LP
Leap by Telkom
•
12 May 2023 08.26 WIB
Bagaimana Telkom di Tahun 2023?
Marilah kita mundur sejenak untuk menjawab pertanyaan yang bisa mengandung berbagai makna di atas. Setidaknya, terdapat dua buah makna yang dapat kita ambil. Pertama, pertanyaan tersebut hadir untuk mempertanyakan apa saja yang menjadi geliat Telkom di tahun ini, dan yang kedua yaitu seperti apa wujud upaya Telkom untuk terus bertahan di tengah gempuran industri digital. Ketika kita mencoba menarik benang merah atas pertanyaan di atas, keduanya sama-sama memuat unsur pertumbuhan dan perkembangan secara berangsur, atau juga kita kenal dengan istilah evolusi.
Ketika kita berbicara mengenai evolusi, kita telah mengenal bahwa terdapat empat teori evolusi, diantaranya yaitu Teori Zaman Aristoteles yang juga dikenal dengan masa fiksisme, Teori Evolusi Lamarck yang dikenal dengan penjelasan bahwa organisme mewakili suatu kemajuan, Teori Evolusi Weismann yang tentang bagaimana organisme berkembang dan berevolusi, serta Teori Evolusi Darwin yang juga kita kenal dengan seleksi alam. Untuk mengambil sebuah analogi, kiranya teori terakhir adalah teori yang paling relevan.
Terhitung telah lebih dari tiga tahun lamanya Telkom Indonesia getol melahirkan berbagai produk digital dengan tetap menjalankan connectivity sebagai core bisnisnya. Dr. Komang Budi Aryasa yang mengemban peran penting sebagai Executive Vice President Digital Business & Technology (EVP DBT) Telkom menjelaskan bahwa produk-produk digital yang sekarang sedang dikembangkan Telkom terbagi ke dalam tiga cluster.
“Cluster pertama adalah produk yang sudah siap go to market, kedua adalah bisnis model fit, dan yang ketiga yakni tahap inkubasi,” ujar Komang mengawali penjelasannya.
Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa produk-produk digital yang sudah siap go to market merupakan produk yang saat ini sedang proses diakselerasi ke pasar. Harapannya, berbagai produk digital yang ada tak hanya dapat menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi pelanggan, namun juga dapat berkontribusi terhadap revenue perusahaan.
Lain halnya untuk produk yang masih berada pada tahap development. Pada tahap ini, Telkom Indonesia menerapkan business model & product fit. Tujuan dilakukannya penerapan ini yaitu guna semakin meyakinkan bahwa produk digital Telkom benar-benar dapat menjadi solusi di ‘pasar’.
Produk yang berada dalam tahap inkubasi merupakan produk digital yang masuk dalam cluster ketiga. Produk digital tersebut sengaja diinkubasi guna menjaring berbagai ide baru yang perlu dibuktikan. Dengan memvalidasi ide-ide tersebut nantinya diharapkan dapat memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi pelanggan.
“Jadi ada beberapa staging dari product development kita dan berharap sebenarnya dari produk-produk baru nanti bisa menghasilkan satu nilai bisnis kepada perusahaan,” tambah lelaki yang telah bergabung di Telkom mulai setahun sebelum Orde Baru berakhir.
Dunia digital bukan merupakan hal baru bagi Komang. Sejak kali pertama ia masuk Telkom, Komang telah ditugaskan di divisi-divisi yang berhubungan dengan inisiatif dan penciptaan produk baru, diawali di Divisi Multimedia, hingga sekarang di Divisi Digital Business & Technology (DBT).
“Nah kebetulan pada saat masuk Telkom ditempatkan di Divisi Multimedia yang ditugaskan oleh Telkom untuk menciptakan produk baru,” ujar Komang.
Ia tidak merasa canggung saat diamanahkan posisi baru di DBT. Berbekal mengemban visi dan misi yang sama yaitu melahirkan inovasi dan berbagai inisiatif baru, baik yang sifatnya melanjutkan ataupun menggantikan bisnis-bisnis eksisting yang telah lama digeluti Telkom. Baginya, eksplorasi terhadap hal baru menjadi penunjang utama yang membuat lempang jalannya berkiprah di Telkom.
