Leap Logo

Sandi Nusantara dan PaDi UMKM yang Mendukungnya

LP

Leap by Telkom

03 Nov 2022 14.21 WIB

portrait

Melestarikan budaya merupakan wujud cinta terhadap suatu negara. Contoh simpel di Indonesia ialah dengan menggunakan batik. Batik sebagai warisan zaman yang turun menurun menjadikannya sebagai kekayaan kebudayaan nasional.

Parasnya yang indah nan menawan membuat mata dunia turut menyimaknya. Bahkan, tidak sedikit masyarakat diluar Indonesia mengagumi dan memakai batik. Sehingga pada tanggal 2 Oktober 2009 badan PBB UNESCO mengakui batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Berselang setahun, tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.

Batik sangat terhubung dengan penduduk Indonesia, salah satunya Ibu Euis yang bahkan membangun usaha perbatikan. Perjalanan usaha yang ia bangun sejak tahun 2007 rupanya tidak semudah yang dibayangkan. Ketika itu, batik Maos (salah satu varian batik tulis dari Cilacap Jawa Tengah) sedang surut sinarnya. Terlebih, kolega-kolega dekatnya sudah enggan membatik. Mereka tak menyaksikan ada masa depan di situ. Tapi tekadnya sudah bulat. Dikibarkanlah bendera usaha berlabel Rajasamas Maos. Sepuluh tahun berselang, usai mengikuti satu pameran ke pameran lain, Rajasamas Maos mengintegrasikan diri dengan blanja.com, sebuah layanan online-marketplace milik Telkom di masa tersebut.

Setelah satu tahun, Rajasamas Maos mulai mencoba memadukan kerajinan bambu dan perca batik. Ia mengekspor aneka rupa cinderamata dari dua bahan tersebut ke berbagai negara. Semuanya tampak menanjak, hingga datangnya Covid. Mendadak berbagai bisnis tergebuk. Bu Euis tak kebal atas situasi itu. Ia sempat memutuskan shifting ke pengadaan masker. Pesanan didapatnya dari relasi dengan Kementerian Kesehatan. Pelan-pelan usahanya bisa bangkit kembali. Melewati peliknya masa pandemi.

“Alhamdulillah. Itu lah berproses. Jadi sebenarnya kalau ada yang ngeliat kita sekarang, uh enak ya, sebenarnya kita juga banyak jatuh bangun. Enggak ujug-ujug ya,” terang perempuan yang biasa disapa Bu Euis ini.

Bergandengan dengan PaDi

Kurang dua tahun silam, tak jauh dari masa pandemi, Bu Euis bergabung ke PaDi UMKM. Sebuah platform digital dari Telkom yang mengkonsentrasikan dirinya pada pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sebelumnya, Rajasamas Maos merupakan UMKM di bawah binaan salah satu BUMN. Hubungan inilah yang membawa Rajasamas Maos terintegrasi dengan PaDi UMKM. Tentu saja selalu ada masa transisi bagi pelaku bisnis yang mencoba memanfaatkan platform digital seperti Bu Euis yang juga mengalaminya.

“Pertama-tama online itu (bersama PaDi) ya masih gagap. Sekarang kan udah agak mending lah ya, udah paham gitu kan.”

Manfaat PaDi UMKM pun mulai dirasakan oleh bu Euis. Menurutnya, saat ini mekanisme pembayaran di PaDi UMKM sudah jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Manfaat yang paling dirasakan yaitu penghematan di lini biaya perusahaan. Melalui sarana online, usahawan dengan mudah memamerkan barangnya secara praktis, dibandingkan pameran batik konvensional yang menelan biaya jauh lebih besar. Bersama PaDi UMKM pula, Rajasamas Maos mendapatkan manfaat penjualan yang lebih cepat. Tidak diributkan dengan proses tawar-menawar yang kerap terjadi dalam perdagangan tradisional.

“Kalau yang ngerti batik kan mudah. Biasanya kan ada yang nawar, bilang di sana aja cuma 50 ribuan, Bu. Gitu. Kadang-kadang orang awam enggak paham ya soal batik. Ini batik tulis. Dagang lewat online memangkas yang kayak gini”, terang Bu Euis menyangkut efektivitas transaksi.

