Leap Logo

Peran Digital Business Enabler (DBE) Merespon Kebutuhan Digital Talent Indonesia

LP

Leap by Telkom

11 Aug 2023 09.40 WIB

portrait

Mengenal Lebih Dekat Sendylenvi

Sendy saat ini menjabat sebagai Manager Talent Operation di Digital Business Enabler (DBE), Divisi Digital Business Technology (DBT). Dia lah orang yang berperan penting dalam mengurusi segala yang berkaitan dengan ‘talent’. Tidak sekedar talenta-talenta yang sifatnya organik atau karyawan tetap saja, tetapi juga karyawan pro hire fungsional, talent outsourcing, bahkan sampai kepada mahasiswa magang (internship).

“Untuk Telkom tentunya tidak cukup jika hanya mengandalkan talent yang organik sifatnya, kita juga perlu bekerjasama dengan mitra. Saya yang mengurusi talent development untuk karyawan organik, pro hire fungsional, begitu pula menjadi counterpart untuk bekerjasama dengan Telkom Corporate University,” papar Sendy.

Sendy bukan orang baru di Telkom. Ia menamatkan gelar strata satu di Institute Teknologi Telkom yang sekarang berganti nama menjadi Telkom University. Dan sejak tahun 2008 ketika ia nyaris menuntaskan gelar MBA-nya di Institut Teknologi Bandung (ITB), ia bergabung di Telkom. Awal bergabung dulu, ia mengerjakan Business Development yang dirasa sangat sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dia yang menyenangi hal-hal berkaitan dengan human resource dan strategic marketing merasa sangat nyaman ditempatkan di ranah itu.

Namun, tak ingin terjebak di zona nyaman, Sendy memberanikan diri menerima tantangan-tantangan yang berbeda. Maka beberapa role yang sama sekali tak terpikir pun pernah ia lakoni. Sebutlah, ketika ia bergabung di Business Research atau bahkan saat ia harus menguji perangkat radio di BTS saat di Quality Assurance. Ia juga pernah menjajal dunia startup saat ditempatkan di wadah inkubasi Telkom bernama Indigo. Saat itu, ia yang terbiasa berada di belakang layar sebagai ‘thinker’ dengan membuat business strategy, dituntut untuk menyelami operasional dan menjadi eksekutor.

Senarai perubahan itu menjadikan Sendy sosok yang ‘kaya’. Bagi dia, adaptasi merupakan hal yang lumrah dan sudah semestinya. Kebiasaan hidup nomaden mengikuti dinas orangtua yang berpindah-pindah, tanpa ia sadari sudah membantu membentuk karakternya menjadi luwes menyikapi perubahan, beradaptasi dengan dinamika pekerjaan. Adaptasi tinggi itu pula lah yang membawa Sendy bergabung ke tim general affairs pada akhir tahun 2017.

Salah satu pekerjaan yang dilakukan di sini dalam membentuk dari awal segala hal berkaitan dengan talenta digital, “Bagaimana meng-handle outsourcing, bagaimana masalah internship, mengeksplorasi ide-ide menjadi sebuah eksekusi. Saya akhirnya kembali ke passion saya di human resources dan strategic marketing”.

Sendy mengaku bahwa ia memperoleh ruang belajar yang luas di industri digital. Digital memungkinkan perubahan terjadi dengan sangat cepat, sehingga bagi mereka yang berjiwa terbuka akan senang dengan serangkaian tantangan dan menganggapnya sebagai medium untuk mengembangkan diri.

Mengenal Direktorat Digital Business (DDB)

Direktorat Digital Business (DDB) belum berumur lama jika dibandingkan direktorat lain yang berada di Telkom. Hadirnya DDB tak terlepas dari proses transformasi yang berlangsung di tubuh Telkom. Dari yang sebelumnya Telco Operator, sekarang menuju Digital Telco.

“DDB dianggap harus menjadi lokomotif perubahan, transformasi Telkom dari TelCo Operator menjadi Digital TelCo. So, di sinilah tempat semacam digital factory. Baik dari segi talent-nya maupun product and services di dalamnya,” ungkap Sendy.

