LP
Leap by Telkom
•
11 Nov 2022 18.04 WIB
Tryan, pemuda yang pernah bekerja sebagai peneliti di Taiwan. Dia adalah pegawai di sebuah lembaga riset yang dinaungi pemerintah Taiwan. Pekerjaannya berkaitan dengan pembelajaran mesin (machine learning), khususnya berfokus pada pendekatan perbandingan model (model comparison).
Terkait tema ini, dapat diartikan bahwa setiap model atau algoritma pembelajaran mesin memiliki beberapa fitur yang memproses data dengan cara yang berbeda. Tidak jarang data yang diumpankan ke algoritma juga berbeda tergantung pada tahap percobaan sebelumnya. Akan tetapi pengembang pembelajaran mesin biasanya merekam eksperimen mereka. Ada banyak data yang tersedia untuk perbandingan.
Umumnya, tantangan hadir ketika memahami parameter, data, dan metadata mana yang harus dipertimbangkan untuk sampai pada pilihan akhir. Tentu menjadi masalah yang rumit karena memiliki banyak sekali detail tanpa kejelasan. Selain itu, di wilayah ini perlu dipahami jika parameter dengan nilai tinggi, katakanlah skor metrik yang lebih tinggi, bisa berarti model tersebut lebih baik daripada parameter dengan skor yang lebih rendah. Atau bisa juga itu hanya disebabkan oleh bias statistik, bisa pula desain metrik yang salah arah.
Baca juga: Benarkah Auto Machine Learning Mengancam Profesi Seorang Data Scientist?
Pembahasan ini terasa asing bagi tidak sedikit telinga, terasa runyam ditelan buat kebanyakan awam. Bahkan, bikin dahi berkerut buat para pemula digital, kecuali mereka yang kadung masuk dan mencintai geografi ini, seperti halnya Tryan. Ia memang memiliki pemahaman dan keahlian khusus dalam masalah ini.
“Fokus saya (di Taiwan) itu lebih ke model comparison. Machine learning relatif berskala besar dan lama. Nah, fokus saya ketika riset di sana adalah untuk mengkompres model, memperkecil model, mempercepat model, dengan catatan model performance-nya tidak boleh berkurang. Sebenarnya itu sih hal-hal semacam itu yang saya kerjakan di sana”, terangnya.
Terdapat pepatah yang mengatakan, setinggi-tinggi bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan juga. Pepatah itu mengena pula di diri Tryan. Pada tahun 2020, ia pulang ke tanah air, beberapa waktu berselang, lelaki ini bergabung ke Telkom. Mendedikasikan ilmu, pengalaman, dan hasratnya dengan membawa sebuah personal statement, memberi social impact terhadap masyarakat Indonesia. Berkontribusi di ranah digital sebagai awak kapal Leap, umbrella brand banyak produk digital yang dikandung dan lahirkan Telkom.
Baca juga: Bagaimana LKPP Bersama Telkom Membentengi Uang Negara
Apa Menariknya Bekerja di Telkom?
Bergabung dalam DSC atau Data Science Chapter Telkom, kemudian waktu, Tryan lebih banyak berurusan dengan Artificial General Intelligence (AGI). Secara definisi, AGI dapat diartikan bermacam-macam. Satu diantaranya yaitu kecerdasan buatan yang difungsikan untuk memahami atau mempelajari tugas intelektual apa pun yang dapat dilakukan manusia. AGI kerap disebut sebagai AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan yang kuat, atau AI dalam format yang lebih lanjut.
Dalam ilmu komputer, AGI dimaknai sebagai sistem cerdas dengan pengetahuan yang komprehensif atau lengkap dan kemampuan komputasi kognitif. Ia dipercaya akan banyak membantu beragam kerja manusia di masa depan, bahkan benar-benar menggantikannya! Salah satu cabang kerja Telkom berkaitan akan hal ini. Menjanjikan cara kerja masa depan yang berbeda sama sekali. Futuristik!
“Artificial General Intelligence cenderung didekatkan dengan beberapa hal-hal yang sifatnya short learning. Seperti kita belajar sepanjang hidup. Kayak dulu masih kecil belajar memahami, bahwa kursi itu untuk duduk. Tangga itu untuk naik ke lantai atas. Nah kadang-kadang anak kecil tahu fungsi lain secara alamiah. Tangga bisa juga dijadikan tempat duduk. Kecerdasan manusia, secara natural seperti itu. Tetapi mesin tidak. Tetapi, sekarang arah AI adalah dicoba untuk ditraining dengan data. Istilahnya open ended data. Nanti biarin Si Machine Learning-nya yang berfikir. Seperti contoh anak kecil tadi, yang akhirnya paham tangga juga bisa didudukin. Sekarang dunia telah ke arah ke sana. Dan itu sangat menarik banget dunianya!”.
Kehadiran AI atau kecerdasan buatan memang tengah mendapat atensi besar. Beberapa laporan menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan makin memiliki kiprah luas dalam hidup manusia. Diantaranya, Laporan Forbes Mei tahun 2020 menyebut JPMorgan memiliki AI yang sanggup meninjau perjanjian pinjaman komersial, menyelesaikannya lebih cepat dari kerja yang biasanya membutuhkan 360.000 jam waktu kerja pengacara selama setahun. Dalam laporan yang sama disebut, LivePerson menggunakan AI yang memungkinkan perusahaan itu mengubah pusat panggilan (call center) yang dapat menanggapi 10.000 kueri hanya dalam satu jam.
