Leap Logo

Bekerja sebagai Back End Developer di Agree

LP

Leap by Telkom

25 Jul 2022 17.29 WIB

portrait

Dalam dunia digital, video game merupakan karya yang revolusioner yang sudah mengubah banyak orang. Bahkan negara seperti Jepang dan Amerika telah merasakan manisnya industri ini hingga mampu menjadi sendi-sendi tulang perekonomian. Video game telah banyak pula menginspirasi para programer. Tak terkecuali Setyawan, yang sekarang berkarir sebagai Back End Developer di Agree, Leap Telkom.

Sejak SD Ia sudah menyukai game dan mulai tertarik perkodingan. Tapi saat SMK, Ia terjerembab di jurusan perkantoran. Untunglah, suatu masa ada seorang kawan bertanya pada salah satu guru magang. Kurang lebih isi pertanyaan itu berkata, ‘Kak jurusan (kuliah) yang paling gampang itu apa?’. Guru magang tersebut menjawab ‘sebetulnya kalau kuliah itu bukan susah atau tidak, tetapi suka atau tidak’.

Setyawan pun tersentak, pikirannya terbuka. Tak ingin mengulang kesalahan, saat kuliah pun Ia mengambil jurusan yang disenangi, yaitu informatika di Universitas Gunadarma.

Usai lulus, Ia mulai bekerja di Telkom lewat outsourching tahun 2018 dan ditempatkan di Indigo sebagai Back End Developer. Setyawan terlibat beberapa proyek hingga akhirnya ia di’tarik’ ke Agree.

Baca juga: Agree: Bisnis Ekosistem Pertanian Berbasis Empati

Mengenal Depelover di Agree

Developer adalah mereka yang mewujudkan ide desain sebuah produk baik berupa aplikasi ataupun website dengan menggunakan berbagai bahasa pemrograman. Singkatnya, meski fungsi developer adalah satu kesatuan dari awal sampai maintenance, namun keahliannya dibagi menjadi tiga yaitu Front End Developer, Back End Developer dan Full Stack Developer.

Setyawan menjelaskan, awalnya Developer Front End dan Back End itu dikerjakan oleh satu yang disebut Full Stack Developer. Ia mengerjakan keseluruhan baik tampilan sekaligus juga pengelolaan data. Namun, agar pengelolaannya lebih cepat maka saat ini fungsinya dipisah.

“Yang sering orang lihat dari website dan aplikasi berupa tampilan. Nah, itu kerjaan Front End Developer. Sementara Back End Developer mengerjakan pengelolaan data, apapun yang tidak terlihat. Intinya pengolahan data, ada yang namanya CRUD (Create, Read, Update, Delete) itu yang kita provide,” buka Setyawan.

Setyawan berperan sebagai Back End Developer di Agree. Saat awal bergabung, yang perdana dilakukan adalah membuat sistem untuk pertanian. Pengelolaan data dimulai dari pembuatan struktur seperti struktur database, juga struktur grafis yang diperlukan.

“Kalau di Agree kan jelas yang dibutuhkan adalah monitoring aktivitas pertanian yang mana ada tanam, panen dan pasca panennya, Back End melakukan validasi data-data itu,” jelasnya

Baca juga: Bangkit Bersama Agree menjadi Petani Swamandiri!

Sebelum diolah, data diperoleh dari Front End lewat pengisian form. Jika data sesuai maka akan disimpan. Jika data tidak sesuai, akan diberikan respon error.

Bagaimana membuat aplikasi yang user friendly?

Sebelum membahas bagaimana membuat aplikasi yang user friendly, kita perlu tahu alurnya terlebih dahulu. Proses panjang dimulai dari sisi manajemen yang akan berbicara mengenai proses bisnis, lalu akan dikelola oleh para Product Owner lantas diolah menjadi task untuk membuat aplikasi. Setelah itu baru diajukan ke UX, dari UX kemudian dibuatkan desainnya.

Untuk menjadi user friendly, UX mengadakan riset terlebih dahulu guna melihat aplikasi-aplikasi lain sejenis. Membuat perbandingan tampilan dan lain-lain. Barulah UX membuat desain yang diteruskan ke developer, kemudian developer memberi beberapa masukan.

Kerjasama antara UX dan Developer sangat diperlukan agar fungsi interface berjalan sesuai tujuan. Back End Developer memang tidak memikirkan tampilan. Misalkan membuat satu service login, maka login tersebut bisa dipakai baik untuk web atau pun mobile.

Setyawan memberi contoh pada kasus yang sempat terjadi di Agree, yaitu pada fitur OTP. Ketika menentukan apakah fitur ‘lupa password’ diperlukan, sempat terjadi diskusi dalam tim. Umumnya, ‘lupa password’ dibuat lewat dua cara bisa lewat email atau sms. Kondisinya, di Agree awal mula login tidak memakai password sehingga OTP lewat nomor teleponnya.

“Developer kemudian komen, jika tidak dibutuhkan password artinya tidak diperlukan fitur forget password tetapi bisa menggunakan forget account. Tetapi karena login hanya menggunakan OTP berarti ‘forget account’-nya sama. Misal user ini lupa username, jika dia tidak pakai password harusnya dia bisa ‘forget account’, tapi kan ternyata ‘forget account’ ini juga butuh username juga kan, jadi ya solusinya diubah loginnya menggunakan password dan kalau memang lupa bisa langsung ke nomor baik lewat aplikasi ataupun website,” terang Setyawan.