Sejak awal, ia berada di sini. Seperti yang ia ceritakan di atas, akhir tahun 2017 ia mulai di general affair yang sekarang bernama Digital Business Enabler (DBE). Perubahan nama ini memiliki alasan tersendiri, motivasinya adalah bahwa wadah ini tidak hanya sekadar general affairs pada umumnya saja, tetapi harus menjadi enabler untuk digital business.

“Mungkin ada orang yang berpendapat, apalah arti sebuah nama, tetapi bagi saya itu sangat penting. Karena akan merepresentasikan apa yang kita kerjakan,” tambah dia.

Ketika kita bicara TelCo Operator dan Digital TelCo, dua hal ini adalah sesuatu yang sangat berbeda. Kapabilitas yang dimiliki perusahaan pun harus berbeda. Kalau dulu saat TelCo Operation Telkom lebih banyak mengurusi teknik telekomunikasi dan teknik elektro, maka di Digital Telkom harus memiliki teknologi yang berbeda dari itu.

“Kan digital kalau selumrahnya di teknologi 0 dan 1 katanya kan cuma ada 0 dan 1 gitu ya, tapi di balik teknologi digital itu sudah berubah sangat signifikan, apalagi dengan industri 4.0. Mulai tahun 2017 kita masih berbicara tentang machine to machine, misal bagaimana perubahan dari machine to machine menjadi IoT. Kemudian, kita mulai membicarakan machine learning sampai kepada Artificial Intelligence (AI). Teknologi berubah sesuai tuntutan industri yang juga berubah, sehingga kapabilitas talent yang dibangun juga harus mengikuti,” terangnya, lagi.

Kebutuhan Talenta Digital

Menyadari kebutuhan talenta digital yang semakin besar sesuai perubahan zaman, maka Telkom memiliki strategi tersendiri terkait ini. Sendy mengatakan bahwa ada tiga strategi yang dipakai, yaitu Build, Buy, dan Borrow.

“Strategi Build ini adalah kita membangun kapabilitas talenta kita dari talenta yang sudah ada, yaitu karyawan-karyawan yang sudah kita miliki. Kita membangun kapabilitas sendiri di situ. Kemudian strategi berikutnya adalah Buy. Jadi kita membeli kapabilitas talenta, baik itu skill and knowledge yang dimiliki pihak lain untuk kita beli sifatnya. Ini berlaku juga dalam recruitment talent yang sudah capable. Contohnya saja mungkin pernah denger ya banyak sekali digital talent yang direkrut oleh Telkom melalui jalur professional hire. Dan strategi ketiga adalah Borrow, melalui kemitraan kita dengan gig workers ataupun dengan pola outsourcing. Di dalam membangun kapabilitas talent ini, kita juga tidak melupakan talent scouting,” jelasnya panjang.

Talent Scouting yang Sendy maksud adalah mencari bibit-bibit dari asal mula tempat mereka berada, yaitu kampus dan sekolah. Untuk jalur digital talent, Telkom tidak lagi melihat latar belakang pendidikan melainkan lebih kepada portofolio yang dimiliki.

“Digital Portofolio lah yang menjadi ukuran, once memang dia proven secara technical capability digital-nya oke, ya kita tidak akan melihat dia dari jurusan apa, background-nya apa. Apakah diplomat, sarjana, atau memang lulusan SMK. It doesn’t matter, kalau untuk yang digital talent pro hire. Dan untuk Talent Scouting, kami melakukan jalur Talent Nurturing melalui internship karena Telkom melihat bahwa peran Telkom berada di sana, yaitu mendigitalisasi bangsa”.

Pada artikel ketiga dari serial ESG TELKOM INDONESIA, Leap akan membahas lebih detil mengenai Program Internship yang ada di Telkom. Nantikan kelanjutannya, yaa!

Kamu juga bisa cari tahu cerita-cerita seputar produk digital Telkom lainnya di Medium Leap. (hzr)

Formulir Pertanyaan