LP
Leap by Telkom
•
05 Jun 2023 11.35 WIB
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak pulau yang menyebabkan pemerataan infrastruktur menjadi tantangan yang selalu ada dan harus dihadapi. Adanya ketidakmerataan infrastruktur memiliki dampak ke berbagai permasalahan sosial lainnya, salah satunya yaitu pada sektor logistik. Jarak tempuh yang relatif panjang dan sulitnya perjalanan dalam kegiatan logistik menyebabkan standar harga yang berbeda di tiap pulau. Tak hanya sektor logistik, permasalahan yang tak jauh berbeda pun juga harus dihadapi sektor pendidikan dan kesehatan. Pernahkan kamu mendengar permasalahan terkait identitas ganda yang terjadi di daerah-daerah perbatasan? Ternyata, permasalahan ini terjadi karena minimnya infrastruktur, sedangkan mereka mendapatkan iming-iming fasilitas kesehatan dan pendidikan gratis dari negara tetangga yang jaraknya sangat dekat.
Kali ini, kita bukan hendak membahas prasarana fisik yang sempat kita singgung di atas, melainkan terkait infrastruktur. Apabila berbicara tentang infrastruktur, yang dimaksud bukanlah semata-mata mengenai pembangunan jalan. Tak hanya terkait pembangunan jalan, konektivitas dan jaringan yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya juga merupakan bagian dari infrastruktur.
Dalam artikel Medium sebelumnya, dapat kita bayangkan berbagai hal dan tantangan yang harus dihadapi seorang guru dalam mengemban tugas mengajar di daerah yang berada jauh di pelosok nusantara. Ketika ia mengetahui bahwa akses internet dapat digenggam, sebisa mungkin ia memiliki harapan dan berupaya untuk dapat menyamaratakan kualitas pendidikan agar tak tertinggal dengan siswa di perkotaan.
Pada salah satu artikel yang dimuat di laman digital STEI ITB, kita dapat mengetahui bahwa Indonesia mulai mengenyam internet sekitar tahun 1994. Sekitar tahun tersebut, mengakses internet dilakukan menggunakan dial-up, mode teks dengan shell account, email client pine dan browser Lynx. Beberapa hal yang cukup populer dan mendapatkan ‘hype’ pada saat itu yaitu chatting yang dilakukan melalui conference, dengan kata lain, orang-orang dapat berkomunikasi dalam suatu wadah virtual dengan mudah.
Satu tahun setelahnya, izin ISP diterbitkan pemerintah melalui Departemen Pos Telekomunikasi, yang sekarang lebih dikenal dengan Telkom Indonesia. Dengan menggunakan remote browser Lynx di Amerika Serikat, hal ini memungkinkan pengguna untuk mengakses internet menggunakan HTTP. Telkom Indonesia telah hadir disana mulai saat itu, menghadapi berbagai dinamika sejak awal keberadaan internet hingga detik ini. Tak hanya menghadirkan internet hingga ke berbagai desa dan pulau terluar di Indonesia, Telkom Indonesia juga memberikan internet berbiaya murah.
Cikal bakal internet dimulai dengan hadirnya jaringan telegraf. Jaringan telegraf ini digunakan untuk mentransmisikan pesan jarak jauh melalui kabel tembaga, sebelum kemudian kabel telepon menggantikan jaringan telegraf dan memungkinkan komunikasi antar lokasi menjadi lebih luas. Infrastruktur konektivitas internet kabel dan nirkabel menjadi sesuatu yang selalu beririsan seiring berkembangnya teknologi komunikasi dari masa ke masa.
Sekitar tahun 1850-an, kabel-kabel telekomunikasi bawah laut yang dibuat dengan fiber optik mulai dibentangkan. Pertama, transmisi telegrafik yang terletak di antara Inggris dan Irlandia yang dimanfaatkan untuk mentransmisikan telepon dan telegraf. Transmisi ini kemudian dilanjutkan dengan membentangkan kabel translantik antara Amerika Serikat dan Inggris.
Serat fiber optik menjadi bagian inti yang dilapisi bahan mylar tape, terdiri dari lapisan poliester yang tipis, semacam isolasi tahan api. Lapisan ini kemudian ditahan dengan besi dan ditutup dengan aluminium yang mampu menahan potensi kebocoran dari luar. Terakhir, serat ini kemudian dilapisi lagi dengan gel sebelum akhirnya diberikan pelindung kabel baja.
Pada tahun 1902, Guglielmo Marconi menemukan telegraf nirkabel lintas Atlantik. Teknologi yang ada memungkinkan melakukan pengiriman pesan melalui transmisi sinyal telegraf tanpa kabel melalui gelombang elektromagnetik. Kemudian, komunikasi suara nirkabel dimanfaatkan dengan menggunakan gelombang radio. Sekitar tahun 1960-an, penggunaan satelit komunikasi berangsur-angsur mulai mengalami peningkatan. Berbagai transmisi mulai dari suara, data, hingga video dilakukan melalui ruang angkasa. Kemudian, jaringan satelit pertama untuk komunikasi global pun mulai dibangun dan ditingkatkan agar semakin canggih guna memancarkan sinyal yang lebih jauh. Terhitung setelah sepuluh tahun berlalu, satelit komunikasi menjadi jauh lebih terjangkau dan dapat digunakan untuk komunikasi antar benua.
