Leap Logo

Pijar Sekolah Bantu Memajukan SMP Negeri 38 Medan Melalui Digitalisasi

LP

Leap by Telkom

21 Sep 2023 17.49 WIB

portrait

Ada ungkapan mengatakan, jika ingin melihat potensi suatu negara bisa dilihat lewat kualitas pendidikannya. Secara logika, kalimat ini mudah sekali dicerna dan pahami. Sistem pendidikan yang baik tentu akan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Jika membuka laman website satudata Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker), tercatat bahwa sampai dengan Februari 2021, pekerja dalam negeri menurut skill yang dimiliki terbagi menjadi tiga. Skilled, Semi-skilled, dan Basic-skilled. Pekerja Semi-skilled berjumlah 91,46 juta,  pekerja dengan basic skilled sejumlah 24,73 juta. Sedangkan pekerja dengan skilled hanya berjumlah 14.32 juta orang. Sangat kecil! Maka tidak bisa disalahkan jika ada yang berpendapat bahwa kualitas pendidikan berbanding lurus dengan kemajuan suatu negara. Artinya, semakin tinggi kualitas pendidikan suatu negara maka negara tersebut semakin maju. Pun sebaliknya, semakin rendah kualitas sistem pendidikan suatu negara maka negara tersebut akan terbelakang. 

Sejak pandemi Covid 19 melanda, sektor utama yang harus diselamatkan oleh Pemerintah, selain perekonomian adalah pendidikan. Dalam kondisi serba terbatas saat itu, pendidikan di Indonesia, dunia bahkan, menjadi sangat rentan. Leapers bisa bayangkan, jika tidak ada solusi untuk menyambungkan mata rantai pendidikan kita yang sempat terhenti akibat pembatasan jarak. Aktivitas sekolah dan luar rumah nyaris ditiadakan. Bagaimana kalau anak-anak didik usia sekolah dasar, menengah, dan atas ini tidak mendapat hak mereka atas pendidikan lantaran belum ada kejelasan kapan pandemi selesai? 

Sangat mengerikan. Sebagaimana kita tahu kebodohan dan ketidaktahuan adalah momok!

Beruntungnya, Indonesia termasuk sigap dalam mengantisipasi kondisi darurat saat itu. Penetrasi digital menjadi masif dikerjakan. Termasuk juga dalam ekosistem pendidikan. Syukurnya, hal ini berlanjut sampai saat ini. Karena ternyata, penerapan digital dalam pendidikan membawa dampak yang cukup baik. Baik terhadap proses belajar mengajar, kompetensi pengajar, maupun hal-hal yang sifatnya manajerial di sekolah. 

Salah satu sekolah yang sudah merasakan manfaat digital adalah SMP 38 Medan yang menggunakan Pijar, salah satu solusi digital yang ditawarkan Telkom untuk membantu ekosistem pendidikan di Indonesia. 

“Sejak dari pandemi kami berpikir bagaimana mencari solusi atas pembatasan tatap muka. Termasuk juga mempertimbangkan bagaimana menghemat biaya dalam proses belajar mengajar dan bagaimana caranya agar semua menjadi lebih efektif dan efisien. Beruntungnya kami bertemu Pijar,” buka Zulkarnain Rangkuti, S.Pd, M. Si, Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 38 Medan. 

Kemudian, ia melanjutkan, “salah satu mantan anak didik kami yang sekarang bekerja di Telkom Medan, menyarankan untuk menggunakan Pijar Sekolah. Kami pelajari, ternyata kami memang membutuhkan. Pemberian tugas kita masukkan ke aplikasi Pijar agar anak-anak bisa buka, kadang-kadang kita juga memberikan materi yang akan dipelajari esok hari. Jadi, malam hari sebelumnya anak-anak bisa pelajari terlebih dahulu supaya siap besoknya. Sehingga di dalam kelas, kita pengajar lebih efisien dalam menerangkan.”

Sekolah menengah pertama yang berada di bilangan Marelan, Medan ini sudah beroperasi sejak tahun 1994. Awalnya, sekolah ini bernama SMP Terbuka yang khusus untuk anak-anak kurang mampu saja. Kebutuhan yang cukup besar membuat sekolah ini kemudian menjadi sekolah negeri yang saat ini telah memiliki lebih dari seribu siswa. Ada 33 kelas yang dimiliki, masing-masing 11 kelas di tiap tingkatnya. Tercatat ada sekitar 60 guru dan petugas tata usaha. Sungguh, perjalanan yang tidak bisa dibilang singkat. 