Tantangan sebagai Back End Developer di Agree

Pada dasarnya Setyawan tidak mengalami kesulitan selama bekerja di Agree. Tantangan demi tantangan Ia lalui sebagai proses belajar. Ia berbagi mengenai tantangan terakhir yang baru saja Ia kerjakan, saat Agree akan menjadi sebuah super apps. Menggabungkan Agree Pertanian, Agree Perikanan, dan Agree Peternakan dalam satu service yang dinamis. Itulah tantangan yang dirasakan Setyawan dan tim.

“Membuat service menjadi dinamis tidak hanya sekedar bisa dipakai di satu sektor saja itu sulit dan menjadi tantangan,” kata Setyawan.

Baca juga: Bagaimana Sejarah Agree dan Sanggupkah Melerai Petani dari Jerat Hutang?

Setyawan menerangkan letak tantangannya adalah pada pengukuran yang berbeda. Ketika di pertanian menggunakan luasan lahan, di perikanan menggunakan kolam atau bahkan laut, dan di pertanian menggunakan kandang. Hal yang tidak mudah adalah membuat service bisa menerima perbedaan itu, alat konversinya harus bisa menerima bermacam rumus, tapi bukan berarti tidak mungkin.

“Untuk coding sendiri saya tidak mengalami kendala dan tidak makan waktu banyak sih. Paling, ya… saya kan biasanya on fire itu tengah malam dan kadang sulit menyamakan jam kerja dengan rekan lain. Tapi itu ada solusinya semua sih saat dibicarakan di tim”, ujarnya.

Untuk menjadi seorang Back End Developer, Setyawan membagikan beberapa tips berdasar pengalaman yang Ia lalui.

1. Paham Bahasa Pemrograman

Menurut Setyawan, modal utama jika ingin masuk ke dunia Developer adalah harus menyukai coding terlebih dahulu. Karena dari suka maka diri akan sukarela memperlajari apapun itu. Kemudian yang penting juga adalah paham bahasa pemrograman seperti Node JS dan Golang.

“Dan pastinya paham mengolah database, baik itu SQL maupun MYSQL. Yang terpenting dua itu sih, untuk tambahan skill masih bisa di asah di sini,” jelasnya.

2. Never Say I Can’t!

Sebenarnya Developer itu dituntut untuk selalu bisa membuat fitur baru yang bahkan belum pernah dibuat sebelumnya. Meski membutuhkan waktu untuk belajar, namun pantang seorang developer mengatakan saya tidak bisa. Hal ini karena pasti semua hal ada jawabannya. Setyawan pun bercerita pengalamannya saat pertama kali membuat ‘service worker’.

“Awalnya melihat tugas membuatnya saya justru excited dan merasa wahh menarik banget nih buat dipelajari, meskipun butuh effort sih. Saat itu saya langsung googling haha,” ungkapnya,

Setyawan menyebut bahwa Ia diuntungkan dengan banyaknya forum programmer yang membicarakan masalah coding. Ia juga merekomendasikan ‘Stack Overflow’.

3. Kerendahan Hati untuk Mendengar

Meski berada di belakang layar dan tidak bersentuhan langsung dengan petani, nelayan atau peternak, seorang developer harus mengerti kebutuhan calon user. Ia harus peka. “Yang pasti kan kita kebanyakan Developer memang tidak paham proses bisnisnya, makanya butuh diskusi dengan Product Owner, mau mendengar”.

Di Agree tim selalu diskusi untuk menemukan hal yang paling tepat. Agree pun memiliki Researcher yang mendeliver temuan-temuan di lapangan, sehingga Setyawan meski berada di belakang layar tetap ter-update dengan informasi di lapangan.

4. Berani Bicara

Hal non teknis lain adalah berani menyampaikan pendapat. Ini penting!

Setyawan menyebut perbedaan seorang Programmer dan Developer. Jika seorang Programmer hanya mengerjakan apa yang diperintahkan, sedangkan seorang Developer justru harus terlibat dalam pemberian ide-ide. Seorang Developer juga harus berlatih berbicara agar tidak canggung dan gayat mengutarakan ide-idenya meskipun mungkin nanti tidak terpakai.

“Saya kebetulan dari sebelum bekerja memang suka mengeluarkan ide jadi pas masuk ke Agree bersyukur karena masih boleh mengemukakan ide dan dihargain sih, jadi saya merasa sudah berada di tempat yang tepat di Agree,” ungkap Setyawan.

5. Aturan 5 Detik

Apa yang diupayakan oleh Setyawan tak lain muaranya adalah kemudahan pagi pengguna dalam memakai aplikasi baik web atau pun mobile. Untuk membuat produk digital yang impactful, Setyawan menyinggung sedikit mengenai ‘aturan 5 detik’. Dalam 5 detik masa loading sebuah website harus sudah memiliki tampilan, meski tampilannya error itu tidak mengapa. Hal ini karena menurut penelitian, user akan bosan jika prosesnya lebih dari 5 detik, "Jadi setidaknya tetap ditampilkan meski error atau data kosong seperti, ‘maaf data anda tidak ditemukan’, misalnya”.

Nah, itu dia cerita Setyawan tentang pengalamannya menjadi seorang Back End Developer di Agree. Masih penasaran dengan cerita lainnya? Kunjungi medium kami dan follow untuk mengikuti keseruan lainnya!

Formulir Pertanyaan