LP
Leap by Telkom
•
18 Jul 2022 17.53 WIB
Pagebluk adalah Mula
Jangan berhenti di sini!
Begitu Leap duga apa yang berkecamuk dalam pikiran Paimin ketika berhadapan dengan badai bernama pandemi Covid 19. Pagebluk yang memaksanya menyingkir dari riuh Jakarta dan kembali ke kampung halaman di Magetan.
Sejak 1993 sebetulnya Paimin sudah merantau ke Jakarta, ragam pekerjaan Ia lakoni sampai lima tahun terakhir sebelum akhirnya pulang, Ia masih bergelut di dunia kontraktor. “Kalau di kontraktor itu naik turun jadi tidak bisa dipastikan akan selamanya eksis, pasti ada regenerasi-regenerasi baru yang ikut bersaing, itu salah satu alasan juga saya ingin punya usaha yang mandiri tanpa ada persaingan yang ketat di usaha bisnis,” buka Paimin.
Terus bergerak dan melakukan perubahan, mungkin itulah yang membuat Ia berpikir untuk menembus kebuntuan. Di tahun 2020, Ia putuskan kembali ke tanah kelahiran dan mulai menjadi peternak.
Kepulangannya ternyata menjadi cikal bakal kesuksesan Paimin, owner Karya Cipta Farm, Magetan. Selama tiga tahun ini Ia menjalankan usaha peternakan yang dirasa tidak ada saingan, “yang bersaing adalah mitra sementara plasma atau peternak sendiri bisa dibilang tidak ada persaingan,” ungkap Paimin.
Dimulai dari Ia membangun kandang di lahan miliknya sendiri, kemudian bermitra dengan PT. KSM dan didukung dengan peralatan dari PT. Sreeya.
Analog ke Digital
Paimin menceritakan serunya proses beternak ayam. Betapa keseluruhan proses membutuhkan perhatian, pengamatan, dan pemantauan yang konsisten. Periode panen seekor ayam adalah sepanjang 34 hari. Prosesnya memang panjang dan banyak hal yang harus dilakukan.
Dalam jangka waktu seminggu pertama merupakan momen-momen rawan. Umur 0–7 hari harus sangat telaten dalam memperhatikan suhu udara, kecepatan angin atau sirkulasi serta pengamatan yang pas untuk menentukan kebutuhan yang diperlukan ayam supaya porsinya pas dan sesuai, “misal suhu udara berapa, kecepatan angin berapa, harus sesuai”.
Menurut Paimin, tujuh hari pertama itulah yang menjadi kunci kesuksesan minggu berikutnya di mana target tahap satu tersebut diindikasikan dengan bobot rata-rata 200gr per ekor yang harus dicapai.
Tahap kedua, meski tidak seketat sebelumnya, namun metode sirkulasi tetaplah hal yang penting. Yang berbeda hanya penggunaan pemanas di minggu I sementara di minggu ke II sudah dilepas. Semua Paimin kerjakan secara manual dibantu 3 orang pekerja dengan populasi ayam sekitar dua puluh ribuan ekor dan Paimin merasa cukup kewalahan.
Ketelitian dan kehati-hatian yang ekstra, wajib tepat waktu dan tepat sasaran yang harus benar-benar dijaga membuatnya pantang melakukan kelalaian, “makanya harus benar-benar dipantau secara kontinu, tidak semata-mata ayam datang, dikasih makan, selesai”.
Paimin menjelaskan ketika human error atau kelupaan kontrol terjadi, maka berpotensi menimbulkan penyakit pada ayam, sehingga kontrol harus dilakukan sungguh-sungguh, “syukurnya sekarang sudah dibantu Telkom untuk proses pengontrolan,” senyum Paimin mengembang.
Baca juga: Workflow Antares, IoT dari Leap Telkom
Proses pengontrolan yang dimaksud Paimin adalah IoT Smart Poultry dari Antares.
Internet of Things atau biasa disingkat IoT merupakan teknologi di mana benda atau objek ditanamkan sensor dan software untuk tujuan berkomunikasi, mengendalikan, menghubungkan dan bertukar data melalui perangkat lain selama masih terhubung ke internet. Sementara Smart Poultry menggunakan teknologi IoT untuk melengkapi sensor yang membantu peternak memantau kondisi lingkungan ternak secara langsung dari jarak jauh. Sehingga peternak dapat mengetahui kondisi suhu, kelembaban, tingkat cahaya, kecepatan angin, kadar karbondioksida dan amonia yang mana data disimpan di cloud dan bisa diakses menggunakan smartphone.
Smart Poultry
Di masa awal peralihan dari analog (manual) ke digital, Paimin memang mengalami beberapa penyesuaian.
Baca juga: Perkembangan Internet hingga Hadirnya Teknologi Nirkabel LoRaWAN di Indonesia
“Pertama karena awalnya kita pakai sistem auto ternyata terjadi kendala. Periode berikutnya saya pakai semi manual dan efek terhadap ayam justru lebih baik,” ujarnya.
Paimin berasumsi bahwa mungkin karena settingan auto ini diambil dari IoT di kandang berbeda sehingga ketika diterapkan di kandang miliknya belum tentu cocok. Namun, data-data NH3, CO2 masih tetap terekam sehingga semuanya bisa membantu.
