LP
Leap by Telkom
•
26 Jul 2022 18.26 WIB
Kisah sukses petani-petani Indonesia belakangan ini terdengar seolah angin segar. Meski kalau sudi jujur, berita sedihnya masih unggul. Tengoklah petani jombang yang gagal panen karena serangan jamur, petani bawang di Tangerang dikadali sarjana gadungan dalam jual beli, atau petani di Rawa Pening yang harus puasa tanam-panen lantaran lahan terendam dan kisah-kisah pilu lain yang silih berganti menghiasi pemberitaan tanah air.
Sungguh bisakah petani mencapai kesejahteraan?
Bisa! Harapan itu senantiasa ada dan Telkom melalui Agree sedang mengupayakannya.
Inisiatif besarnya adalah bagaimana membangun produk digital yang tidak semata menumbuhkan sisi bisnis belaka. Ada hal lebih menggurita di belakang itu, yakni bagaimana mengawal pertumbuhan ekonomi demi peningkatan taraf hidup petani menjadi layak. Kata ‘layak’ perlu digarisbawahi karena ini memberi definisi jelas yang ingin dicapai. Tidak sekedar bergerak lebih baik dari sebelumnya. Namun, kata ‘layak’ memberi sebuah standar tertentu.
Digitalisasi pertanian tidak cukup jika diterjemahkan dengan ‘petani go digital’ saja, literasi digital petani akan terasa besar dampaknya ketika mereka bisa tumbuh berkolaborasi dengan lembaga keuangan dan para pembeli tangan pertama dari komoditas yang mereka tanam. Dari situ, capaian kata ‘layak’ tadi memiliki potensi.
Pada akhirnya petani akan bertemu dengan harga yang pantas dalam memberikan asupan pangan yang bergizi terhadap masyarakat. Kesejahteraan pun tidak lagi berupa wacana dalam tiap orasi, justru betul-betul akan terwudud.
Pemetaan Agree terhadap Tani Mulus
Ketahanan pangan merupakan sektor vital yang tidak hanya dirasakan negara kita, tetapi juga sedunia. Kita akan melihat posisi terkuat justru berada pada rantai terlemah, apalagi jika bukan petani. Maka kolaborasi dalam ekosistem pertanian itu sendiri menjadi sangat penting.
Koperasi Tani Mulus yang dinilai sangat baik dan sudah menjadi percontohan koperasi untuk skala nasional pun masih memiliki ‘pain’ dalam roda usaha yang dijalani. Agree memetakan permasalahan yang dihadapi Tani Mulus berupa aktivitas yang masih sangat konvensional, ketidakseragaman informasi dan pengetahuan mengenai cara budidaya yang tepat, juga petani yang belum memiliki komunikasi dengan perbankan dikarenakan pendataan yang tidak memadai.
Agree mencoba menjadi solusi kesemua itu melalui satu platform digital.
“Kita melihat aktivitas yang dilakukan petani di bawah binaan Tani Mulus masih sangat konvensional, harapannya Agree bisa bantu untuk digitalisasi. Kemudian, ketika kita masuk ke dalamnya ternyata banyak permasalahan yang ditemui di lapangan. Seperti terkait budidaya dan bagaimana kami memiliki value dalam menentukan standar atau SOP berbudidaya yang baik dan benar sehingga hasil budidaya memiliki standar,” papar Danang, Chief Operation Officer Agree.
Standard Operation Procedure (SOP) dalam berbudidaya sangat diperlukan demi meningkatkan hasil budidaya menjadi maksimal di semua lini. Sementara pendataan petani pun penting demi membuka akses komunikasi dengan perbankan.
“Dari 842 petani yang tergabung dalam Tani Mulus yang sudah kami data, ternyata semua memiliki ragam permasalahan dalam berbudidaya. Agree melihatnya sebagai value tambahan sehingga Field Assistant bisa lebih cepat melaksanakan problem solving, seperti saat Bogor terancam, gagal panen justru di Indramayu karena kita sudah dampingi sejak awal maka kegagalan panen itu tidak terjadi dan malah panen raya,” tambah Danang.
