untuk pekerjaan tertentu, tetapi penerapan IoT dan robotik juga menciptakan permintaan untuk keterampilan baru.
Misalnya, kebutuhan untuk insinyur robotik, ahli data, pengembang perangkat lunak, dan spesialis keamanan siber yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk merancang, mengimplementasikan, dan menjaga infrastruktur IoT dan Robotik. Selain juga, tentu saja potensi untuk pekerjaan yang berfokus pada pemeliharaan, pemrograman, dan pengawasan sistem IoT dan robotik.
Sudah barang tentu dengan keuntungan-keuntungan yang dijabarkan di atas, saat ini dunia tengah gencar merespon tantangan nyata Revolusi Industri 4.0. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimulai dengan mengikutsertakan peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai tempat para generasi muda menempuh ilmu, sekaligus mempersiapkan mereka menjadi tenaga unggul dengan keahlian di bidang IoT dan robotik lebih khususnya.
Persiapan tenaga unggul bidang IoT dan robotik di SMK khususnya, sejalan dengan penerbitan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesempatan dan daya saing tenaga kerja dalam negeri untuk menjadi tenaga ahli yang bisa terserap dalam dunia kerja mendatang, mengingat sampai saat ini serapan lulusan SMK masih lebih rendah di dunia kerja. Kelak, revitalisasi SMK tersebut mengandung tiga pilar utama, yaitu pengembangan dan penyelarasan kurikulum dalam dunia industri, pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru, dan standarisasi sarana dan prasarana pendidikan di seluruh indonesia.
Ketersediaan kurikulum yang masih terbatas saat ini, mendorong Telkom berpartisipasi aktif dengan menghadirkan Kelas Industri Digital IoT atau yang lebih dikenal dengan KiDi IoT dari Antares. KiDi IoT merupakan salah satu layanan dari Antares Solution berupa penyediaan paket jasa pendampingan belajar, fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran IoT untuk SMK dan kampus yang dikemas dalam bentuk kurikulum belajar. KiDi IoT juga memungkinkan siswa SMK atau mahasiswa kampus yang bekerjasama mendapatkan device kit, pembelajaran, sertifikat, dan kunjungan industri. Adapun metode pembelajaran yang diberikan oleh KiDi IoT adalah project based learning berbentuk teaching factory dalam pembuatan use case IoT. Meskipun KiDi IoT fokus utamanya di IoT tetapi dalam pemanfaatannya bisa lebih dieksplorasi ke kasus-kasus terkait robotik.
Di Indonesia sendiri, upaya menghasilkan SDM yang kompeten di bidang robotik terus diupayakan. Mengingat potensinya yang besar di masa yang akan datang dengan peluang terciptanya kesempatan kerja baru.
Salah satu keberhasilan penerapan KiDi IoT Antares adalah yang dirasakan oleh SMKN 1 Losarang. SMKN 1 Losarang merupakan sekolah pertama di Indonesia yang telah memiliki laboratorium IoT. Program KiDi IoT telah berhasil memberikan hasil nyata yang berdampak positif bagi siswa-siswi di sana, di mana hal ini dibuktikan dengan kreasi mereka yang telah berhasil menciptakan robot arm yang siap untuk dikomersilkan menjadi solusi IoT yang dikawinkan dengan robotik.
Kreativitas tersebut lahir dari dua siswi Anisa dan Zihan yang menghadirkan IoT Robot Arm yang dapat mengendalikan pergerakan robot dari web server yang lengkap dengan fitur perekaman (record) dan putar ulang (replay). Robot Arm merupakan sebuah perangkat mekanis yang dirancang untuk meniru gerakan lengan manusia. Robot Arm dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari manufaktur otomatis hingga pengoperasian di lingkungan yang berisiko bagi manusia, seperti di bawah air atau bahkan di luar angkasa.
Maka teranglah bahwa Telkom lewat solusi digital KiDi IoT Antares berperan mengembangkan minat dan bakat pemanfaatan IoT di ranah robotik. Selain juga menjadi salah satu upaya melahirkan talenta-talenta digital yang kompeten di masa yang akan datang. Sampai saat lebih dari empat puluh sekolah kejuruan telah bekerjasama dengan KiDi IoT Antares. Keberadaannya tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Bandar Lampung, dan Lombok. Kiranya, optimisme telah disematkan Telkom dalam membekali generasi muda dengan kemampuan dan keterampilan industri 4.0 demi menyongsong tahun emas 2045!
Artikel Terkait
Keberhasilan PT Denso Memonitor Penggunaan Energi & Pemantauan Pabrik dengan Solusi IoT Antares
1 bulan yang lalu
Pertamina Berhasil Turunkan 14,23% Angka NPT Berkat Pemeliharaan Drilling Rig Pakai IoT dari Antares-Telkom
1 bulan yang lalu
Solusi IoT atas Permasalahan Infrastruktur Logistik di Indonesia
3 bulan yang lalu
Serial AI for the Nation: Revolusi Dukungan Pelanggan dengan Chatbot Bizy
3 bulan yang lalu