Komang juga menjelaskan dengan lugas bahwa produk digital Leap Telkom memiliki target untuk beberapa ekosistem. Target ini didasarkan atas pangsa pasar yang diyakini cukup besar serta memiliki pengaruh yang lebih luas kepada masyarakat.
Ekosistem pertama adalah ekosistem Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Menurut Komang, digital ekonomi Indonesia sebagian besar berada pada sektor UMKM. Menciptakan berbagai produk yang dapat mengakselerasi bagaimana UMKM akan bertumbuh menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Tak hanya itu, memikirkan cara untuk mendukung UMKM agar mendapatkan pasar yang lebih besar melalui platform teknologi yang dibangun Telkom juga menjadi hal penting yang juga harus dipikirkan dengan matang.
Ekosistem kesehatan menjadi ekosistem kedua yang ditargetkan oleh Telkom. Telkom bergerak sigap dalam menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan demand, seperti halnya ketika pandemi berlangsung. Berbagai upaya dilakukan Telkom untuk membantu pemerintah dalam mengatasi penyebaran COVID-19, mulai dari membangun sistem vaksinasi, mendistribusikan vaksin, serta melakukan monitor efektivitas dari vaksin tersebut. Tak hanya itu, Telkom juga mengambil peran penting dalam mengontrol pergerakan masyarakat dalam membatasi penyebaran virus. Dalam ekosistem kesehatan, produk-produk digital lainnya juga telah disiapkan sebagai solusi di ekosistem kesehatan, mulai dari permasalahan di berbagai fasilitas kesehatan masyarakat hingga problema yang muncul pada masyarakat itu sendiri.
Ekosistem lain yang tidak kalah pentingnya yaitu ekosistem logistik yang berada pada ekosistem ketiga. Tak banyak diketahui orang, ternyata biaya logistik di Indonesia pernah disebut memiliki biaya termahal di dunia. Hal ini lah yang mendorong Telkom untuk menghadirkan sebuah produk digital yang dapat meminimalkan biaya logistik yang dilakukan dengan cara peningkatan efisiensi, yaitu platform logistik LOGEE. Harapannya, LOGEE dapat membantu pemerintah dan ekosistem logistik dalam memangkas biaya mahal tersebut.
Pada ekosistem pertanian, Telkom hadir dengan platform Agree yang mengkolaborasikan banyak stakeholder untuk dapat membangun geliat pertanian Indonesia bersama. Tak hanya membantu para petani, platform Agree juga dapat menumbuhkan agribisnis yang sehat dan juga berdaya saing. Tujuan akhir dari Agree tak lain tak bukan adalah agar negeri ini mampu menumbuhkan hasil-hasil produksi terbaik dengan lebih efektif dan efisien, yang dipantau seluruh prosesnya dari hulu hingga ke hilir.
Ekosistem lain yang tidak boleh terlewatkan yaitu ekosistem pendidikan. Adalah Pijar, sebuah platform pendidikan yang dirilis Telkom untuk membantu guru, murid, sekolah, serta ekosistem pendidikan lainnya dalam menjalankan berbagai aktivitas edukasi dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Semua ini bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan, namun bukan juga menjadi sesuatu yang mustahil.
Dalam upaya mewujudkan ekosistem B2B, tantangan menjadi hal yang sudah pasti harus dihadapi. Tantangan yang paling utama adalah bagaimana Telkom men-deliver produk-produk digital dengan cepat agar dapat segera menyelesaikan permasalahan dan memberikan solusi untuk pelanggan. Tak jarang produk-produk digital tersebut harus melewati proses iterasi yang cukup panjang. Proses iterasi ini bertujuan untuk memvalidasi apakah produk digital telkom akan menjadi sebuah solusi yang dibutuhkan oleh pelanggan, sehingga prosedur validasi ini dapat memakan waktu yang tidak sebentar.