Menilik sejarahnya, wajarlah jika SMP 38 mengerti betul bahwa menghadirkan pendidikan berkualitas adalah hal utama sebagai pemenuhan hak penerus generasi bangsa. Tidak memandang status sosial atau geografis. Semua berhak memperoleh mutu pendidikan bagus. Maka sejalan pula lah kehadiran Pijar sebagai wujud nyata Telkom mendorong dampak sosial yang lebih baik. Sebagai salah satu elemen dari Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang memang ingin disumbangkan Telkom kepada Indonesia. Lewat digital, kesenjangan pendidikan akibat faktor ekonomi juga geografis diharapkan dapat terhapus. 

Meski tidak terletak di jantung kota, namun sekolah ini sudah cukup familiar dengan teknologi dan digital. Sekolah memiliki sebuah laboratorium Teknik Informasi Komunikasi (TIK) dengan 60 unit komputer di dalamnya yang bisa dipergunakan siswa-siswa dalam mengadopsi teknologi dan perkembangannya. Terlebih jika ujian berlangsung, anak-anak yang tidak memiliki ponsel, bisa memanfaatkan gawai-gawai tersebut. 

“Kita ujian sudah sejak awal pandemi sampai sekarang menggunakan Google Form. Nah, untuk anak-anak yang tidak punya ponsel, kita ada ruang komputer, rata-rata mereka ada sekitar 40 orang dari seribuan sisa, jadi jumlah komputer kami cukup memadai”

Secara akademis, sekolah ini menggulirkan banyak prestasi. Salah satu komitmen sekolah menjaga kreativitas siswa adalah dengan menggelar acara tahunan berupa Pekan Aksi Kreativitas Tiga Delapan yang disingkat PeTiLa. Pada acara ini, siswa-siswa diberi ruang mengembangkan diri dan kreativitas dengan membuat proyek-proyek kelistrikan, fisika, dan lain-lain. Hasil karyanya berupa roket air, pompa air tanpa listrik, kompor listrik, alat sapu elektrik, alarm gempa, alarm banjir, dan masih banyak lagi.

Untuk menumbuhkan minat dan kreativitas siswa, menurut Zulkarnain dibutuhkan materi pembelajaran yang atraktif dan tidak membosankan. 

“Kami terbantu dengan adanya Pijar ini. Misalnya kita mengambil konten-konten gitu, pengiriman nilai awalnya dan WA bisa kita kirim ke aplikasi Pijar. Jadi anak-anak bisa melihat langsung tugas apa yang terbaru,” kata Zulkarnain. Ia juga menyebut kalau kesuksesan digital selain terletak pada keaktifan sekolah, juga sangat bergantung kepada peran aktif siswa dan orangtua. “Kami tidak bisa mengontrol anak selama 24 jam, jadi orang tua dan anak sendiri harus proaktif dalam memantau dan mengecek aplikasi. Ini menjadi tantangan terberat dalam dunia pendidikan menurut saya, ketika anak-anak lebih tertarik menggunakan gadget untuk sosial media atau situs-situs yang kurang layak”. 

Seperti disampaikan di atas, manfaat digital bukan hanya terasa di proses belajar mengajar saja. Juga dari sisi manajerial dan operasional sekolah, digital membuat tata kelola sekolah jadi lebih baik. Ada transparansi yang bisa dihadirkan di situ, “sangat jauh bedanya, kalau dulu kita pakai manual untuk menulis nilai, sekarang semua nilai terkumpul di Pijar. Tidak ada istilah berkas hilang. Guru pun sudah terbiasa dengan sistem digital begini, nilai anak sudah tidak bisa dikarang lagi dan terkontrol. Guru tidak bisa asal-asalan kasi nilai. Untuk proses operasional ini kami angkat satu orang admin. Jadi di situ pun ada operatornya yang kita libatkan untuk proses penyimpanan data dan sebagainya. Jadi, tidak asal-asal jadi lah macam sekolah dulu tanpa digitalisasi. Sampai nilai raport pun sekarang kita sudah e-raport, sudah tidak bisa lagi ‘cuci raport’ istilahnya,” kelakarnya. Apa yang diungkap Zulkarnain seturut pula dengan elemen G atau Governance dalam ESG. Terbukti, Pijar sebagai solusi digital mampu memberikan itu. Membantu tata kelola yang lebih baik di SMP 38 Medan.

Sistem digital seperti ini juga membuat guru-guru lebih bertanggungjawab, “yang mengisi nilai per dapodik itu tidak boleh orang lain, harus guru yang bersangkutan. Karena di dapodik itu tertera nama kita, oleh karena itu pengisiannya harus kita sendiri. Harapan saya, Pijar dapat membantu mewujudkan cita-cita kami untuk mengangkat sistem pendidikan terutama di SMP 38 Medan menjadi lebih baik lagi. Kami sekolah negeri dengan latar belakang ekonomi keluarga siswa menengah ke bawah, kami berharap digitalisasi bisa mengatasi kesenjangan pendidikan di daerah-daerah,” pungkas lelaki yang sudah dua dekade mengabdikan diri di sini.

Formulir Pertanyaan