Hal selanjutnya yang ditemukan Agree adalah ketika petani Tani Mulus akhirnya sanggup menaikkan produktivitas panen dari semula 5–6 ton per Ha menjadi 7–8 ton per Ha, muncul problem di pembiayaan akibat surplus. Kemudian Agree mempertemukan Tani Mulus dan LJK atau bank untuk memberikan dana talangan dalam melakukan aktivitas penarikan hasil panen. Sehingga petani yang tadinya nyaris tidak bisa membayar kembali tagihan mereka pada bank, akhirnya bisa dilakukan tepat waktu.
Baca juga: Telkom dan Pengembangan Aplikasi Kesehatan
“Itu yang dilakukan agree, walau secara sektor kita hanya memberikan digitalisasi, namun untuk lebih jauh secara ekosistem alhamdulillah bisa betul-betul memberikan manfaat untuk Tani Mulus dan petani-petani mitranya. Ke depannya, yang menjadi PR adalah bagaimana kita membukakan pasar untuk Tani Mulus sendiri sih,” ungkapnya.
Tani Mulus sebagai sebuah koperasi gabungan kelompok tani memiliki mitra yang jumlahnya terus bertumbuh. Ketika Agree ‘datang’, Tani Mulus sedang menjajaki kerjasama dengan suatu bank namun ada yang membuat kerjasama ini tak lempang. Kebutuhan Tani Mulus yang bisa dikata berangka besar tak dibarengi historical data yang apik.
Dana talangan yang dibutuhkan Tani Mulus dalam satu bulan cukup besar. Permasalahan yang nyata dicecap Tani Mulus adalah sistem pembayaran tempo dari standby buyer. Inilah yang melemahkan Tani Mulus dari sisi agresivitas usaha. Sementara Tani Mulus wajib membayar kepada petani dalam bentuk cash saat itu juga, “petani memang butuh uang cash untuk membayar kepada bank atas pinjaman mereka, jadi seperti efek domino”.
Peran Agree ialah mempertemukan LJK yang sudah bekerjasama dengan Agree seperti Bank Raya, BNI dan lainnya untuk memberikan dana tambahan kepada Tani Mulus dalam mendapatkan dana talangan.
Lima ribu dari enam puluh sembilan ribu petani yang tergabung di Agree telah menggunakan layanan Agree secara aktif, atau sekitar 8–10%nya. Dalam arti, mereka telah berkomunikasi dengan perbankan dan kepastian hasil panen akan diambil oleh offtaker. Pemanfaatan pembiayaan sekitar 8% karena tidak semua petani ternyata membutuhkan akses pembiayaan saat ini, sebagian masih menggunakan modal sendiri. Kemudian, 10% untuk petani yang sudah mendapat akses seluruh layanan Agree.
Agree menyasar sejumlah 2700 petani mitra Tani Mulus yang 842-nya sudah bergabung dan berhasil memanfaatkan Agree terhitung dari panen perdana di Januari-April. Lebih dari 10% sudah memperoleh pembiayaan, tercatat sebanyak 145 orang. “Persentasenya mungkin masih kecil tetapi hal ini disebabkan sebagian petani sudah mendapatkan akses pembiayaan pribadi sebelum Agree hadir. Sehingga per masa tanam Juni ini seluruh petani telah kami ajukan pembiayaannya”.
Alokasi Pembiayaan dan Monitoring
Sebetulnya, kebutuhan petani cukup beragam dan biasanya berada pada range 1–70 jutaan tergantung dari luasan dan scoring mereka. Sementara untuk offtaker biasanya di angka 100 juta sampai 2 milyar per orang/ pengurus. Namun, ada juga bank yang memperbolehkan mendaftarkan beberapa pengurus. Untuk Tani Mulus sendiri sekarang tinggal menunggu approval 2 bank karena data yang masuk ternilai laik.