“Selain proses iterasi yang membutuhkan waktu, setelah produk valid pun ternyata masih butuh experience yang bagus dalam pengembangan produk,” lanjut Komang saat ditanya perihal tantangan.
Ia menjelaskan bahwa experience yang ia maksud adalah experience yang berkaitan dengan UI/UX termasuk back-end system, front-end system, dan juga menyangkut infrastruktur. Semua tantangan yang yang berkaitan dengan experience tersebut pada akhirnya bermuara kepada pemilihan digital talent yang tepat. Untuk menghadapi tantangan yang ada, kompetensi talenta digital yang dibutuhkan Telkom bukan menjadi sembarang kualifikasi.
Bukanlah seorang pemimpin jika ia tak memiliki pandangan jauh ke depan untuk bersiap menghadapi berbagai tantangan ini. Komang siap memancangkan kuda-kuda sebelum melancarkan ‘serangan’. Tak hanya dengan pemilihan digital talent, ia juga memanfaatkan berbagai channel distribusi Telkom Group yang luas sebagai driver untuk mengakselerasi produk-produk digital, diikuti juga dengan menggaet talenta digital untuk level middle dan senior guna mengembangkan produk yang bagus.
Terhitung ada sepuluh produk yang sudah siap masuk ke pasar hingga saat ini. Tujuh diantaranya yaitu produk digital yang dapat langsung dikonsumsi oleh market, sedangkan tiga lainnya bersifat ecosystem product dan customized solution. Tujuh produk yang bisa dikonsumsi market yaitu OCA, BigBox, Pijar, IoT Antares, SimpelDesa, Netmonk serta Indibiz atau sooltanPay, sedangkan tiga lainnya adalah PaDi UMKM, Agree, dan LOGEE.
Komang menjelaskan lebih lanjut bahwa ketiga produk terakhir telah dipersiapkan untuk dinaungi oleh DigiCo, yang diarahkan menjadi Holding Company dari produk-produk digital Telkom. Sedangkan untuk masing-masing produk digital akan dibuatkan suatu entitas perusahaan yang disebut OpCo. Untuk masuk ke dalam entitas OpCo, setidaknya ada tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu (1) memiliki fraction market yang eksponensial (2) memiliki roadmap profitability yang berujung kepada EBITDA positif (3) memiliki unit diferensial saat penetrasi pasar.
Ia memaparkan bahwa sebelum suatu produk masuk ke Opco, Telkom menghendaki ketiga produk tersebut telah memiliki venture capital partner lebih dahulu. Apabila semua kriteria telah terpenuhi, barulah kepercayaan diri dipastikan akan lebih menguar guna membentuk Opco dari DigiCo kelak.
Terlepas dari berbagai rangkaian dinamika produk digital dan sebagaimana Telkom terus menerus berevolusi, Komang tetap memegang satu prinsip sebagai strategi utama, yaitu FOKUS! Fokus yang ia maksud adalah fokus dalam mengembangkan beberapa produk penting saja, dimana setiap produk akan dilengkapi dengan fitur-fitur khusus.
“Terpenting adalah validasi ke market sebelum fitur tersebut banyak penggunanya,” tandas Komang dengan yakin.
Tertarik untuk berkontribusi dalam mengembangkan produk-produk digital Telkom Indonesia? Yuk, mulai cari peluang terbaikmu hanya di Careers Telkom!
Artikel Terkait
Infrastruktur Andal Tentukan Pengembangan AI Next Generation
4 bulan yang lalu
Pemanfaatan IoT pada Industri Logistik: Solusi IoT Antares bantu Tanto Atasi Potensi Kehilangan Container
4 bulan yang lalu
Solusi Omnichannel OCA bantu BSI Maslahat Jangkau Puluhan Ribu Pelanggan dalam Sekali Klik
4 bulan yang lalu
Evolusi Rantai Pasok Digital Solusi Logistik Lebih Efisien
4 bulan yang lalu