Baca juga: Mendorong Revolusi Bisnis dengan Solusi IoT Telkom, Antares
Perkembangan lebih lanjut juga dirasakan pada internet serta jaringan komputer. Pada tahun 1969, Advanced Research Projects Agency Network (ARPANET) yang berasal dari Amerika Serikat hadir menjadi cikal bakal internet. ARPANET merupakan jaringan komputer pertama yang memanfaatkan paket data guna menghubungkan lembaga penelitian dengan beberapa universitas. Lebih jauh, temuan lainnya ada pada pengembangan ethernet yang menjadi penghubung antara komputer dan Local Area Network (LAN), yang kemudian lebih berkembang lagi menjadi Wide Area Network (WAN), serta memungkinkan koneksi ke internet.
Memasuki tahun 1980, internet backbone lahir dengan menghubungkan berbagai area lokal dan regional. Pada saat ini, barulah penggunaan kabel serat optik meluas dan mulai menggantikan kabel tembaga. Kabel serat optik yang ada memungkinkan transmisi data dengan kecepatan tinggi serta kapasitas yang lebih besar, hingga kemudian teknologi nirkabel seperti WiFi dan jaringan 3G/4G/5G mulai bermunculan.
Revolusi Industri 4.0 membuat pemanfaatan teknologi nirkabel semakin luas. Manfaat teknologi ini semakin terasa karena hadirnya Internet of Things (IoT) yang seakan melekat dengan Long Range Wide Area Network, atau juga sering kita dengar sebagai LoRaWAN.
Baca juga: Pengimplementasian IoT Oleh Antares, Memberikan Solusi Penghematan Biaya Pada Bisnis
LoRaWAN bukan merupakan temuan tunggal, melainkan merk dagang yang merupakan hasil inovasi salah satu tim perusahaan teknologi asal California yang aktif dalam industri teknologi nirkabel sejak tahun 1960-an bernama Semtech Corporation. Teknologi sebelumnya yang bernama Radio Long Range (LoRa) menjadi teknologi penting dan dasar utama dalam pengembangan protokol LoRaWAN. LoRa memungkinkan pengiriman data dari perangkat ke gateway LoRa, serta dari gateway ke server jaringan.
LoRaWAN merupakan protokol komunikasi nirkabel yang digunakan untuk menghubungkan perangkat IoT melalui jaringan dengan jangkauan yang luas, efisien, konsumsi daya yang rendah dan murah. LoRaWAN dirancang sebagai infrastruktur yang mendukung konektivitas nirkabel jarak jauh. Jangkauan LoRaWAN sangat cocok dengan bentuk geografi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga sangat cocok untuk daerah pedesaan.
Pesatnya pemanfaatan LoRaWAN dapat ditemukan di banyak sektor industri di Indonesia dalam berbagai penerapan Internet of Things (IoT). Pada ekosistem pertanian, LoRaWAN dapat digunakan untuk monitoring lahan, termasuk di dalamnya juga dilakukan pemantauan kondisi tanaman, mengumpulkan data parameter lahan mulai dari suhu, kelembaban, suhu tanah, hingga kelembaban udara. Monitoring lahan dan parameter lainnya ini membuat pengelolaan pertanian, perkebunan dan perikanan yang dilakukan petani mendapatkan hasil panen semaksimal mungkin.
Baca juga: Rangat Indonesia Menjadi Negeri Agraris Modern lewat Smart Poultry
Selain ekosistem pertanian, LoRaWAN juga bergerak di dalam ekosistem logistik. LoRaWAN digunakan untuk kegiatan tracing maupun tracking lokasi dan kondisi barang selama proses pengiriman berlangsung, juga dengan pengumpulan data mulai dari suhu, kelembaban, dan getaran yang akan membantu dalam memastikan keamanan dan kualitas produk selama pengiriman. Tak cukup sampai disitu, LoRaWAN juga dimanfaatkan untuk memantau kondisi kendaraan, yaitu suhu mesin, tekanan pada ban, hingga level bahan bakar yang penting untuk memastikan keamanan, efisiensi serta efektivitas pengiriman barang.
Pemantauan data kesehatan pasien menjadi salah satu manfaat lain dari LoRaWAN di ekosistem kesehatan. Data yang ada seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan denyut jantung pasien dapat mempermudah tenaga medis untuk melakukan diagnosa pasien agar hasil pencatatan rekam medis lebih akurat dan tertata rapi. Ketersediaan data serta pencatatan rekam medis yang akurat nantinya juga akan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya pelayanan kepada pasien. Apabila berbicara tentang LoRaWAN, maka tak akan ada habisnya mengenal berbagai sektor yang memanfaatkan teknologi ini, mulai dari Smart City, tata kelola air, hingga manufakturing.
Telkom Indonesia melalui berbagai layanan digital dari Antares turut hadir dalam menawarkan beragam solusi IoT untuk berbagai industri di Indonesia. Salah satu teknologi unggulan yang ditawarkan yaitu LoRaWAN. Pada artikel berikutnya, Leap akan membahas lebih lanjut terkait teknologi LoRaWAN dalam IoT yang ditawarkan Antares, serta kiprahnya dalam menjadi solusi dari beragam permasalahan industri tanah air.
Baca juga: Workflow Antares, IoT dari Leap Telkom
Apakah kamu tertarik untuk bergabung di Telkom Indonesia dan ikut serta dalam mempercepat digitalisasi di Indonesia? Yuk, bergabung bersama kami di Careers Telkom!
Artikel Terkait
Infrastruktur Andal Tentukan Pengembangan AI Next Generation
4 bulan yang lalu
Pemanfaatan IoT pada Industri Logistik: Solusi IoT Antares bantu Tanto Atasi Potensi Kehilangan Container
4 bulan yang lalu
Solusi Omnichannel OCA bantu BSI Maslahat Jangkau Puluhan Ribu Pelanggan dalam Sekali Klik
4 bulan yang lalu
Evolusi Rantai Pasok Digital Solusi Logistik Lebih Efisien
4 bulan yang lalu