Setelah akses pembiayaan terpenuhi, selanjutnya adalah memastikan bagaimana tersalur dan termanfaatkan dengan benar. Pada mitra Tani Mulus, Agree memastikan pemberian pinjaman dikelola oleh offtaker, dalam hal ini Tani Mulus. Pembiayaan akan dimonitor oleh Agree Modal, ditransaksikan dalam Agree Market dalam bentuk saprodi (sarana produksi) seperti bibit, pupuk, dan alat pertanian sehingga betul-betul produktif dilakukan petani di lahan mereka.
Di sisi lain, bagaimana barang-barang yang sudah berada di tangan petani harus dipastikan tercatat dan dipergunakan di lahannya sendiri. Di sini Agree Partner yang akan memonitor apakah bibit tersebut benar sudah ditanam atau belum. Sehingga kelak didapatkan informasi dan estimasi produktivitas petani dan kepastian petani memiliki kemampuan guna membayar pinjamannya ke bank.
Ketika pembiayaan ini berjalan baik sampai dengan ke panen, ada lagi permasalahan yang ditemukan Agree, yakni pengepul-pengepul yang tiba-tiba hadir dan menawarkan harga lebih tinggi yang memungkinkan petani mengalihkan hasil panen mereka. Di sinilah peran Field Assistant cukup besar dalam hal validasi. FA akan memasukkan data secara clear, objektif dan transparan yang nantinya bisa dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan.
Baca juga: Selamat Datang Nuon! Penggebrak Berwajah Baru
Danang dan Agree
Agree sebagai sebuah platform terus membenahi diri hari ke hari. Beragam feedback dari customer menjadi asupan bergizi bagi tim. Sekali lagi, Agree adalah rangkaian solusi untuk mancaragam persoalan dalam ekosistem pertanian.
Di bidang operational, tugas Danang bisa dikata cukup vital. Ia berperan membangun bisnis secara sustain dan bisa diterima oleh banyak pihak, membangun operasional yang bisa mendukung perjalanan bisnis tadi dan di sisi lain juga dituntut untuk membesarkan produk berdasarkan feedback customer. Sebagai COO, Ia pun berperan dalam marketing dan secara internal berandil menghubungkan Telkom Regional, termasuk membangun branding awareness.
“Intinya membuat bisnis yang seamless dan simplify,” tukas lelaki yang jauh hari sebelum bergabung di Agree pun sudah bergelut dan memberi perhatian kepada kehidupan petani.
Tani Mulus hanyalah cerminan dari ribuan petani lain di Indonesia. Pun Danang, hanyalah salah satu elemen dalam Agree yang tidak bisa berdiri sendiri. Kendati begitu berat beban di pundak. Betapapun setinggi-tingginya penerapan teknologi jika tak dibarengi empati, tak lah mampu mengena sampai ke petani. Pada akhirnya seorang intelektual tidak sekedar diukur lewat kedalaman berpikirnya semata, melainkan lebih kepada keberpihakan moralnya.
Jadi, jika ada yang masih ragu akan masa depan petani, kiranya kita bisa jawab, sangsi boleh pesimis jangan!
Kita doakan semoga petani Indonesia segera berjaya. Masih penasaran dengan cerita lainnya? kunjungi medium kami di medium.leaptelkom dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!
Artikel Terkait
Jelang hari raya Iduladha, penggemukan sapi makin gencar dilakukan!
4 bulan yang lalu
Solusi Pertanian Digital Dorong Minat Anak Muda Terlibat dan Ambil Bagian
4 bulan yang lalu
Leap - Digital Telco Hadirkan Ragam Solusi Digital
10 bulan yang lalu
Menghadapi Tantangan dalam Menyusun Strategi Digital Marketing
1 tahun yang lalu