Tidak hanya itu, penerapan AI juga telah dilakukan oleh pabrikan seperti General Motors, Canon, Nokia, BMW Groups, Danone, Nissan, dan lainnya, untuk aneka cabang pekerjaan.
“AI bisa mencapai titik itu. Jadi manusia harus berpikir secara kreatif. Hal yang belum bisa dilakukan oleh sebuah mesin adalah masalah kreativitas, kan? Setidaknya sejauh ini. Nah, ketika manusia itu unggul di area kreativitas, biarlah hal-hal lain dilakukan oleh mesin. Manusia bisa memberikan sesuatu yang lebih. Lebih “high level” lagi,” terang Tryan filosofis menilik masa depan hubungan AI dan manusia.
Lingkungan dan Etos Kerja
“Menurut saya di Telkom itu, apapun tipe kerjamu, Telkom bisa menjadi “surga” untuk itu!,” laung, tandas tanpa tedeng aling-aling. Artinya, secara terbuka ia mengemukakan bahwa kesempatan dan keunggulan berada pada tangan-tangan mereka yang menggenggam dan berani memperjuangkannya. Telkom sangat ramah untuk orang-orang demikian.
Menurut Tryan, Telkom menciptakan tempat memadai untuk inisiatif-inisiatif yang muncul dari karyawannya. Apabila etos kerja yang baik ditumbuhkan, peluang pengembangan diri sangat terbuka di Telkom. Ada banyak ruang kreatif yang diberi. Sehingga kepada mereka yang memiliki rasa ‘penasaran’ tinggi, Telkom merupakan lingkungan yang kondusif untuk terus menumbuhkan kapasitas diri. Banyak ruang kontribusi yang bisa diisi.
Berkaitan dengan pengembangan diri, Tryan punya persepsi sendiri.
“Definisi seseorang berkembang dan bertumbuh itu kan tergantung dari kacamata siapa observer-nya ya. Balik lagi ke statement saya di awal, kalau di Telkom itu jadi tempat untuk apa aja gitu. Kayak (semisal) dirimu AI engineer, tapi mau coba fokus ke daerah PM. Hal tersebut ada dan bisa terjadi”.
Dari sisi lain, Telkom pun terus memfasilitasi wilayah pelatihan dan sertifikasi dengan sangat maksimum. Hal ini sangat menguntungkan bagi siapapun yang berminat terus belajar. Ini termasuk pelatihan quantum computing yang pernah ia ikuti penghujung tahun 2021. Pelatihan yang disebut sebagai pelatihan terunik sepanjang pengalaman. Terang, Telkom memiliki cita-cita melangit tentang kedaulatan digital, sementara Tryan mempunyai ketertarikan holistik yang berkaitan dengan itu.
Jika teringat saat Meta Platform Inc milik Mark Zuckerberg mendirikan Meta AI tahun 2015, bisa dikata ia serupa laboratorium akademis yang mengembangkan berbagai bentuk kecerdasan buatan. Meningkatkan teknologi augmented reality dan artificial reality. Sedangkan dalam pengertian yang setara, Alphabet Inc mempunyai Google Brain. Proyek tersebut telah dirintis sejak tahun 2011.
Impian spesifik Tryan sendiri nyala dan berbunyi, “Google ada yang namanya Google Brain, Nvdia, ada nvdia AI, kalau nggak salah. Saya ingin Telkom se-influence itu di bidang AI. Walaupun lingkupnya masih di Indonesia. Saya percaya mimpi itu mungkin sekali terwujud. Butuh tekad dan keberanian saja”.
Dengan Telkom, orang-orang seperti Tryan terus bermimpi, berkreativitas, dan bekerja. Tak takut untuk memiliki asa besar. Sebab asa itu terus dikerjakan, tak semata menggantung di angan-angan.
Serupa dengan apa yang pernah diucap maestro lukis bernama Van Gogh, “Saya bermimpi melukis dan kemudian saya melukis mimpi saya.” Telkom sama. Bermimpi dan mewujudkan mimpi. Sesederhana itu. Sebesar itu!
Ingin bergabung bersama Telkom Indonesia dan menjadi digital talent seperti Tryan? Yuk, apply sekarang dengan klik button di bawah ini!
Penasaran dengan cerita digital talent lain dari Telkom Indonesia? Follow dan kunjungi medium kami supaya Leapers tidak terlewat untuk membaca cerita tantangan Social Media Specialist dan UX Designer Lead, serta banyak kisah menarik lainnya!
Artikel Terkait
LLM dan Masa Depan AI: Kunci Keamanan Data dan Optimalisasi Operasional
1 bulan yang lalu
Potensi dan Tantangan AI Multimodal dengan Keragaman Bahasa di Indonesia
1 bulan yang lalu
Mengoptimalkan Keamanan dan Efisiensi dengan Video Analytic AI
1 bulan yang lalu
Tanya Pijar, Revolusi Digital Berbasis AI Bikin Pembelajaran Siswa Jadi Lebih Personal
1 bulan yang lalu