“Ketika CO2 naik kita tahu apa yang harus dilakukan, begitupun kalau sirkulasi kurang tepat. Setiap satu minggu sekali kami mengadakan nekropsi atau pembedahan ayam yang dilakukan satu per satu untuk mengetahui kendala apa yang terjadi di dalam kandang,” papar Paimin.
Jika didapati indikasi seperti mata ayam mengalami iritasi biasanya dikarenakan kadar amonia yang tinggi dan kurangnya sirkulasi. Nekropsi ini berguna untuk mengambil kebijakan tindakan seperti perlu atau tidaknya menaikkan kecepatan angin. Indikasi lain juga bisa mendeteksi pernafasan dan pencernaan yang terus menerus harus di-update untuk mengetahui kendala di lapangan.
Paimin juga menyebut, jika dalam satu periode penggunaan smart poultry, Ia dan tim masih belajar dan belum maksimal karena harus disesuaikan dengan kebutuhan ayam dan kondisi ayam dari pabriknya. Di situlah butuh analisa mengenai keadaan kandang dan faktualnya.
Lebih jauh, Paimin juga memaparkan bahwa dari sisi teknis, IoT membantu efisiensi dan terpantau real-time. Sementara dari sisi bisnis, kelebihan dari implementasi smart poultry juga cukup besar dirasakan Paimin. Ia menjelaskan jika sebelum menggunakan smart poultry, ia menggunakan temptron. Temptron secara spesifik mengatur hidup matinya blower dan memiliki kelemahan di sistem intermitten yang mati-hidup secara berkala.
“Nah, kelemahannya ada waktu tertentu di saat mati itu benar-benar tidak ada sirkulasi yang berefek terjadi gangguan pernafasan pada ayam dan saya menggunakan temptron sudah cukup lama sehingga saya hapal di umur awal kendala ya di pernafasan. Setelah saya menggunakan smart poultry, alhamdulillah dari segi pernafasan menjadi lebih baik, bisa dikendalikan karena sirkulasi yang dibutuhkan ayam benar-benar terus menerus ada. Saya rasa itulah kelebihan utama dari smart poultry,” ujarnya.
Paimin memang sangat concern mengenai permasalahan pernafasan, bukan tanpa sebab, gangguan pernafasan membuat pengobatan terhadap ayam menjadi lebih ekstra dan berdampak pada cost yang dikeluarkan lumayan tinggi. Ketika smart poultry sudah diterapkan, indikasi penyakit pernafasan tak tampak sama sekali. Artinya, Paimin bisa berhemat banyak. Pengobatan yang ia anggarkan kini bersifat antisipasi saja. Dampak positif lain adalah secara manajemen menjadi lebih efektif.
Baca juga: Pengimplementasian IoT Oleh Antares, Memberikan Solusi Penghematan Biaya Pada Bisnis
Ngomong-ngomong berhemat, dalam waktu dekat Paimin juga merencanakan untuk mensplit penggunaan listrik antara kandang dan luar kandang yang selama ini digabung menjadi satu guna mengetahui seberapa besar persentase penggunaan listrik yang bisa diirit. Ia yakin, dari angka 12 juta yang Ia keluarkan setiap bulannya, ada perubahan konsumsi listrik yang signifikan di kandang, cuma besarannya seperti apa masih perlu dilakukan pemisahan meteran itu tadi, “soalnya konsumsi listrik saya di luar kandang juga lumayan banyak”.
Selain itu, Paimin juga sudah mencanangkan diferensiasi usaha di bidang pertanian. “Selain peternakan saya juga suka pertanian, kalau pertanian itu saya melihat IoT lebih mengarah ke pertanian modern dan bisa meminimalkan tenaga manusia, saya sudah konsultasi ke beberapa pihak bahkan,” ujar Paimin optimis.
Ia berpandangan jika di sektor pertanian Indonesia kondisinya sudah lebih bagus karena alat-alat modern sudah banyak. Justru yang masih tertinggal adalah sektor pertanian di mana menurutnya belum ada support alat yang baik. Ia pun menyebut solusi-solusi seperti irigasi otomatis, pupuk otomatis bisa dilakukan dengan teknologi IoT demi membantu hasil yang baik.
Kiranya, Paimin pun rangat Indonesia menjadi negeri agraris dengan sistem pertanian modern.
“Pesan saya, jangan berhenti sampai di sini! Kita harus berkembang memperbaiki fitur-fiturnya, memperbaiki kinerja IoT tadi agar bisa bersaing di alat-alat industri peternakan ayam, karena semakin tahun tentu teknologi akan semakin berkembang. Jadi kalau hanya berhenti di sini, kuatir kalah bersaing. Harapan saya dengan adanya smart poultry, tim dari Telkom juga menularkan ke seluruh Indonesia sehingga peternakan jadi lebih maksimal,” pungkas Paimin.
Baca juga: Mendorong revolusi bisnis dengan solusi IoT Telkom, Antares
Masih penasaran dengan cerita lainnya? kunjungi medium kami di medium.leaptelkom dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!
Artikel Terkait
PaDi UMKM berikan solusi UMKM lewat Business Matching
1 minggu yang lalu
Analitik Video Berbasis AI dari Antares Eazy Efektifkan Operasional Berbagai Sektor lewat Deteksi Gerakan
2 minggu yang lalu
Solusi Antares IoT Mengurangi Jejak Karbon dan Konservasi Energi
1 bulan yang lalu
Keberhasilan PT Denso Memonitor Penggunaan Energi & Pemantauan Pabrik dengan Solusi IoT Antares
1 bulan yang lalu