Rajasamas Maos ialah salah satu pelaku usaha industri batik yang tangguh. Ragam fluktuasi bisnis telah dilalui oleh usaha yang berbasis di Maos Kidul, Cilacap, Jawa Tengah ini. Sementara menurut catatan Kementerian Perindustrian sendiri hingga Oktober tahun lalu, industri batik terus berkembang. Sektor yang didominasi oleh Industri Kecil dan Menengah (IKM) ini menyerap tenaga kerja lebih dari 200 ribu orang dalam 47.000 unit usaha, dan tersebar di 101 sentra di Indonesia.

Dari segi biaya, torehan nominal industri ini juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada tahun 2020, capaian ekspor batik mencapai hingga USD 532,7 juta atau sekitar Rp 7,5 triliun untuk nilai kurs waktu itu. Selama periode triwulan I tahun 2021 industri batik mampu menembus USD 157,8 juta. Selain itu, konsumen batik di dalam negeri pun tak kalah besar. Jumlahnya diperkirakan menembus 72 juta orang. Dengan lebih dari sepuluh ribu pelapak yang bermukim di PaDi UMKM seller, potensi platform ini untuk ikut terlibat dalam mendorong maju industri berbasis warisan budaya nusantara masih sangat terbuka luas.

Mau ikut mendukung batik dan kebudayaan Indonesia lainnya bersama PaDi UMKM? Temukan peluangnya dengan klik button dibawah ini!

Bisnis Melaju, Warisan Budaya Berlanjut

Pada akhirnya, Rajasamas Maos bertumbuh sebagai industri rumahan yang berhasil menyerap tenaga kerja secara masif. Berawal mempekerjakan 4 orang tenaga kerja. Sekarang, setelah sekian tahun berlalu sejak pendiriannya, hampir 100 orang bekerja di sana.

“Covid kan makin nambah, karena kan banyak teman-teman yang usahanya tutup. Kan mereka pada datang ke rumah. Membawa dagangan saya”, jelas Bu Euis perihal teman-temannya yang bekerja sebagai tenaga penjualan Rajasamas Maos.

Selama menggunakan platform PaDi UMKM, Bu Euis merasa integrasi UMKM dengan berbagai BUMN menjadi lebih smooth. Diketahui bahwa akses kerjasama dengan BUMN merupakan hal penting yang selama ini didambakan oleh tidak sedikit UMKM di Indonesia. PaDi UMKM dirasa bisa menjembatani itu. Pun keberadaan PaDi bagi BUMN juga sama bergunanya.

Semisal kerepotan BUMN dalam pengadaan dapat diminimalisir dengan memaksimalkan penggunaan beraneka fitur di PaDi UMKM. Mulai dari ringkasan, daftar UMKM dan BUMN, e-procurement PaDi, PaDi UMKM B2B dan B2C, hingga pembiayaan. Bagi Bu Euis, dorongan belanja ke marketplace PaDi UMKM yang dilakukan Telkom juga cukup membantu bagi seller seperti dirinya,

“Sekarang ngejar ke pengadaan-pengadaan yang bersifat kayak umroh gitu. Alhamdulillah sih, sebulan untuk batik kita bisa supply sampai 2000-an. Dari mukena, syal, hingga kerudung batik gitu”, demikian pengakuan Bu Euis mengenai relasi UMKM dan BUMN yang mendatangkan manfaat langsung.

Batik bukan hanya semata bisnis yang mendatangkan rejeki, tapi juga mempertahankan sejarah bangsa. Dalam kisah yang dipercaya Bu Euis, batik Maos memiliki pertalian dengan epos sejarah. Ia digunakan sebagai sandi oleh Pangeran Diponegoro selama Perang Jawa. Katanya, motif ‘cebong kumpul’ memberitahukan di satu daerah ada sekumpulan prajurit atau laskar yang bersiaga. Sudah hampir 200 tahun Perang Jawa berlalu, batik Maos masih hidup. Bersama PaDi UMKM, Rajasamas Maos berupaya menjadikannya sandi zaman. Bahwa warisan nusantara itu lestari yang kemudian mampu menghidupi periuk nasi orang-orang yang mewarisinya.

Masih penasaran dengan cerita lainnya? kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!

Formulir Pertanyaan